Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Chemical Engineer

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mewujudkan Pembangunan Inklusif

26 Februari 2022   06:33 Diperbarui: 26 Februari 2022   09:41 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tukang rongsokan tengah istirahat di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (22/4/2020). Di tengah pandemi Covid-19 dalam situasi yang sangat berat, pemerintah mengumumkan akan terjadi peningkatan jumlah angka kemiskinan hingga 3,78 juta orang (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Memperluas kesempatan kerja secara adil dan merata dengan upah yang layak berpotensi menurunkan angka pengangguran. Tanpa memiliki pekerjaan yang baik dengan upah yang layak sulit membayangkan seseorang bisa mengalami hidup sejahtera.

Kebijakan yang progresif

Harus diakui, meski ada kekurangan, pemerintah sudah melakukan upaya yang cukup baik. Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai.

Selain memperluas akses dan meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, teknologi, dan kesempatan kerja secara adil dan setara, kebijakan yang progresif sangat penting dan mendesak. Bagaimanapun, negara punya kapasitas dan tanggung jawab mengupayakan peningkatan mobilitas sosial masyarakat.

Arah dan kebijakan pembangunan dari pemerintah sangat menentukan terciptanya akses dan kesempatan. Pemerintah sebagai regulator dituntut progresif dan bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. 

Kebijakan yang diambil harus dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. Selain itu, dampak disrupsi teknologi juga perlu dicermati.

Disrupsi teknologi memaksa manusia beradaptasi dengan cara mendisrupsi dirinya sendiri. Cepat atau lambat, teknologi seperti kecerdasan buatan akan membentuk ulang tatanan dunia. 

Kita perlu mencermati konsekuensi dari implementasi kecerdasan buatan; otomatisasi tidak hanya mengubah lanskap pekerjaan manusia, tapi juga cara manusia bekerja.

World Economic Forum dalam Future of Jobs Report 2020 memprediksi, selain menghasilkan 97 juta jenis pekerjaan baru, kecerdasan buatan juga akan menghilangkan 85 juta jenis pekerjaan. Akan ada masa di mana beberapa (bahkan semua) pekerjaan manusia diambil alih oleh kecerdasan buatan. Masa transisi itu akan menjadi ujian bagi umat manusia.

Masa transisi menuju era kecerdasan buatan diprediksi akan mengguncang perekonomian negara dan dunia. Bila gagal mempersiapkan diri, Indonesia akan mengalami pukulan yang telak seperti halnya pandemi Covid-19; pengangguran, ketimpangan dan kemiskinan akan meningkat.

Selain upskilling dan reskilling sumber daya manusia, meningkatkan anggaran perlindungan sosial dan memperluas cakupannya sudah selayaknya dilakukan oleh pemerintah di era disrupsi. Perlindungan sosial dengan jumlah yang memadai bisa mengurangi dampak negatif otomatisasi (World Economic Forum, 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun