Mohon tunggu...
Samuel Luhut Pardamean S
Samuel Luhut Pardamean S Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

" Cintailah apa yang anda Cintai, karna Cinta itu Kebenaran" - Samuel LPS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putihnya Lelaki Sawo

1 Oktober 2024   21:38 Diperbarui: 1 Oktober 2024   22:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Samuel Luhut Pardamean simbolon

 Kantor PLTU Karang Kates, terlihat seorang security yang gagah melihatku agak kejauhan dan menyapaku memberi salam. Salam juga dalam hatiku dan bibirku Tapan suara hanya seperti bisik sambil menganggukan kepala, kunikmati sebatang Dji sam soe ku bersama kopi ku yang tak panas dari botolku.


  Banyak kata-kata yang terdengar saat itu, mereka terhubung nyata namun tak terlihat olehku. Mereka sibuk memperhatikan ku dan sosok ghaib itu. Sosok itu masih menatapku, aku pun kembali tersenyum dan berkata; "Mendekatlah kepadaku." Lalu ia datang dan duduk cukup dekat denganku.


  "Maukah engkau menunggu untuk beberapa tahun lagi?" tanyaku ke sosok arwah gadis misterius itu.


  "Ya, Bapa aku akan menunggu. Selama apapun itu akan kunantikan." Jawab sosok itu penuh keyakinan dan cukup tegas.


  "Jangan memanggilku seperti itu, aku bukan orang suci." Kataku yang terkejut dengan panggilannya.


  "Dia akan datang untukmu, aku sedang lewat sini dan tak sengaja bertemu engkau. Persiapkan lah dirimu untuk nya." Kataku kepada sosok ghaib itu.


  "Siap, terima kasih pak. Bolehkah aku melayanimu sebagai pelayan?" tanya sosok itu mengucap terima kasih.


  "Tidak perlu, cukup mengucap syukur saja kepada Tuhan. Jangan kepadaku, kita sama-sama hamba Tuhan." Balas lu, aku tak mau ia tersesat menggambarkan dirinya kepadaku. Ia pun tersenyum penuh haru, terdengar sebuah lagu 'Pange Lingua Gloriosi -- Catholic Hymn, Gregorian Chant' Kami mendengar nya dengan jelas.


   "Biar kudoakan engkau, supaya Tuhan menaburkan engkau. Marilah duduk bersamaku" kataku mengajak nya duduk hening berserah kepada Tuhan, lalu ia terduduk dan menangis. Air mata nya jatuh penuh kebanggaan, kulihat ada banyak mahluk sesat yang merasuki nya sejak lama. 

Makhluk sesat itu melemahkannya, mencoba mempengaruhinya agar negatif. Namun imannya menyelamatkannya, ia positif. Makanya wanginya enak. Taklama kemudian akupun pergi meninggalkan tempat itu, pergi kearah Blitar. Itu sudah dua tahun lalu, aku tidak mengenal siapa dia. Ternyata sosok itu ialah SiPutih yang menantikan sosok yang dinantikannya.


  Kini aku sedang berjalan kembali menapaki jalan selangkah demi selangkah, setelah kulewati lembah dimana sihitam berjuang, teringat aku tentang siPutih. Tersenyum aku dengan bangga melihat dari kejauhan seakan terhubung dengannya. SiPutih benar-benar luar biasa, ia menaatiku dan masih menantikan ku. Padahal ditahun 2022 kamu seakan tak mengenal karena kami sama-sama lupa satu sama lain, namun aku kini sudah ingat siapa dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun