Prinsip ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus berani berkorban dan tidak mencari keuntungan pribadi. Dalam era modern ini, dimana praktik korupsi sering terjadi karena motif pribadi yang menguntungkan, seorang pemimpin harus menunjukkan keberanian untuk tidak terpengaruh oleh godaan material atau kekuasaan.
 Seorang pemimpin yang berani berkorban adalah mereka yang tidak akan mengorbankan prinsip keadilan demi kepentingan pribadi atau golongan.Â
Dalam upaya pemberantasan korupsi, prinsip ini mengajarkan pemimpin untuk memiliki integritas yang tinggi, serta berani melawan godaan untuk memperkaya diri melalui cara yang salah. Dengan menjadi teladan dalam sikap hidup sederhana dan tidak mementingkan diri sendiri, pemimpin dapat menciptakan budaya yang bersih dari korupsi.
3.Hangruwat (Mampu Menyelesaikan Masalah dan Konflik)
Pemimpin harus mampu menyelesaikan masalah dan konflik yang timbul di masyarakat atau organisasi. Dalam konteks pemberantasan korupsi, masalah yang sering muncul adalah adanya konflik kepentingan, ketidakadilan dan ketidaktertiban dalam pengelolaan sumber daya negara.Â
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi yang adil bagi semua pihak, termasuk menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh praktik korupsi.
 Pemimpin yang efektif dalam pemberantasan korupsi adalah mereka yang mampu mengenali dan menyelesaikan sumber masalah dengan bijaksana, serta mengupayakan sistem yang transparan dan akuntabel agar masalah serupa tidak terulang di masa depan.
4.Hanata (Mengatur dan Menata)
Prinsip ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengatur dan menata dengan baik. Dalam hal ini, mengatur berarti membuat segala sesuatu berjalan dengan tertib, efisien dan sesuai dengan prinsip keadilan. Salah satu cara terbaik untuk memberantas korupsi adalah dengan menciptakan sistem yang jelas, tertib dan transparan.Â
Sebagai contoh, pemimpin dapat merancang kebijakan yang memastikan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan anggaran dan meminimalisir potensi penyalahgunaan wewenang. Seorang pemimpin yang mengatur dengan baik akan menciptakan lingkungan yang mendukung terciptanya sistem yang anti-korupsi dan menumbuhkan rasa kepercayaan publik terhadap pemerintahan atau organisasi yang dipimpinnya.
5.Hamengkoni (Memberikan Bingkai dan Menyatukan Masyarakat)