Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Mawar, Dito, dan Rahasia

8 September 2020   11:34 Diperbarui: 8 September 2020   11:39 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angin berhembus mendorong daun-daun berjatuhan ke bumi. Suara dentingan sendok dan garpu terdengar tak berirama. Aroma makanan khas kota ini menggiurkan selera. Namun sayangnya, Dito tak sedang bersemangat makan. Ia sedang menunggu seseorang, seseorang yang akan memberinya jawaban penting di kehidupannya.

Harusnya malam ini Dito pergi ke kantor penerbitan untuk mengirimkan naskah bukunya. Buku yang sudah lama ia tulis semenjak SMA. Buku yang ditulis dengan penuh perjuangan dan air mata. Karna buku yang ditulisnya sesungguhnya adalah kisah nyata. Kisah nyata dirinya dengan Mawar De Javanes, Teman dekatnya sejak SMA.

Tadi sore, Dito yang sedang fokus merevisi naskahnya tiba-tiba dikagetkan dengan Nada dering telfon. Ia mengambil telfonnya dan terdiam sejenak. Mawar De Javanes, wanita yang sudah 1 Tahun ini ia berusaha lupakan, tiba-tiba menelponnya begitu saja.

Suara Mawar terdengar pelan "Dito, maaf mengganggu. Lo bisa dateng ke kafe dekat rumah ga?"

"Memangnya mau apa disana?"

"Ada hal yang ingin aku bicarakan." Suara Mawar kali ini terdengar seperti orang yang habis menangis.

Karna kafenya dekat dengan rumah Dito. Ia datang lebih awal dibanding Mawar. Entah ada apa dengan Mawar, sudah satu jam ia menunggu namun Mawar belum datang.

Dito menatap bangunan kafe secara detail. Lampu, kursi, meja, dan lukisan masih terlihat sama seperti sewaktu Ia SMA. Tanpa bisa ditolak, ingatan itu kembali berputar diotaknya.

***

SMA Nusa Bangsa ramai oleh siswa yang bergegas pulang ke rumahnya. Ada yang pulang membawa motor sendiri, namun ada juga yang naik kendaraan umum. Seperti Dito, Ia selalu pulang metromini karna ia belum punya motor.

"To, Lo pulang naik apa?"
Dito menoleh ke kanan, Ia melihat mawar dengan hijabnya yang tidak rapih, rambut perempuan itu sedikit terlihat.

"Naik metromini." Jawab Dito.

"Gue bareng lo ya." pinta Mawar. Dito mengangguk, ia dan Mawar langsung menaiki Metromini.

Hening, mereka berdua saling diam. Mawar yang dikenal dengan bawelnya itu juga ntah kenapa sulit berbicara dengan Dito. Dito memang dikenal sebagai cowok pendiam, bicara hanya seperlunya.

"Dit, itu kacamata lo minus berapa?"
"Minus 3,5 , Kalo lo?"
"berapa ya gue lupa." Ucap mawar menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Mawar menghembuskan nafas, sulit sekali mengajak bicara Dito. Jawabannya hanya itu saja tidak ada humor-humornya.

7 menit mereka berada di dalam metromini, mereka akhirnya turun disebuah kafe yang cukup terkenal di daerah mereka, namanya Kafe Foya-foya. Cukup aneh memang, tapi kafe tersebut dikenal dengan mahalnya harga makanan di dalamnya.

Kenapa mereka turun di Kafe Foya-Foya? Karna kebetulan gang rumah Dito persis disebelah Kafe Foya-Foya, sedangkan Mawar, Wanita itu harus menyebrang terlebih dahulu.

Di sinilah, tanpa Mawar sadari, perasaan Dito mulai tumbuh. Ibarat tanaman, ia sudah mulai tumbuh akar, dan sebentar lagi mungkin akan tumbuh batang dan akan semakin kokoh. Yang Mawar tahu, Dito hanya cowok pendiam yang tidak asyik diajak ngobrol.

***

Dito menghembuskan nafasnya, ia tak ingin mengingat ini semua, Omong Kosong Cinta! Kutuknya dalam hati.

"Hai dito, Maaf membuatmu menunggu." Mawar tersenyum, langsung duduk di kursi yang telah disediakan.

"Apa yang kau inginkan?" Ucap Dito dingin. Ia tak ingin banyak basa-basi, ia sudah muak dengan semua hal ini.

"lo berubah banget ya, dulu Dito yang gue kenal itu suka ceramah, suka bucin, suka dia tapi dianya ga peka-peka." ucap Mawar sambil tertawa pelan.

