Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pola Pikir Seorang Muslim Penggenggam Dunia

23 Februari 2024   16:47 Diperbarui: 23 Februari 2024   16:49 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pahlawan Muslim. (sumber: Dok. Pribadi)

Inilah yang dinamakan hablum minannas, yang isinya adalah ilmu dan peradaban. Jadi, dunia dan segala isinya merupakan tujuan jangka pendek saja.

Untuk mencapai tujuan jangka pendek; dunia dan seluruh isinya, unsur yang menjadi penunjangnya adalah pendidikan, pengalaman, dan nasib.

Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah menjangkau hidup. Semakin luas pengalaman, semakin mudah menguasai dunia. Karena faktor nasib, pendidikan seseorang menjadi terbatas. Mungkin pengalaman seseorang masih relatif dangkal, tetapi karena nasibnya bagus, dia dapat mempunyai power.

Terkait unsur yang pertama, apabila kita ingin mudah mencapai dunia, yang pertama harus kita lakukan adalah bagaimana membina atau mendidik diri sendiri.

Drop Out atau putus sekolah akibat kesulitan ekonomi keluarga bukan suatu halangan bagi tumbuhnya cita-cita yang mulia. Ada begitu banyak orang-orang besar yang bukan merupakan produk dari perguruan tinggi tertentu, tetapi dengan kemauan belajar yang tinggi, banyak membaca, banyak bergaul, membuatnya mampu mengatasi segala rintangan di depannya.

Itu memang baik, tapi kalau memang perlu dan memungkinkan, menempuh pendidikan formal sembari bekerja di bidang apa pun selagi hala lebih baikl. Karena tanpa pendidikan yang baik, rasanya kita akan sulit untuk menjangkau dunia. Kita bisa tersisih di pojok-pojok kehidupan.

Unsur yang kedua adalah pengalaman. Pengalaman adalah guru yang paling bijaksana. Dengan pengalaman, kita menjadi semakin dewasa. Taatkala kita menemui semacama kegagalan, kita tahu jika itu akan mengantarkan kita kepada pola hidup yang lebih dewasa lebih tegar dan lebih sanggup menghadapi setiap kesulitan.

Untuk faktor yang ketiga tidak bisa dijadikan sandaran, dalam arti bahwa kita lalu menggantungkan hidup pada nasib.

Walaupun kehidupan memang tidak bisa dipastikan, paling tidak kita bisa merancang, merencanakan, membuat target, serta membuat analisa atas kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Karena sebagai manusia yang terikat oleh kausalitas atau hukum sebab akibat, sewajarnya kita memperhitungkan berbagai kemungkinan atas kehidupan ini.

Jadi, untuk menjadi pribadi yang lebih baik, kita dituntut menjadi rahmatan lil alamin bagi lingkungan di mana kita tinggal dan mewarnainya, bukan cuma diwarnai oleh lingkungan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun