"Masih kah kau ingat tempat itu?" kata SiPutih terhadap sahabatnya sekawan itu.
"Ya itu sangat gelap, namun sudah beberapa tahun kita kembali menyelam disana, tak bisa kita temukan tempat itu." Kata sahabat SiPutih.
"Kita semua sudah punya anak, namun hingga kini belum kita dapatkan kabarnya." Lanjut SiPutih.
"Itu benar, semoga Tuhan menyertai nya. Aku merindukannya, aku ingin duduk kembali seperti waktu kita kecil" kata sahabat SiPutih mengusap air matanya.
"Kau tahu, ia kakak terbaikku. Andai kita bisa tahu dimana ia saat ini." Kata SiPutih yang juga menangis turut merindukannya,
"Aku punya firasat ia akan datang kelak ditempat itu." Kata SiPutih penuh keyakinan.
"Benarkah? Maaf hatiku agak hampa kehilangan kabar tentangnya, semoga yang kau rasakan itu benar putih." Jawab sahabat SiPutih tersenyum mendapat sedikit harapan.
"Kunantikan ia, sampai kapan pun. Tidak ada kebahagiaan bagiku tanpa mengetahui kabarnya, ia begitu bermakna bagiku. Maaf jikalau aku tak sopan, maafkan aku Tuhan." Kata SiPutih sambil seakan berdoa memohon kepada Tuhan.
 Sejak saat itu mereka suka datang ketempat itu sambil menaburkan bunga, membakar Bakaran yang wangi dan berdoa kepada Tuhan. Hingga bertahun-tahun lamanya selalu dilakukan, sampai-sampai seperti sebuah adat istiadat yang telah mereka lakukan. Namun belum juga ada kabar dari sosok yang dinantikan oleh SiPutih, SiPutih selalu memikirkannya.Â
Hal itu cukup membuat kesehatan SiPutih agak kurang stabil, namun terkadang ia mendengar suara hatinya. Seakan suara sosok yang dinantikannya itu bicara dalam hatinya untuk mengurus dirinya dengan baik, saat suara dihatinya muncul ia membaik dan kembali lebih sehat. Hal itu seperti terulang-ulang, sakit dan sembuh.Â
Namun saat sakit pun ia menyempatkan diri ketempat itu, menyambur bunga, membakar Bakaran dan berdoa. Sesekali ia bernyanyi dengan ciri khas sindennya, saat sakit pun tak pernah ditunjukkannya kepada orang-orang, ia menyembunyikan itu sendiri dan tetap melakukan kegiatannya sehari-hari. Hal yang membuat ia selalu semangat hidup ialah suaminya dan anaknya. Ia tak pernah mau mengecewakan sosok yang dinantikannya itu, ia selalu mengurus keluarganya dengan baik.