"Ini semua akibat lo." lagi-lagi wajah Dito datar, tak berekspresi.

"Kok salah gue? Gue salah apa?" ucap Mawar yang terlihat bingung. Melihat ekspresi muka Dito, ia semakin bingung. Ada apa dengan sahabatnya yang satu ini?

"Mau apa lo kesini?" Dito tak menggubris pertanyaan Mawar, ia kembali menatap mawar dingin. 

"Gue mau cerita ke lo." Ucap Mawar yang mulai serius.

"Cerita apa? Tentang pacar lo yang sok asik itu? Yang sering ngikutin lu dimanapun itu? Udah berapa bulan? 5 atau 6? Sekarang putus? " Dito terkekeh.

"Iya gue sama dia putus." Ucap Mawar, wajahnya mulai terlihat redup, cahaya kegembiraan yang tadi ada diwajahnya perlahan menghilang.

Melihat wajah mawar, ingatan itu kembali bagaikan panah yang melesat cepat, tak dapat ditahan.

***

Hari yang sama, tempat yang sama, jam yang sama, setahun yang lalu. Di Kafe ini, terdapat 2 Remaja yang sedang asik bercengkrama di kursi dekat jendela. Sembari menghabiskan kopi kesukaannya, kopi rasa matcha.

"Lo tau ga apa bedanya kunci sama gembok?"

"Bedanya kalo kunci itu buat buka gembok, sedangkan gembok itu fungsinya untuk menjaga suatu barang, bener ga?" Ucap Mawar antusias

"Lo bener." Ucap Dito sambil meminum kopinya dengan santai.

"Gue kira lo bakal ngasih humor apaan gitu, kayak 'Kunci itu aku yang selalu bisa buka hati buat kamu, tapi sayangnya kamu itu gembok yang udah ditugaskan buat jaga hati orang lain.'" Ucap Mawar sambil tertawa.

"Ah gaberani gue, nanti bisa-bisa gue ditabok sama pacar lo, Kahfi Ardebalan." Ucap Dito dengan muka seperti orang takut.

"Yaelah, Sans aja kali Dit."

"Yaudah, gue ada Tebak-tebakan nih buat lo. Manis, pengen punya, tapi udah diambil orang lain. Menurut lu itu apa?"

"Permen adek gue dirumah diambil tuyul. Bener ga?"

"Emang tuyul itu orang? Bukannya tuyul itu bis kecil ramah?."

"Itu Tayo bambang."

"Jawaban lo salah. Jawaban yang bener itu lo. Manis, pengen nembak, tapi udah diambil duluan sama orang." Ucap Dito sambil tersenyum jahil.

Mawar yang mendengar jawaban Dito mendadak blushing, Ah jarang sekali Dito bisa bucin secara langsung. Biasanya ia hanya bisa bucin di Whatsapp saja.

"Kahfii, Dito nih bandel gangguin pacar orang." Ucap mawar dengan nada seakan-akan sedang melaporkan siswa yang bandel kepada guru bk.

"Haha iya deh serah lo." Dito kembali menengguk minumannya, dan melihat-lihat ponselnya.

Ibarat Jinnya aladin, baru saja dipanggil, Kahfi tiba-tiba sudah berada di kafe sambil membawa kopi rasa coklat. Ia langsung duduk disebelah Mawar.

Dito yang sedang tertawa pelan melihat Tiktok seorang bocah, tiba-tiba terkagetkan dengan suara laki-laki yang amat ia kenal. Dito menoleh kedepan, ia melihat Mawar dan Kahfi sedang asik bercanda. Padahal, baru beberapa menit yang lalu ia bercanda berdua dengan mawar.

Ibarat panah yang mengenai titik sasaran, hati Dito yang melihat Mawar asik bercanda dengan Kahfi pun akhirnya robek. Entah kenapa ia cemburu melihat Mawar dengan Kahfi saling bercanda bersama.

"Mawar, Gue balik duluan ya. Fi, gue balik ya. Ada urusan di rumah." Ucap Dito

"Lo mau kemana si Dit, Mending sini sama kita ngobrolin film. Sans aja kali." Ucap Kahfi Ardebalan sambil melirik kearah Mawar. "Iya kan yang?"

"Iya dit, jangan pulang dulu lah. Gue pengen Rekomendasi film dari lo." Ucap Mawar sembari makan kentang goreng yang tadi dibelikan oleh pacarnya.

