Setelah dia tau bahwasanya pengeboman berbahaya, dia mediasi dengan orang desa di situ sama nelayan di situ, dia selalu di ancam dengan para nelayan bahkan dia pernah nih bomnya di pegang, di tangannya , 'jangan sampaia ini saya lempar ke rumahmu, seperti iu, dia pernah di ancam seperti itu.Â
Akhirnya setelah upaya yang dia lakukan, kemudian ketemu satu titik terang supaya, kan lautnya berzona tuh, sebelumnya tidak boleh punya kepemilikan lahan di laut, tapi demi kenyamanan masyarakat di situ, di bgilah zonasi seperti yang dilakukan di sini. Tapi menuju mufakat zonasi ini juga  itu berbulan-bulan curhat mas Ikhwan ini. Karena dia kan guru madrasah, otomatis dia kenal sama ustadz-ustadz. Jadi di ustadz di desa itu, di masjid-masjdinya kan ada khutbah jum;at, dan kebetulan nelayan lumayan taat dan datang jum'at.Â
Melalui khutbah jumat itulah dia kasih  pandangan ke ustad-ustadznya 'tolong di sampaikan tentang pengaruh buruk merusak alam'. Jadi memang ustadznya ini bergilir berganti-gantian  dan akhirnya ketemu mufakat, itu tadi zonasi.Â
Di zonasi di peta-petakanlah, misalnya di sini  yang boleh dikelola sama Ikhwan, yang di sini kelompok nelayan, yang di sini siapaa.. nah zona yang di kasih mas Ikhwan ini memang zona yang sudah rusak, yang udah g ada ikan , tapi pernah tumbuh terumbu karang. Itu memang  bekas di bom. Artinya, kondisi lingkungan yang sudah rusak itu, memang menunjang pertumbuhan terumbu karang, itu dia. Kan kita bicara arus di bawah laut, nah biasanya kalau memnag daerah itu pernah ditumbuhi terumbu karang, kalau ngga di ganggu dengan gangguan lain, baik manusia, atau apalah yang lain, itu akan tumbuh lagi terumbu karangnya.Â
Dia pun optimis, dia lakukan trasnplantasi disitu setelah sekitar 8 tahun itu baru mulai datang ikan. Udah ada  karang kecil-kecil. Dia mulai optimis, dan kalau tidak salah beliau juga bergabung di NU  dan mencari mungkin ya ada sponsor untuk mulai membangun daya Tarik wisata bangsring under water  itu. Yang pertama dia bangun, ini yang menjadi  bench mark  pemko sabang juga, itu toilet atau kamar mandi. Alatnya itu baru 16, tapi kamar madinya udah 30. Dia tau, karena ini yang paling penting, orang datang untuk mandi-mandi, ga mungkin pualng basah.
Jadi ini dulu yang disediakan. Kemudian,pela-pelan mulai kelihatan orang datang. Apalagi di Jawa ya, itukan mungkin tempat hiburannya cuman di bogor gtu ya kalau di Jakarta, jadi akhirnya di bawah kepemimpinan bupati banyuwangi waktu itu kalau ga salah Dr. Ratna Ani Lestari, S.E., M.M (menjabat periode 2005-2010)/Abdullah Azwar Anas. Di bawah kepemimpinna beliau, akhirnya banyuwangi juga  bangkit dan bangsring under water pun jad tempat kunjungan wisata yang mempuni sampai saat ini dan pak Ikhwan ini sudah jadi narasumber ke mana-mana seperti itu.
Dari Amaliyatul Hidayah Rofiq, dari Jepara - JatengÂ
Lebih ke sharing tentang bagaimana jepara. Ngomong-ngomong tentang sabang,di jepara juga ada pulau yang mirip dengan sabang, Namanya karimun jawa. Itu di jepara. Jadi dia masih di satu kabupaten di japera, cuman itu pulaunya kecil, mungkin lebih besar sabang kalau dai karimun jawa. Tapi di situ , benar-benar Berjaya :
- Kondisi alamnya. Benar-benar harus pure, asri, sampah sangat minimal  dan selain itu kayak ditekankan, kalau di singapur, orang buang sampah ada denda, di situ juga sama dan itu juga berjalan sampai sekarang. Jadi untuk menemukan yang Namanya sampah plastic di sana sangat minim.  Kalau mau bersih bersih sampah jangan di karimun jawa. Karena udah bersih. Kemudian kalau di sini itu kayak terumbu karang dan ikan-ikan kayak ikan nemo, dori dan ikan-ikan cantik lainnya. Kalau di karimun jaw akita lebih ke konservasi hiu. Jadi , kita bener-bener boleh berenang bebas dengan  hiu-hiu titlenya juga sama snorkeling. Kalau di sabang snorkeling lihat ikan ikan. Kalau di sana snorkeling lihat hiu. Ada juga terumbu karang disekitarnya.
- Karena duta bahari, putra-putri bahari Indonesia , di jepara juga kami ada salah stau tradisi  Namanya tradisi larungan, festival laut, festival kupat, kalau orang jawa ngomongnya bodo kupat. Artinya lebaran makan ketupak. Jadi dilakukan seminggu setelah iul fitri. Setelah satu bulan puasa, habis itu ada idul fitri seminggu setelahnya, tepat seminggu ada bodo kupat atau lebaran kupat.mereka juga nyebutnya larungan.kenapa kok di sebut  larungan? Karena di situ kita prosesinya itu ngelarung kepala sapi ke laut. Jadi bener-bener semua prosesinya itu dilakukan  di tengah laut. Karena di jepara punya banyak  sekali pulau-pulau kecil, ngga hanya karimun jawa,  pulau Panjang dan masih  banyak lagi yang cantik-cantik. Jadi rakyat-rakyat di jepara, terutama nelayan, kita juga  nyebutkan sedekah bumi. Jadi [rosesninya itu berlanut-berlanjyt satu sedekah bumi, kemudia setelah sedekah bumi, hasil buminya tuh dikumpulin  di TPI (tempat penampungan ikan) dekat TPI pelabuhan . dari situ di arak sama kapal-kapal yang di hias dan hiasannya itu memang harus benar-benar  dari alam, missal dari daun kelapa, daun  pisang, dari bunga, jadi benar-benar semuanya ornamennya dari alam. Tidak boleh pakai plastic. Karena kita harus mengurangi konsumsi plastic. Terus setelah itu, kita bawha ke laut, sebelum bawha ke laut, kita  ziarah dulu di pualu Panjang karena ada sesepuh-sesepuh haji sodiq yang mengisahkan gimana ceritanya itu ada prosesi larungan dan segala macam. Itu nanti kitab isa baca sendiri lah. Terus di tengah laut, itu kepala kerbau di larung beserta semua makanan-makanan  hasil sedekah bumi, kayak ada ikan, bawang, ada buah-buahan, sayur dan juga makanan -makanan khas daerah kayak kalau di sini jajan-jajan pasar tanpa ada platik lagi, dari daun kelapa, pisang, daun jati dsb, kenapa kok di larung ke laut kita ga boleh pakai plastic? Karena  niatnya satu, kita kan mau bersyukur atas nikmat yang sudah diberikan Tuhan , sedkah bumi, kita udah nerima banyak limpahan berkah, buahnya banyak ,ikannya banyak yang diterima, terus di larung lagi ke laut tanpa plastic, karena kami ingin kalau makanan-makanan  dan larungan yang kami larung ke laut itu bisa  di makan Kembali sama ikan-ikan. Jadi tetapi berputar ke laut.
Kebinekaan 12 Â (Bedah Film Dokumenter "Cut Nyak Dhien")
Film ini menimajinasikan bagaimana perjuangan sosok wanita hebat dulu, Tjoet Nja' Dhien asal Aceh yang melawan tantara Belanda pada zaman Hindia Belanda. Dan mengindikasikan kepada kita semua khususnya wanita-wanita hebat di zaman sekarang bahwa wanita juga punya peran, punya kesempatan yang sama di masyarakat untuk berbuat, beraksi, berkarya dan berpendidikan tinggi.
Karena sejatinya lahirnya sebuah peradaban yang gemilang dan cerdas lahir dari Rahim seorang wanita yang hebat. Cut Nyak Dhien dan teman-teman seperjuangannya seperti Cut Meutia, Laksamana Malahayati bertempur melawan Belanda yang menduduki Aceh saat itu.Â