Banyaknya kandidat menyebabkan suara publik terpecah, dan meskipun Chirac akhirnya menang besar di putaran kedua, hasil awal yang kecil mengundang kritik tentang representasi dan legitimasi.
4. Pemilu Gubernur Jakarta 2017 (Putaran Pertama)
Anies Baswedan (40.05%) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) (42.99%) sama-sama tidak mendapatkan mayoritas suara di putaran pertama karena suara terpecah dengan Agus Harimurti Yudhoyono (17.05%).
Meski akhirnya ada putaran kedua, situasi ini menunjukkan bahwa banyaknya kandidat dapat membuat mayoritas masyarakat tidak merasa sepenuhnya terwakili.
Dampak Terhadap Legitimasi
Kemenangan dengan perolehan suara kecil akibat banyaknya kandidat dapat melemahkan legitimasi pemimpin karena ia dianggap tidak mewakili mayoritas rakyat. Dukungan yang terfragmentasi membuat kebijakan pemimpin rentan dipertanyakan dan menghadapi resistensi, baik dari oposisi maupun masyarakat.
Hal ini juga dapat mempersulit pembentukan koalisi yang solid di parlemen, menghambat jalannya pemerintahan, dan memicu ketidakpuasan publik. Akibatnya, stabilitas politik terganggu, dan wacana reformasi sistem pemilu, seperti pemilu dua putaran, sering kali muncul untuk memastikan pemenang memiliki legitimasi mayoritas.
Dampaknya:
1. Kurangnya Dukungan Mayoritas
Jika seorang pemimpin hanya didukung sebagian kecil rakyat, kebijakan mereka sering dipertanyakan oleh oposisi dan masyarakat.
2. Tantangan Stabilitas