"Iya kapan-kapan aja ya, gue ada urusan dirumah. Nanti rekomendasi filmnya gue kirim di whatsapp." Ucap Dito sembari mengambil tasnya, lalu ia berjalan keluar kafe, meninggalkan Mawar dan Kahfi berdua di kafe tersebut.

Mawar paham persis, ia tahu bahwa Dito menyukai dirinya. Dari tatapan, cara bicara, dan sikapnya tadi sudah menunjukkan bahwa Dito mempunyai perasaan lebih kepadanya. Kenapa jadi begini? Mawar menghembuskan nafasnya berat. Dito memang lelaki yang sangat baik, tapi tidak mudah untuk melepaskan Kahfi yang sangat perhatian kepadanya.

***

"Jadi gini Dit." Mawar hendak mulai bercerita, ia merapikan hijabnya lalu menengguk minuman Thai Tea yang tadi sudah ia pesan terlebih dahulu.

"Gimana?" Ucap Dito tak sabaran. Ia sebenarnya malas mendengar cerita mawar, namun melihat wajah Mawar, ia teringat kejadian 1 tahun yang lalu, persis diwaktu mereka sudah semakin dekat. Dito ingat sekali bagaimana kesedihan mawar waktu itu, menceritakan rahasia terbesar didalam hidupnya, yang hanya diketahui oleh Dito.

"Kemarin, Gue memang sedang bosan dirumah. Tugas kuliah bikin kepala gue mau meledak. Jadi gue putuskan untuk refreshing sejenak. Nah, gue ngechat Kahfi, gue ngajak dia buat nonton bareng. Dia bilang lagi ada bimbingan sama dosennya. Jadi, terpaksa gue ke mall sendirian. Gue mau ngajak lo, gue udah nelfon lu berkali-kali tapi gadiangkat, ternyata lo ganti nomor.

Akhirnya gue berangkat sendiri, naik ojek. Sampe di mall, gue langsung ke xxi buat nonton film. Nah entah kenapa tiba-tiba gue ngeliat Kahfi lagi pesen popcorn bareng perempuan."

"Mungkin itu adiknya." Jawab Dito singkat, mukanya tetap datar.

"Nggak dit, gue udah pernah main kerumahnya. Jadi gue tau muka adiknya, tapi pas gue liat yang disebelah Kahfi itu bukan adiknya. Lo tau yang disampingnya siapa?" Ucap mawar sedikit bergetar, Air matanya perlahan menggelinding ke pipinya.

"Siapa?" Jawab Dito tak sabaran.

"Ashila Putri Nebula, Sahabat gue sendiri." Kali ini air mata Mawar sudah deras membasahi wajahnya.

"Gue nggak nyangka Dit, sahabat gue sendiri, Ashila. Dia tega nikung gue. Sahabat yang sebangku sewaktu SMA, sahabat yang selalu bikin gue ketawa, sahabat paling bacot yang gue punya, sahabat curhat gue khianatin gue. Dia anggap apa gue ini?"

"Dia anggap lo manusia. Cuman gara-gara itu lo putusin Kahfi?" Ucap Dito dengan nada meremehkan.

"Maksud lo 'cuman gara-gara itu?' ?" Ucap Mawar yang sedikit kesal dengan kata-kata Dito yang cukup menusuk.

Dito menengguk minuman kopinya, lalu bersiap untuk mengeluarkan apa yang ia rasa selama ini.


"Apa yang lo rasain ga seberapa sama yang gue rasa. Lo fikir gue selama ini apa? Cuman temen deket lo? Gue yang selama ini tulus bertemen sama lo, dan gue juga ada rasa ke lo. Gue tau lo sebenernya tau, tapi cuman pura-pura gatau. Sudahlah Mawar, lo ngaku aja kalo lo tau gue suka sama lo. Dan lo dengan enaknya bercanda sama doi lo didepan gue, lo dengan santainya saling pegangan tangan, gombal, sambil tertawa bareng pacar lo didepan gue. Lo fikir gue ga sakit? Lo fikir hati gue sekeras baja yang gabisa hancur?" Ucap Dito yang sedang menahan emosinya dalam-dalam.

Mawar tertunduk, matanya sembab, air matanya sejak tadi mengalir deras membasahi wajahnya. Apalagi mendengar amarah Dito yang terdengar menyedihkan. Ia tak seharusnya bersikap seperti itu ke Dito.

Mawar berusaha mengelap air matanya, ia kembali menengguk minumannya. Lalu ia berbicara dengan agak sedikit bergetar.

