"Emmm, Jadi tadi malam..." Zia berniat menceritakan kejadian semalam, namun urung karena setelah mengetahui cerita tersebut, ia pikir mungkin ini tidak ada hubungannya dengan kejadian semalam.
"Tadi malam kenapa Zia?"
"Eh, tidak, tidak kenapa-napa. Aku ke kamar dulu ya nek."
Nenek Zia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, heran dengan tingkah cucu satu-satunya itu. Zia lagi-lagi memandangi kalung dengan permata merah itu, hingga akhirnya karena semalam ia kurang tidur, ia mudah sekali terlelap tidur sembari memegangi kalungnya tersebut.
Seperti kejadian tadi malam, Ia Kembali terbangun dan melihat tubuhnya tengah tertidur. Jelas ini benar-benar terjadi, bukan mimpi atau kebetulan. Zia terlihat lebih tenang dan tidak sepanik kemarin malam. Ia berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia menuruni anak tangga dan menuju ruang tamu, Kembali mencermati foto keluarga yang semalam ia lihat disana. Sekarang jelas sudah ia benar-benar yakin keluarga ini adalah warga Belanda.Â
Terlihat seperti keluarga Bahagia, dimana terdapat seorang ayah, ibu, satu anak perempuan sepantar dengan Zia, dan satu anak laki-laki sepertinya berusia 5 tahun. Tercatat dibawah foto bertulisan Vader, Moeder, Kathelijn, Dedrick.
Zia lama sekali berada di depan foto tersebut. Sampai pada akhirnya Ia tersadar bahwa gadis yang ada di foto tersebut adalah gadis Belanda yang semalam berada di kamarnya. Ia juga semakin terkejut saat menyadari bahwa gadis yang berada di foto tersebut mengenakan kalung yang sama dengan kalung pemberian neneknya.
"Jelas sekali, ini pasti ada hubungannya dengan kalung permata merah ini." Bisik Zia.
"Kamu sudah mulai memahami nona?" Tiba-tiba terdengar suara seorang gadis menyambar.
Dengan sedikit terkejut, Zia menoleh kearah sumber suara. Benar saja gadis Belanda semalam sedang duduk di sofa memandangi Zia. Dengan sedikit ketakutan, Zia melangkah mendekat.
"kemari nona, tidak perlu takut, duduk bersamaku." Gadis Belanda itu berbicara lagi.