"Aaa..apa yang bisa kubantu Kathelijn?"
"Temui kerabat ku di Belanda, adikku mungkin saja masih hidup, atau dia memiliki anak dan cucu, temui mereka kirimkan pesanku."
"Aku tidak mengerti, bukankah kalian sekeluarga diserang oleh tentara Jepang?"
"Itu memang benar Zia, keluargaku diserang oleh tentara Jepang. Aku dan ibuku terbunuh, jasadku dikuburkan di halaman belakang rumah ini. Sedangkan jasad ibuku entah mereka bawa kemana. Ayah dan adikku berhasil meloloskan diri. Mereka kembali ke Belanda."
"Lantas apa urusan yang belum kau selesaikan, dan pesan apa yang ingin kau sampaikan pada adikmu?"
"Aku masih mencari ibuku, aku ingin tahu dimana dia. Aku akan pulang ke rumah Tuhan jika sudah bertemu dengannya. Dan pesan untuk adikku, aku ingin dia membantuku untuk mencari ibu."
"Tapi bagaimana jika ibumu sudah terlebih dahulu pergi kerumah Tuhan, dia tidak mencarimu Kathelijn?"
"Omong kosong apa yang kau katakan Zia?! mana mungkin ibuku seperti itu!!" Kathelijn bangun dari duduknya dengan emosi.
Kini Zia mulai ketakutan karena melihat Kathelijn berubah menjadi gadis menakutkan dan terlihat wujud aslinya, tubuhnya penuh darah, dahinya berlubang bekas tembakan. Kathelijn kemudian mencekik Zia karena emosi.
"Setidaknya, jika kau tidak ingin membantuku, kau tidak usah menjelekkan ibuku nona. Aku bisa saja membuat rohmu tidak kembali pada tubuhmu. Tapi aku masih berbaik hati padamu." Kathelijn berbicara dengan sedikit berbisik di telingan Zia kemudian melepaskan cekikakan yang ia lakukan pada Zia.
"Mungkin inilah alasan mengapa gadis 20 tahun lalu tidak ingin membantumu Kathelijn." Ucap Zia sembari memegangi lehernya.