"Dito, Iya lo bener. Gue udah tau kalo lo suka sama gue semenjak kode-kode yang lo kasih. Tapi Dit, gue fikir lo faham betul tentang gue. Mungkin karna yang satu ini gue belum pernah cerita ke lo. Satu hal yang lo belum tau, gue dulu sama sekali gaada rasa sama Kahfi."

"Trus kenapa lo jadian sama Kahfi?" Ucap Dito yang sedikit kaget dengan pernyataan Mawar.

"Jadi gini ceritanya." Ucap Mawar mulai bercerita.

***

"Mawar, Lo tau ga? kan Kahfi suka sama lo." Ucap Ashila bersemangat.

"Hah?" Mawar yang sedang fokus mengerjakan tugas matematika mendadak bingung dengan pertanyaan Ashila.

"Iya Kahfi suka sama lo." Ucap Ashila kali ini terdengar serius.

"Yaudah kalo suka itu urusan dia, gue ga suka sama dia. Kalo lo mau ambil ambil aja." Ucap Mawar judes.

"Yeeh nih anak ngeselin ya, Kahfi itu jago IPA, Masa lo gamau sama anak yang pinter Ipa?"

"Mau pinter mau nggak gue ga peduli." Mawar terlihat kesal, ia meninggalkan Ashila begitu saja lalu menuju keluar kelas.

Sial, umpat Mawar. Ternyata di luar kelas sudah ada Kahfi yang tengah berdiri takzim melihat pemandangan didepannya. Ia menoleh kearah Mawar, Wah waktunya udah tepat nih, ucap Kahfi dalam hati.

"Eh Mawar, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Ucap Kahfi dengan tatapan penuh arti.

"Ngomong apa?" Ucap Mawar yang tak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Mau ga lo jadi pacar gue?" Kahfi berkata dengan serius sembari menatap mawar penuh cinta.

"Hah?" Mawar kaget dengan pertanyaan Kahfi.

"Maaf Kahfi, gue butuh waktu buat ngejawab pertanyaan lo. Nanti kalo udah ada jawabannya, gue kasih tau ke lo, oke." Ucap Mawar lalu ia pergi meninggalkan Kahfi begitu saja.

Mawar kembali ke kelasnya dengan perasaan bingung, ia memutuskan untuk curhat ke Tsania, karna kalau ia curhat ke Ashila semua akan jadi heboh. Karna sebenarnya Mawar tau bahwa Ashila suka dengan Kahfi, namun sayangnya Kahfi suka kepada dirinya.

"Tsania, masa si Kahfi nembak gue, untung gue gak mati." Ucap Mawar sambil tertawa.

"Lo sehat kan war?" Ucap Tsania yang juga tertawa melihat wajah Mawar.

"Iya gua serius."

"Sudah gue duga." Tsania terlihat antusias.

"Tapi gue gasuka sama dia tsan."

"Cinta itu kan bisa dibiasakan, coba aja dulu. Kasian War si Kahfi. Lo tau ga? Walaupun dia terlahir di keluarga yang sangat berkecukupan, tapi dia kesepian. Ibu dan ayahnya sibuk kerja, abangnya juga sudah pada kuliah dan ngekos diluar kota. Sedangkan Kahfi sendiri war, dia butuh sosok yang menemani dia, yang membimbing dia, yang bisa jadi temen cerita dia." Ucap Tsania sambil menatap Mawar dengan lembut.

"Tapi, gue sama sekali gaada rasa sama dia." Ucap Mawar, ia semakin bingung, apa yang harus ia lakukan? Menerima atau menolak Kahfi?

"Coba aja dulu, Lama-lama juga lo bakal cinta sama dia." Ucap Tsania meyakinkan Mawar.

"Oke deh gue coba." Mawar berusaha meyakinkan dirinya, Iya gue akan nerima Kahfi.

Bell pulang sekolah berbunyi, seluruh siswa langsung segera mengambil tas dan meninggalkan sekolah. Lihatlah, didepan kelas sudah ada Kahfi yang tengah berdiri didepan pintu menunggu jawaban Mawar.

Dan tebakan kalian benar, Jawaban Mawar adalah Iya. Bayangkan, betapa senangnya Kahfi saat itu. Tapi dibalik seluruh kesenangan di hari itu, ada satu orang yang memendam kebencian begitu dalam kepada Mawar, dia adalah Ashila.

