Mohon tunggu...
Sabrina Yudhistira Jumiranto
Sabrina Yudhistira Jumiranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

43223110015 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2-Kebatinan Mangkunegaran IV Pada Upaya Pencegahan Korupsi Dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

16 November 2024   22:10 Diperbarui: 17 November 2024   04:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam konteks pemberantasan korupsi, kewaspadaan ini sangat penting karena korupsi sering kali berakar pada ketidaksadaran atau kelemahan dalam memeriksa integritas dan keputusan yang diambil. Dengan menjaga kewaspadaan, pemimpin dapat menghindari penyalahgunaan kekuasaan yang dapat merugikan banyak pihak.

Kalimat Atetamba Yen Wus Bucik (Berobat Sesudah Terluka) mengajarkan bahwa pencegahan lebih baik daripada mengobati. Dalam kehidupan dan kepemimpinan, menghindari masalah jauh lebih efektif daripada mencoba menyelesaikannya setelah masalah tersebut terjadi. 

Jika seorang pemimpin hanya "berobat setelah terluka," artinya dia baru bertindak setelah kerusakan atau kesalahan terjadi, meskipun sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman, itu akan sia-sia. 

Dalam konteks korupsi, hal ini menegaskan bahwa pemimpin harus menghindari tindakan korupsi sejak awal dan tidak hanya bertindak ketika masalah sudah terlanjur besar. Pemimpin harus dapat mencegah korupsi dengan membangun sistem yang transparan, akuntabel dan penuh integritas, bukan hanya bertindak setelah skandal atau penyalahgunaan kekuasaan terungkap.

2.Menghindari Sifat Angkara dan Perbuatan Nista (Menghindari Sifat Buruk dan Perbuatan Keji)

Dalam Serat Wedhatama, Mangkunegara IV menasihatkan agar setiap individu, terutama pemimpin, menghindari sifat angkara (amarah yang tidak terkendali) dan perbuatan nista (keji) yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain (awya mematuh nalutuh). 

Sifat angkara seringkali hanya menghasilkan kemarahan yang tidak bermanfaat (kareme anguwus-uwus, uwose tan ana) dan biasanya dilampiaskan dengan perilaku destruktif seperti mencaci maki tanpa dasar atau memukul orang lain (mung janjine muring-muring).

Nasihat ini mengajarkan pentingnya pengendalian diri dan menjaga ketenangan dalam menghadapi situasi sulit. Bagi seorang pemimpin, menghindari sifat angkara berarti bersikap bijaksana, tidak mudah terpancing emosi dan tidak menggunakan kekuasaan untuk menindas atau menyakiti orang lain. 

Dalam konteks kepemimpinan dan pemberantasan korupsi, pesan ini menekankan pentingnya sikap yang adil dan tidak emosional dalam menyelesaikan masalah, serta menjaga integritas dalam setiap tindakan.

3.Menghormati Adab dan Menjaga Etika (Bertindak dengan Sopan Santun)

Dalam Serat Wedhatama, Mangkunegara IV menekankan pentingnya etika dan kesopanan dalam bertindak, terutama dalam pertemuan atau interaksi sosial, tidak berbuat yang kurang sopan sehingga memalukan (gonyak-ganyuk nglelingsemi). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun