Mohon tunggu...
Samuel Luhut Pardamean S
Samuel Luhut Pardamean S Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

" Cintailah apa yang anda Cintai, karna Cinta itu Kebenaran" - Samuel LPS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jasmine III

21 Oktober 2024   01:05 Diperbarui: 21 Oktober 2024   03:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tenang dan santai saja, sedikit boleh. Tapi jangan banyak-banyak gak baik, kecuali Asap kedamaian dari Tuhan barulah kuizinkan kau!" seru Sem kepada Pi Pian dan kawanannya, kawanannya itu ialah orang-orang Aan. Pi Pian mencabut headset yang bersuara itu dari kupingnya, tapi saat Sem berkata ia masih mendengar kata-kata Sem yang terhubung. Itu ajaib, hal itu memang sudah biasa dialami mereka.

  Sem masih diwilayah kabupaten kebumen, Jawa tengah. Setelah habis rokok yang dihisapnya sambil minum kopi ia pun mencoba istirahat sejenak, diluruskannya kakinya yang cukup panjang dan rebahan.

     "Paling enak itu habis makan bobo," kata Sem kepada orang-orang yang terhubung dengan nya namun tak dilihatnya, ia pun menutup matanya berusaha tidur pagi menjelang siang.

   "Kak," kata seorang wanita cantik berparas bule, wajahnya seperti artis 'Avril Lavigne'. Ia memegang tangan Sem berharap ada kata-kata sebelum tidur untuknya.

    Namun Sem hanya terdidur dan mereka juga ikut terlelap.

Waktu tidur mereka hampir lebih dari satu jam lamanya, Sem yang terbangun mencuci wajahnya dengan air dari masjid yang sudah ia siapkan dibotol mineral 600ml. Dipakainya air itu tak habis dari 200ml menggunakan facial wash. Terkadang hal itu terjadi sangat ajaib, ketika Sem mencuci wajahnya. Wajah mereka juga tiba-tiba tercuci secara ajaib dan segar.

Pi Pian yang terbangun mencari penglihatan yang terhubung dengan nya ketika Sem berjalan dipinggir pantai, diketehuinya Sem berjalan kearah Ujung Kulon, Banten. Hatinya cukup khawatir serasa ingin turut dengan Sem dan Pi yang terhubung saat itu, tapi apa daya nya karna saat ini ia juga sedang terhubung dengan Pi dan Sem yang sedang dalam perjalanan kearah Jogjakarta. 

Hatinya cukup berdebar melihat Sem, tingkahnya agak gugup menghadapi keterhubungan itu. Tak mau dibohonginya perasaanya yang sejak kecil kepada Sem.

 "Waktunya makan siang nih, cari makan yuk" ajak Sem kepada orang-orang yang terhubung dengannya namun tak dilihatnya, ia masih memiliki uang yang cukup dan pergi mencari penjual makanan. Dijalan banyak orang-orang dari kelompok yang terbuang menghubungkan diri secara nyata mengaku-ngaku menjadi warga setempat, dengan apatis ia melewati itu semua. 

Ia hanya fokus menikmati perjalanannya, tanpa menghiraukan sedikitpun kelompok yang terbuang. Tampilan kelompok yang terbuang menampilkan sosok yang seakan-akan setia dan berTuhan, dengan ekpresi angkuhnya mencoba menatap Sem yang menghiraukan mereka. 

Kemunafikan kelompok yang terbuang benar-benar tak segan ditunjukan dihadapan Sem, Sem hanya tertawa kecil mentertawakan kebohongan kelompok yang terbuang. Toh dalam pikirnya ia berada didunia yang hanya Tuhan menciptakan, kenapa ia harus perduli kepada kelompok yang terbuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun