Tiba-tiba saja Ray betul-betul kayak orang ketakutan melihat sosok gaib yang menyeramkan di hadapannya. Tubuhnya bergetar sambil menunjuk ke arah belakang ku.
"Udah cepet jalan bloon. Udah mau pagi nih. Mampus Lo ntar!" Arda kesal.
Ray tidak bisa ngomong apa-apa. Tangannya cuma menunjuk ke belakangku. Matanya tiba-tiba melotot. Detik itu juga suara Ray langsung berubah jadi suara perempuan.
Badan Ray yang tadi bergetar spontan seperti sedang menari mengikuti irama gamelan. Mulutnya melantunkan "Bambung Hideung" sebuah tembang Sunda yang biasa dibawakan seorang sinden sebelum menari dan itu harus dilakukan dengan ritual terlebih dahulu.
Dan barang siapa yang ikut berjoget mengikuti irama tembang itu dipastikan yang berjoget akan mengalami hal serupa, kerasukan mahluk gaib, pamacan. Seperti yang Ray lakukan, tiba-tiba yang tadi gemulai mendadak beringas dan sangat menakutkan.
"Dam Lo jangan ikut joget! Bisa mampus Lo ntar!" perintah Arda kepadaku.
"Lo balik ke warung cari bantuan. Biar gue urus si Ray!" Kata Arda lagi.
Buru-buru ku balik ke warung. Aku mengajak ibu setengah tua penjaga warung ke lokasi Ray kerasukan. Ara, Anto dan Toro juga ikut.
Tiba di sana, Arda terlihat berdiri setengah membungkuk ke Ray, seperti menyembah. Ray masih menari-nari mengikuti irama gamelan Sunda mulutnya menyanyikan Bambung Hideung, suaranya suara seorang perempuan.
"Arda Lo ngapain? Tolongin Ray Bu" Suara Ara langsung pecah sampai di lokasi.
Perempuan setengah tua penjaga warung mendekati Ray. Arda mundur.