Sore itu aku berjalan bersama menuju rumah Pak Carik sambil, makan salak. Setelah uluk salam dan memperkenalkan diri dan tujuanya dengan Pak Carik, aku melihat seseorang keluar dari pintu ruang tengah rumah Pak Carik.
“Itu Pak Warsilam” kata Pak Carik sambil menunjuk ke arah seseorang, sesaat aku terbengong-bengong melihat seseorang berpostur kecil, namun berpenampilan seperti petani pada umumnya.
“Martoyo dari Desa Kejawar” aku memperkenalkan diri sambil salam-salaman.
“Pak Silam, oh..ini Martoyo. Tadi Subuh sudah bertemu Serka Haryo. Dia sudah menceritakan semuanya, kamu dulu pernah gabung jadi Tentara Peta tugas di Cilacap?”
“Benar, saya pernah jadi Peta dinas di Tangsi Cilacap”
“Jadi sudah biasa melihat kekerasan, saya dulu juga sempat dilatih Jepang, mari kebelakang lewat samping rumah. Pamit kebelakang dulu Pak Carik” sambil berdiri, kami melangkah pergi bersama pemuda Desa Mersi.
“Silahkan Pak Silam, saya tunggu disini” sambil kami berdiri, melangkah lewat samping rumah ke arah lumbung/gudang disamping rumah, diikuti pemuda-pemuda Desa Mersi.
Setelah dibuka gemboknya, Pak Warsilam masuk ke dalam gudang yang gelap. Keluar kembali menyeret dengan entenganya sesosok tubuh tinggi besar lebih besar dari Pak Warsilam, tangan dan kaki dijirat erat. Pak Warsilam ambil senter dari balik jaketnya, dia menyorot wajah seseorang yang berlumuran darah kering, dan mulut disumpal kain.
“Mas Toyo ambil air dalam sumur bawa sini” perintahnya sambil menunjuk ke arah sumur. Setelah di basuh mukanya, dan melepas sumpal dimulutnya dia senter lagi mukanya….
“Kamu kenal dengan wajah orang ini” aku kaget melihat wajah dan mata sayu orang ini, dari mulutnya yang bonyok, terdengar lemah permintaan ampun dan tobat berkali-kali.
“Njih…saya kenal sekali, ini Bapak ini orang Kejawar guru ngaji anak-anak kampung kami yang rumahnya dipertigaan ujung jalan, samping Musholla. Kenapa ada disini” aku heran bersamaan itu berkecamuk seribu macam pertanyaan dikepalanya, malam itu bagai dunia berhenti berputar, melihat guru ngaji kampungnya tangan, kaki dan mukanya babak belur.