Mohon tunggu...
Samuel Luhut Pardamean S
Samuel Luhut Pardamean S Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

" Cintailah apa yang anda Cintai, karna Cinta itu Kebenaran" - Samuel LPS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putihnya Lelaki Sawo

1 Oktober 2024   21:38 Diperbarui: 1 Oktober 2024   22:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Samuel Luhut Pardamean simbolon

 Teman dan sahabatku ketika kecil, dimana kami terhubung masa dan waktu, banyak hal yang indah yang pernah kami jalani. Aku masih ingat kejadian saat dikolam renang, dimana ia berusaha memprioritaskan keselamatan ku agar aku bisa bernafas saat kudibawa oleh mahkluk seperti bayangan. 

Ia memberikan nafas didalam air dengan mulutnya agar aku bisa bernafas saat aku kehabisan nafas, saat itu aku berusaha menolongnya dengan semampuku. Hingga akhirnya ia kehabisan nafas dan mendapat pertolongan dari lelaki sawo, awalnya dia enggan, namun dia menurutku dan mendapat nafas dari lelaki sawo yang menjadi satu-satunya suami dan ayah kandung anak nya. Bahkan sebenarnya dahulu kala sebelum mereka bertemu, mereka sudah saling mengenal dan jadi sahabat, namun mereka sama-sama lupa.


   Sebelum ku tiba didepan PLTU itu diperjalanan kusibukkan diri menyusun bebatuan dengan rumus fisika, bediri tegak tak terjatuh kan angin ataupun getaran dari kendaraan yang melintas. Sebagaimana pertanda kebiasaan kami sejak kecil menyusun bebatuan layaknya monumen, tingginya rata-rata lebih dari 50cm. Cukup artristik dan bernilai seni. Sayangnya tak kuabadikan dengan kamera ponselku saat itu, cukup banyak lebih dari 10 monumen kecil kubuat berdiri disepanjang jalan. Bahkan jelas terlihat dari kejauhan oleh orang-orang yang melintas.


  Hingga sampailah aku didepan kantor PLTU Karang Kates, malang, Jawa timur. Duduklah aku mengucap syukur kepada Tuhan disana, setelah itu makanlah aku memakan Indomie rendam 30menit. Kutatap di sekitarku, terlihat arah tenggara sebuah cerobong PLTU yang begitu besar. Sore itu kira-kira pukul 03.00 sore saat aku makan muncul lah SiPutih melihatku penuh kebanggaan.


  "Kakak," kata SiPutih menyapaku, ia benar-benar terkejut kesenangan. Akupun tersenyum menyambutnya, ia pun mendapat muzizat dari Tuhan. Didapatkan nya juga Indomie yang kumakan. Kami duduk disana tanpa kata-kata, ia merangkul tanganku. Luar biasanya ia benar-benar mengenaliku setelah usia ku 31 tahun. 

Dia agak malu rasanya ketika kami sama-sama lupa saat dua tahun yang lalu bertemu, kami sama-sama lupa saat itu. Ia menangis dan meluapkan perasaan rindunya. 

Dicek ya seluruh bagian tubuhku seakan ia tak mau ada yang terluka, membuat aku agak terpaku terdiam. Senyumnya begitu indah dan mesra, tak banyak kata yang ia katakan.

 Disibukinya dirinya menikmati wajah lu yang dipandangnya, membuatku menaikan alis keriku dan tersenyum kecil kepadanya.


  "Kamu tampan, love you."  Kata SiPutih sambil tersipu malu.


  "Thank you putri kecil ku, maaf aku sempat lupa," kataku kepada siputih, tak kuasa ku tersenyum penuh kebahagiaan.


  "Aku senang kakak baik-baik saja, maaf tempo itu aku lupa." Kata SiPutih sambil menangis penuh bahagia melihatku, ekspresi wajahnya tak sekedar manis namun sangat imut kulihat. Kurangkul ia dan diletakkan kepalanya dibahu kananku, kamu menikmati kehangatan suasana yang indah sore itu. Alam yang indah menambah kesejukan dihati dan pikiran kami, jiwa kami sama-sama tertenangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun