Mohon tunggu...
Sayyidah Ilman Nisa
Sayyidah Ilman Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

If there is a will, there is a way

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Simfoni Indah PMM di Ujung Barat Indonesia

18 November 2022   00:35 Diperbarui: 18 November 2022   00:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ada nanti kayak yang dulu, seperti itu. Tapi dengan gigih, almarhum bapak Doden itu menerangkan kepada masyarakat bahwasanya  kita juga mengundang orang dan mencari orang, menjual sabang itu bukan ke orang-orang yang mencari kesenangan seperti itu,  tapi mencari kesenangan yang lain yaitu menikmati alam bawah laut. Dan biasanya orang yang mencari "kesenangan" itu bukan dtang ke sana, seperti itu. 

Sehingga pelan-pelan akhirnya ketika beliau menemukan banyak spot diving yang ada di kota sabang, baliu rangkum, beliau beri catatan, itu kan sembarangan kita menemukan div spot karena ada titik-titk arus yang berbahaya bila tidak di catat dengan saksama, dipetakan dengan saksama. Kemudian, stelah ramainya kunjungan wisatawan luar, dengan kapal yah, itu kan kapal layar mereka, baru di situ masyarakat sadar bahwasanya seperti apa pariwisata yang di maksud.karena sifat pariwisata sendiri bukan jelek, pariwisata itu hanya media sebagai pembantu sektor ekonomi. 

Yang mengotorinya atau memperbagusnya itu tergantung si pengguna. Seperti handphone kita. Jadi ada yang menggunakan HP itu sebagai alat penghasil uang, ada yang menggunakan untuk seru-seruan,ada yang menggunakan untuk kejahatan, HP nya tidak salah, yang salah itu si pengguna. 

Jadi begitu juga sehingga masyarakat mulai sadar.kamudian karena pengaruh yang dibangun oleh bapak Doden, akhirnya di tahun 2010 beliau di Undang oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) presiden kita saat itu, untuk menerima penghargaan kalpataru, di sektor pegiat lingkungan. 

Kemudia usaha yang di buat beliau, diteruskan  oleh anak-anaknya hingga saat ini. Anaknay ada yang seusia kita juga, beliau ini blm tua (kak fahrul) kelahiran 98. Jadi tidak jauh2 kali. Seumuran.

Jadi, anak-anak beliau yang laki-lakinya Bang Iskandar, bang Isfan masih meneruskan Yayasan bahkan mereka membuka Yayasan satu lagi, yaitu Aceh Koral Conservation, yang lebih serius menangani permasalahn koral. Dan ada juga anaknya juga sebaya kita, Namanya nadia tirta, dia juga kemarin di casting sama di metro TV di kegiatan bakti negeri, bakti untukmu negeri, yaitu yang special sumpah pemuda. Jadi memang, akalu kita bicara tokoh inspiratif dan yang membangun iboih di awal untuk pariwisata bawah lautnya memang pendukungnya banyak, bukan mereka doang tapi memang kita lihat dari sudut pandang sosok mereka tuh memang sebagai salah satu tokoh untuk mendukung pariwisata di iboih.

Kemudian, seputar snorkeling yang kami laksanakan tadi. Itu merupakan zona yang sudah mulai rusak. Tapi memang pemerintah kota dan para penyuluh lingkungan sudah susah payah mengatakan bahwasanya sebenarnya tidak boleh melakukan feeding fish (memberi makanan pada ikan) untuk foto. Jadi bungkus mie di kasih makan supaya dia datang, sebenanrnya ini tidak boleh. Bagi para konsevator, ikan yang kita beri makan dia ngga akan makan lagi makanan alaminya, yaitu lumut. Nah sedangkan lumut itu musuh terumbu karang. Ketika terumbu karang sudah di tumbuhi lumut, pelan-pelan dia akan mati.

Makanya di seputaran itu sudah mati dan sudah sulit. Mungkin akan kembali lagi kalau memang y akita tinggalkan pariwisata. Cuman itu juga sudah tidak mungkin karena menjadi salah satu tonggak eknomi di kampung iboih. Gampong itu sebutan Bahasa Aceh untuk desa atau kampung. Jadi wilayah administrasif des aitu sebutannya gampong. Kemudian untuk menalangi permasalah ini, tenatng feeding fish, kelompok wisata yang menangani, mengelola daya tari wisata iboih itu mengatakan "mereka tidak mampu lagi untuk meng-handle feeding fish karena memang itu yang diinginkan wisatawan". 

Jadi, cara yang mereka terapkan itu dengan penzonaan. Jadi zona yang kami lihat ketika snorkeling itu, di beri batas dan dipersilahkan feeding fish, namun di luar zona itu tidak boleh. Jadi, mislanya kita ambil paket dolphin trip, tapi  mungkin belum berkesempatan utnuk mencobanya. Dolphin trip itu kita di bawa jalan sekitar rubiah juga keluar teluk sabang untuk melihat ikan lumba-lumba di sekitar kita. Ikan lumba-lumbanya terbang di samping, loncat-loncat. Karena memang kita datang di jalur diamigrasi. 

Jadi hampir setiap hari ada lumba-lumba yang lewat di situ. Jadi,kalau kita ambil paket itu, kita juga akan di bawa ke spot-spot snorkeling yang karangnya masih bagus tapi diperbolehkan foto, tidak diperbolehkan untuk memegang dan memberi makan. Itu cara yang dipakai oleh kelompok wisata saat ini. Karena memang kita tidak juga membendung Hasrat wisatawan untuk berfoto dengan ikan.

Lalu, upaya pemuda saat ini di kota sabang memang susah untuk :

  • Pengelolaan sampah

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun