“Nggak usahlah,” sahut Angga. “Urusan perut lebih penting. Tapi kalo dompet yang ketinggalan, ya kita harus balik lagi.”
Keduanya tertawa.
* * *
Sekali lagi, pikir Nay saat menekan tombol panggil untuk yang ke sekian kalinya. Ditempelkannya ponselnya ke telinga, namun yang terdengar di seberang sana hanya nada panggil.
Nay mendesah – kecewa.
Ia lalu mematikan ponselnya dan kembali memasuki kamar tempat Rei dirawat.
* * *
“Kita duduk di sana!” seru Rena. “Masih ada tempat kosong!”
Tanpa sadar, gadis itu menggamit lengan Angga dan menarik pemuda tersebut agar mengikuti langkahnya.
“Nah,” tukas Rena setelah mereka berdua berhasil mendapatkan tempat duduk, “kita liat daftar menunya.”
Rasanya aku pernah liat Angga, pikir Rena.