"Tsania, masa si Kahfi nembak gue, untung gue gak mati." Ucap Mawar sambil tertawa.
"Lo sehat kan war?" Ucap Tsania yang juga tertawa melihat wajah Mawar.
"Iya gua serius."
"Sudah gue duga." Tsania terlihat antusias.
"Tapi gue gasuka sama dia tsan."
"Cinta itu kan bisa dibiasakan, coba aja dulu. Kasian War si Kahfi. Lo tau ga? Walaupun dia terlahir di keluarga yang sangat berkecukupan, tapi dia kesepian. Ibu dan ayahnya sibuk kerja, abangnya juga sudah pada kuliah dan ngekos diluar kota. Sedangkan Kahfi sendiri war, dia butuh sosok yang menemani dia, yang membimbing dia, yang bisa jadi temen cerita dia." Ucap Tsania sambil menatap Mawar dengan lembut.
"Tapi, gue sama sekali gaada rasa sama dia." Ucap Mawar, ia semakin bingung, apa yang harus ia lakukan? Menerima atau menolak Kahfi?
"Coba aja dulu, Lama-lama juga lo bakal cinta sama dia." Ucap Tsania meyakinkan Mawar.
"Oke deh gue coba." Mawar berusaha meyakinkan dirinya, Iya gue akan nerima Kahfi.
Bell pulang sekolah berbunyi, seluruh siswa langsung segera mengambil tas dan meninggalkan sekolah. Lihatlah, didepan kelas sudah ada Kahfi yang tengah berdiri didepan pintu menunggu jawaban Mawar.
Dan tebakan kalian benar, Jawaban Mawar adalah Iya. Bayangkan, betapa senangnya Kahfi saat itu. Tapi dibalik seluruh kesenangan di hari itu, ada satu orang yang memendam kebencian begitu dalam kepada Mawar, dia adalah Ashila.