"oh iya mas silahkan," ibu pemilik warung memberikan keripik itu dan mengambil uang yang diberikan Sem.
  Panasnya mentari cukup membuat langkah Sem agak berbeda.
-Kriuuuk.. kriuukk, kriuukk,.. --
 Terdengar suara kunyahan kripik dari mulut Sem yang tertutup mengunyah kripik pedas, cukup heran mendapat kripik pedas yang biasanya harga Rp.1000 menjadi Rp.500,-
Sudah sewajarnya hidup dijalanan menahan lapar dan haus, hal yang terpenting bagi Sem saat itu ialah kebersihan hati, pikiran dan juga apa yang terlihat. Sem Maping hanya menggunakan insting nya sendiri, dijalan yang cukup hening dan sepi. Bahkan saat itu jalanan tak memberinya rezeki.
Terus berjalan dan berjalan.
Kekosongan perut saat itu sudah terisi kripik dan air, ia masih berjalan sendangkan hari sudah mulai gelap. Ia masih jauh dari rumah warga, ditemukannya sebuah tempat seperti bale istirahat ditepo sawah yang gelap dan mistik. Ia pun mengistirahatkan dirinya disana, mahkluk halus disana mencoba menandakan keberadaan mereka. Hal itu membuat Sem yang takut gelap agak merinding, tak ada sinar cahaya sedikit pun. Tak ada kendaraan yang melintas.
Terdengar banyak suara-suara aneh, kelompok yang terbuang mencoba tenang ketakutan.
Ia tahu ada banyak sosok lelembut yang mencoba mengganggunya.
 Bebauan tercium.
 Makin merinding.