Inilah yang dinamakan hablum minannas, yang isinya adalah ilmu dan peradaban. Jadi, dunia dan segala isinya merupakan tujuan jangka pendek saja.
Untuk mencapai tujuan jangka pendek; dunia dan seluruh isinya, unsur yang menjadi penunjangnya adalah pendidikan, pengalaman, dan nasib.
Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah menjangkau hidup. Semakin luas pengalaman, semakin mudah menguasai dunia. Karena faktor nasib, pendidikan seseorang menjadi terbatas. Mungkin pengalaman seseorang masih relatif dangkal, tetapi karena nasibnya bagus, dia dapat mempunyai power.
Terkait unsur yang pertama, apabila kita ingin mudah mencapai dunia, yang pertama harus kita lakukan adalah bagaimana membina atau mendidik diri sendiri.
Drop Out atau putus sekolah akibat kesulitan ekonomi keluarga bukan suatu halangan bagi tumbuhnya cita-cita yang mulia. Ada begitu banyak orang-orang besar yang bukan merupakan produk dari perguruan tinggi tertentu, tetapi dengan kemauan belajar yang tinggi, banyak membaca, banyak bergaul, membuatnya mampu mengatasi segala rintangan di depannya.
Itu memang baik, tapi kalau memang perlu dan memungkinkan, menempuh pendidikan formal sembari bekerja di bidang apa pun selagi hala lebih baikl. Karena tanpa pendidikan yang baik, rasanya kita akan sulit untuk menjangkau dunia. Kita bisa tersisih di pojok-pojok kehidupan.
Unsur yang kedua adalah pengalaman. Pengalaman adalah guru yang paling bijaksana. Dengan pengalaman, kita menjadi semakin dewasa. Taatkala kita menemui semacama kegagalan, kita tahu jika itu akan mengantarkan kita kepada pola hidup yang lebih dewasa lebih tegar dan lebih sanggup menghadapi setiap kesulitan.
Untuk faktor yang ketiga tidak bisa dijadikan sandaran, dalam arti bahwa kita lalu menggantungkan hidup pada nasib.
Walaupun kehidupan memang tidak bisa dipastikan, paling tidak kita bisa merancang, merencanakan, membuat target, serta membuat analisa atas kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Karena sebagai manusia yang terikat oleh kausalitas atau hukum sebab akibat, sewajarnya kita memperhitungkan berbagai kemungkinan atas kehidupan ini.
Jadi, untuk menjadi pribadi yang lebih baik, kita dituntut menjadi rahmatan lil alamin bagi lingkungan di mana kita tinggal dan mewarnainya, bukan cuma diwarnai oleh lingkungan itu sendiri.