225 hari menuju Ujian Masuk Universitas
( Hari pertama di kelas 3 SMA)
Rheana Adisty keluar rumah pada Subuh pagi itu dan berkata kepada dirinya sendiri, sesuatu yang aneh akan terjadi kepadaku hari ini. Dia yakin setengah mati. Rhea melacak asal muasal pertanda-pertanda itu pada detak jantungnya yang ganjil dan liar, bahkan denyutan ini dia tautkan dalam sejumlah firasat yang bergelantungan dalam pikiran dan perasaannya.
Selama setengah jam atau lebih Rhea mengikuti langkah kakinya menelusuri jalan, lalu menunggu seseorang di persimpangan jalan trotoar dekat lampu jalanan yang masih menyinari keadaan gelap dan dingin kala itu. Ketika tiba-tiba dia melihat seorang laki-laki dengan seragam yang sama sepertinya terbalut hoodie hitam berjalan jauh di hadapannya. Laki-laki itu sedang menuju ke arahnya dan tersenyum lebar sambil melambaikan tangan.
Rhea melihat laki-laki itu lagi, seraya mengubah pandangan ekspresi mukanya, tak dapat mengenalinya dengan jelas, dan pada saat yang sama berpikir, apakah itu dirinya? Sudah lama tidak melihatnya sejak liburan semester akhir tahun kemarin.
Sedikit berlari saat kurang lebih jaraknya 1 meter dengan Rhea, laki-laki itu memulai pembicaraan.
'' Maaf membuatmu lama menunggu, aku mengantuk sekali. Kenapa kita harus pergi ke sekolah subuh-subuh begini?''
Rhea mengubah wajahnya lagi menjadi lebih kesal karena dia berkata seperti itu padahal sudah ditunggunya cukup lama.
" Yang meminta untuk berangkat bersama itu kamu! kenapa kamu lambat sekali? Aku sudah bilang mulai hari ini setiap menit itu berarti tahu!''
'' Kita sekelas, tentu saja kita harus pergi bersama. Akhirnya, setelah 3 tahun.'' Jawabnya dengan dingin dan agak sedikit mengerutkan senyum hanya pada sisi bibir kanannya.
Rhea dengan percaya diri mengatakan bahwa ia akan focus mulai saat itu juga.