Mohon tunggu...
Sabrina Yudhistira Jumiranto
Sabrina Yudhistira Jumiranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

43223110015 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2-Kebatinan Mangkunegaran IV pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

16 November 2024   22:10 Diperbarui: 16 November 2024   22:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sifat angkara seringkali hanya menghasilkan kemarahan yang tidak bermanfaat (kareme anguwus-uwus, uwose tan ana) dan biasanya dilampiaskan dengan perilaku destruktif seperti mencaci maki tanpa dasar atau memukul orang lain (mung janjine muring-muring).

Nasihat ini mengajarkan pentingnya pengendalian diri dan menjaga ketenangan dalam menghadapi situasi sulit. Bagi seorang pemimpin, menghindari sifat angkara berarti bersikap bijaksana, tidak mudah terpancing emosi dan tidak menggunakan kekuasaan untuk menindas atau menyakiti orang lain. 

Dalam konteks kepemimpinan dan pemberantasan korupsi, pesan ini menekankan pentingnya sikap yang adil dan tidak emosional dalam menyelesaikan masalah, serta menjaga integritas dalam setiap tindakan.

3.Menghormati Adab dan Menjaga Etika (Bertindak dengan Sopan Santun)

Dalam Serat Wedhatama, Mangkunegara IV menekankan pentingnya etika dan kesopanan dalam bertindak, terutama dalam pertemuan atau interaksi sosial, tidak berbuat yang kurang sopan sehingga memalukan (gonyak-ganyuk nglelingsemi). 

Nasihat ini mengajarkan agar pemimpin tidak bertindak sembarangan atau semaunya sendiri (nggugu karepe priyangga), melainkan selalu mempertimbangkan situasi dan norma yang ada. Pemimpin harus menjaga sikap agar tidak terkesan kurang sopan atau memalukan orang lain (gonyak-ganyuk nglelingsemi) dan berbicara dengan bijaksana, tidak hanya untuk menghindari dipandang bodoh atau demi pujian pribadi.

Selain itu, Mangkunegara IV mengingatkan bahwa pemimpin harus "menempatkan diri" dengan baik (troping angganiralmnel) dan mematuhi tatanan yang ada (angger ugering keprabon) yang artinya harus menghormati aturan, norma sosial dan hukum yang berlaku. 

Hal ini sangat relevan dalam konteks pemberantasan korupsi karena pemimpin yang baik harus bertindak dengan bijak, mengedepankan kepentingan umum dan menjaga integritasnya, tanpa terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau dorongan untuk mendapatkan pujian.

4.Bijaksana dalam Bergaul dengan Semua Kalangan (Pandai Bersosialisasi)

Menurut Serat Wedhatama, orang yang berbudi baik biasanya mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan berbagai kalangan (bangkit ajur ajer). Meskipun ia memiliki pemahaman yang benar dan terkadang berbeda pandangan dengan orang lain, ia tetap bersikap ramah dan menjaga perasaan mereka (mung ngenaki tyasing lyan).

Kadang-kadang, orang berbudi akan bersikap rendah hati dan berpura-pura tidak tahu untuk menghindari konflik atau membuat orang lain merasa nyaman (den bisa mbusuki ujaring janmi). Selain itu, seorang yang bijaksana akan menghadapi orang yang kurang pengetahuan atau bersikap tidak pantas dengan cara yang halus (sinamun ing samudana) dan penuh kelembutan (sesadon ing adu manis).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun