Itu tadi adalah tujuan jangka pendek sebagai tujuan kita yang pertama, sedangkan yang kedua adalah tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka panjang ini sasarannya adalah akhirat, targetnya adalah rida Allah, dan ini yang oleh agama dinamakan dengan hablum minallah, tali vertikal yang menghubungkan manusia langsung dengan Tuhannya.
Untuk mencapai tujuan jangka panjang akhirat ini unsur penunjangnya adalah prestasi ibadah. Kalau untuk tujuan jangka pendek, yaitu dunia dan seluruh isinya, pendidikan, pengalaman, dan nasib memegang peranan yang sangat penting, maka ketiganya itu tidak punya pengaruh banyak.
Bagaimanapun tinggi pendidikan dan betapa pun banyak pengalaman tanpa prestasi ibadah, nilai kita adalah 0 besar dalam pandangan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Itulah sebabnya seorang muslim yang menunaikan salat, puasa, haji, dan zakat, meski termuat target dunia, itu efek saja, sekedar satu efek sampingan, karena target utamanya adalah tetap tujuan jangka panjang, yaitu akhirat dan rida Allah.
Misalnya, karena tekun ibadah, rezeki seseorang menjadi lancar, itu baru "tanda jadi" dan bukan nikmat yang sejati.
Maka dari itu, seorang Muslim adalah orang yang berpandangan luas dan berjiwa lapang. Kedua tujuan ini harus diraih agar setiap muslim mencapai kebaikan di dunia kebaikan di akhirat.
Seorang Muslim yang berpandangan luas dan berjiwa besar seandainya dia gagal mencapai tujuan jangka pendeknya (di dunia), dia masih punya tujuan jangka panjang, yaitu akhirat dan rida Allah.
Orang yang tidak punya pandangan hidup semacam ini, surga bagi dirinya adalah segala sesuatu yang telah tertumpuk di dunia. Bila ajalnya datang, surganya hanya cukup sampai di situ, dan dia tidak punya pengharapan lain di belakangnya.
Selain itu, orang yang punya tujuan jangka panjang segalanya diberikan bingkai pertanyaan ridakah Allah kepadanya? Apakah segala gerak-gerik dan prestasi ibadahnya di dunia Allah terima?
Singkatnya, hanya dengan prestasi ibadahlah kita bisa mencapai tujuan jangka panjang (akhirat dan rida Allah).