***

"Dan ternyata, apa yang dikatakan Tsania benar. Semakin lama gue pacaran sama Kahfi, gue jadi semakin nyaman. Awalnya memang gaada rasa, namun lama kelamaan rasa itu muncul dengan sendirinya."

"Dan saat gue udah nyaman sama Kahfi, lo dateng Dit. Memberi kenyamanan baru, perhatian yang gak bisa gue dapetin dari Kahfi. Lo dateng dengan segala nasihat lo, dan lo selalu berharap yang terbaik buat gue. Tapi Dit, gak semudah itu buat ninggalin Kahfi. Kepercayaan yang udah gue bangun ke Kahfi gabisa gue lepas gitu aja. Semua butuh proses Dit."

"Tapi sayangnya, setelah lulus SMA, lo hilang entah kemana. Gue berusaha buat nyari lo, tapi hasilnya gagal. Ini aja gue tau nomor lo dari sahabat lo, Rafi."

"Dan soal Ashila, ternyata bener dit yang lo bilang dulu, bahwa kadang orang yang paling dekat dengan kita bisa jadi adalah musuh kita sendiri. Setiap nasihat yang lo kasih ke gue ternyata bener terjadi Dit. "

"Apa yang lo bilang dulu sewaktu kita belum deket? 'Pacaran itu buang-buang waktu karna ujung-ujungnya pasti putus'" Mawar terkekeh, "Lo bener banget Dit."

"Kahfi dengan enaknya ninggalin gue. Dan sekarang? Gue sendiri lagi, not have friend, only you." Ucap Mawar sambil mengusap air matanya.

"Maafin gue atas segala kesalahan gue dimasa lalu, maafin gue yang udah nyakitin lo berkali-kali. sekarang, gue janji bakal selalu nemenin lo, dan boleh ga gue ajukan satu pertanyaan?" Ucap Mawar sungguh-sungguh

"Apa?" Ucap Dito yang terlihat bingung dengan Mawar

"Lo mau ga jadi temen hidup gue? Yang selalu nemenin gue dikala susah ataupun senang?" Mawar menatap Dito dengan penuh perasaan, Ia sangan berharap Dito akan menjawab "Iya"

Suara Kafe mendadak hening, entah karna apa, entah apa penyebabnya semua orang yang ada di kafe ini diam. Seakan-akan waktu terhenti, dan hanya Dito dan Mawar yang bisa berbicara.

Dito yang sejak tadi berusaha menenangkan dirinya diam mendengar pertanyaan Mawar, ia masih bingung apakah ia akan menerima cinta nya mawar atau tidak.

Dito akhirnya membuka suaranya
"Maaf Mawar, ga semudah itu gue nerima lo. Udah berapa lama coba gue berusaha untuk sabar ketika ngeliat lo bersama Kahfi? Dan sekarang setelah lo putus, lo minta gue untuk nembak lo jadi pacar?"

"Maaf mawar, gue belum bisa memberi jawabannya sekarang. Biarlah sang waktu yang menjawabnya nanti. Untuk saat ini, gue belum bisa menjawab pertanyaan lo." Ucap Dito sambil menatap mawar dengan penuh perasaan. Ia tersenyum kepada Mawar, Maaf mungkin bukan hari ini jawaban itu kau akan dapatkan.

Mawar yang mendengar jawaban Dito juga berusaha ikut tersenyum, Ia akan selalu menunggu jawaban Dito hingga kapanpun itu. Karna ia yakin Dito pasti tetap masih mencintainya.

Sedangkan Dito, pria itu dihantui beribu pertanyaan. Entah mengapa, dirinya yang tadinya ingin menolak Mawar mendadak berubah fikiran. Hatinya kembali seperti dulu pertama kali mengenal Mawar, perasaan itu datang tanpa bisa ia tolak.

Apakah kisah ini berakhir sebentar? Entahlah, biarkan sang waktu yang akan menjawabnya. Yang kalian perlu tahu, sekalipun Dito menjawab Iya, dia tidak akan berpacaran dengan Mawar, tapi dia akan langsung melamarnya. Namun jika jawabannya tidak, sudah bisa kalian tebak bagaimana nanti akhir ceritanya.

Bagaimana? Apakah kisah kali ini cukup membuat kalian merasakan apa yang dirasakan Dito?

Kalian tim mana, Dito, Mawar, Atau Kahfi? Apapun itu, kisah disini hanyalah fiksi, kelak kisah cinta kalian lah yang lebih hebat dibanding kisah-kisah lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun