"Gama!!!" Bisik Lora lembut di telinga Gama yang lagi-lagi menjelajah pulau kapuk. Gama langsung tersontak ketika telinganya menangkap suara makhluk halus.
"Lo lagi!! Mau apa lagi, sih? Gue nggak nerima sumbangan!" Ucap Gama ketus.
"Lora tau rahasia Gama, lho." Lora kembali berbisik. Gadis itu melempar senyum penuh kemenangan ketika melihat Gama yang terdiam.
"Sialan! Gue lupa kalau kemarin gue ketemu nih cewek di taman!"
Gama menatap Lora sedikit lebih lama. Bisa gawat kalau Lora bilang ke semua orang kalau Gama ternyata takut pada kucing. Bisa-bisa semua orang akan menguncinya dalam ruangan penuh kucing. Ini bisa membahayakan jabatannya sebagai berandal sekolah juga nyawanya.
"Lora, gue pengen bilang sesuatu sama lo. Mari kita buat perjanjian."
Bibir Lora masih melengkungkan senyum penuh kemenangan. Ini dia yang Lora tunggu sedari tadi. Lora langsung menyerahkan sebuah kertas yang ia simpan dalam saku roknya pada Gama yang menatap Lora sekilas sebelum membacanya. Gama menatap Lora datar. Tapi, senyum licik gadis itu membuat Gama mau tak mau harus menandatangani kertas itu.Â
Tak lama kemudian Gama langsung memgambil tasnya dan pindah ke bangku Lora. Makhluk seisi kelas langsung menatap ke arah Lora dan Gama bergantian dengan wajah heran. Seolah baru saja melihat alien turun dari pesawat luar angkasa. Entah sihir apa yang dilakukan Lora hingga bisa membuat si berandal sekolah menuruti perkataannya.
Bahkan, satu minggu ke depan makin banyak hal aneh yang terjadi seperti Gama yang membelikan Lora beberapa makanan ringan. Gama yang menggantikan jadwal piket Lora. Atau, Gama yang mau memberikan topi pada Lora ketika upacara tiba hingga membuat pria itu yang harus menerima hukuman. Lora sendiri merasa sangat senang dengan hal itu. Tapi, jujur saja, dia merasa sangat bersalah pada Gama.
"Gama!!!" Panggil Lora dengan nada lembut yang membuat tubuh Gama merinding.
"Mau apa lagi Yang Mulia Aurora?" Gama menjawab malas.