Serat-serat ini bertujuan untuk menjaga nilai-nilai agama dan adat istiadat yang bisa menjadi pedoman dalam menghadapi krisis multidimensi.Â
Keadaan moral yang memburuk telah mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat dan jika dibiarkan, bisa memperburuk situasi kerajaan Surakarta. Dalam kondisi dekadensi moral ini, Mangkunegara IV memberikan nasihat kepada anak-anak dan generasi muda, mendorong mereka untuk memperbaiki moral dengan mengikuti ajaran budaya Jawa dan Islam. Serat Wedhatama terdiri dari lima pupuh:
1.Pupuh pertama (Pangkur) yang berisi nasihat dasar tentang hidup dengan jiwa dan ilmu luhur.
2.Pupuh kedua (Sinom), terdiri dari 18 bait yang dimulai dari bait 15 hingga 32. Pupuh ini menjelaskan cara meningkatkan harkat hidup dengan mencapai tiga hal, yaitu hidup dengan luhur, mencari harta benda sebagai bekal hidup dan mencari kepandaian (ilmu pengetahuan).
Dalam hidup, manusia diajarkan untuk sering berkhalwat (menyendiri) dan selalu mengingat Sang Pencipta, serta mengurangi makan dan tidur. Hal ini berbeda dengan sikap anak muda yang hanya pamer ibadah untuk mengharapkan mukjizat atau promosi jabatan.
3.Pupuh ketiga (Pucung) yang terdiri dari 15 bait yang dimulai dari bait 33 hingga 47. Pupuh ini mengajarkan bahwa ilmu harus dipraktikkan, diawali dengan kemauan karena kemauan adalah kekuatan yang menguatkan kesabaran dalam hati.Â
Untuk mencapai keberhasilan, seseorang harus memiliki tiga sikap penting: rela tanpa penyesalan, sabar tanpa mudah marah dan ikhlas berserah diri kepada Tuhan.
4.Pupuh keempat (Gambuh), terdiri dari 35 bait yang dimulai dari bait 48 hingga 82. Pupuh ini menjelaskan tentang catur sembah, yaitu empat cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan:
a) Sembah raga adalah ibadah salat lima waktu, dimulai dengan bersuci menggunakan air. Sembah raga harus dilakukan dengan tekun karena dapat menyehatkan tubuh, menenangkan hati dan meredakan pikiran yang kacau.
b) Sembah cipta dilakukan melalui tirakat untuk membersihkan hati dengan cara melawan nafsu. Sembah cipta harus dijalankan dengan tekun, istiqomah, hati-hati dan sabar.
c) Sembah jiwa ditujukan kepada jiwa atau sukma, berkaitan dengan batin. Sembah jiwa dapat dilakukan setelah seseorang melaksanakan sembah cipta dan hanya dapat dilakukan dengan kesucian batin.