Kami semua menghadap Ray dan perempuan setengah tua penjaga warung.
Dengan menggunakan bahasa Sunda perempuan setengah tua penjaga warung berinteraksi dengan roh sinden yang ada di dalam tubuh Ray.
Sesaat kemudian perempuan setengah tua penjaga warung itu membalikkan badannya ke arah kami dan berkata,
"Si Ujang ini didemenin sama roh sinden. Dia gak mau si Ujang ini ikut kalian. Katanya ikut dia saja" ujar perempuan setengah tua penjaga warung dengan logat Sunda.
"Apaaaaaaaa" suara kami nyaris barengan terlontar demi mendengar itu.
"Terus air di petilasan itu gimana bu apa bisa usir roh itu? Tanya Arda.
"Air itu untuk yang di sana tempat si Ujang tadi ngencing. Mereka rebutan Ujang ini" lanjutnya lagi.
"Ya Tuhan kok jadi begini Bu." Suara Anto terdengar kedinginan.
"Coba salah satu ambil air di petilasan sana. Ingat jangan aneh-aneh setelah melewati kuburan keramat. Seharusnya si Ujang ini yang ngambil air. Jadi kalau bukan si Ujang ini harus temannya yang tadi nunggu di tempat si Ujang ngencing." Jelas ibu penjaga warung.
Aku, Arda, Anto dan Toro langsung menatap Ara. Ara nampak sangat ketakutan.
"Saya aja bu" Toro coba memahami ketakutan Ara.