Mohon tunggu...
Samuel Luhut Pardamean S
Samuel Luhut Pardamean S Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

" Cintailah apa yang anda Cintai, karna Cinta itu Kebenaran" - Samuel LPS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putihnya Lelaki Sawo

1 Oktober 2024   21:38 Diperbarui: 1 Oktober 2024   22:43 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Samuel Luhut Pardamean simbolon


  Pernah beberapa kali orang ingin dan menaruh sajen untuk SiPutih, namun SiPutih marah dan gemuruh muncul dengan besar. Orang-orang itu celaka, ia tak pernah menerima apapun dari pada orang yang ingin memberikan apapun terhadap nya, dia hanya sibuk menanti penuh kepastian. 

Sebelum ia meninggal ia pernah berkata mendapat firasat sosok yang dinantikannya akan datang, ia benar yakin walau apa yang terjadi diserahkannya kepada Tuhan. SiPutih sangat disegani oleh makhluk-makhluk halus disekitarnya, walau SiPutih sendiri, ia cukup ditakuti oleh mahkluk-mahkluk asral lainnya.


  Klutuk, klutuk, klutuuk. Kaki ku sibuk melangkah berjalan dari arah Pasuruan, Jawa timur kearah selatan. Kini sudah melewati kota malang, bahkan sudah jauh dan harus berjalan kaki lebih dari satu jam kekota itu. Singkat cerita walau banyak hal yang terjadi disana dan disaat perjalanan, aku masih jalan kaki menembus jalan Balekambang.

 Melewati markas angkatan laut TNI aku masih berjalan menembus hutan, sudah gelap dan tengah malam. Aku yang cukup takut gelap memberanikan diri menembus gelapnya hutan tanpa cahaya sedikit pun, hingga pukul 02.00 pagi aku sampai dipintu masuk pantai Balekambang, malang, jawatimur. 

Namun aku belok kiri terus jalan sampai pantai Sendang biru, saat kulihat perjalanan ku terlalu jauh karna bukan wilayah malang lagi. Kembalilah aku kearah barat, berjalan dengan tujuan kembali kearah jakarta. Saat kulihat petunjuk jalan menunjukan kota yang akan tiba didepan bernama batu, dengan spontan aku berkata-kata dan banyak kata-kata kukatakan. Seperti;


  "Batu? Ha, Malin kundang kah? Apa aku akan jadi batu? Tempat apa ini? Kataku mengucap banyak perkataan tak terima situasi itu, saat itu aku cukup lapar, kepanasan, dan udaranya terasa mencekik. Bagaimana tidak treknya cukup menanjak, bahkan kukatakan dengan mulutku. "Jikalau tidak ada yang penting, aku takkan menginjakan kakiku lagi ditempat ini!" seru ku cukup emosional.


  Sesampai ku di Kota Batu, malang, Jawa timur. 

Aku tersenyum kecil cukup terpana, "Tempatnya lumayan bagus tak seperti tempat yang tadi kulewati" kataku dalam hati. Namun apa daya ku, "Tadi aku sudah berkata seperti itu". Mataku menikmati keindahan tempat itu dan berkata; "Romantis juga tempat ini jikalau berpasangan."  Kataku cukup terpesona akan keindahan yang dibuat di kota batu, malang, Jawa timur.


  Dari arah batu aku belok ke kiri, jalur itu mengarah ke blitar, Kota Pak Soekarno, presiden NKRI pertama. Saat itu tahun 2022, untuk pertama kalinya aku berwisata kearah Jawa. Bahkan langsung jalan kaki, namun aku tidak mengemis dan melakukan hal negatif. 

Hari sudah hampir lepas siang, namun masih cukup panas. Aku tak begitu perduli kadang dengan tempat-tempat yang kulewati, bagiku tempat itu cukup biasa sebagaimana aku melintas. 

Kulihat seperti saung yang teduh dipinggir jalan, seberang kantor PLTU karang Kates. Mampir lah aku ingin istirahat, saat kumampir suasananya cukup teduh dan agak mistik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun