Assalamualaikum Wr. Wb.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ.
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُوْ عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ، وَيَسْتَحِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَالْكَافِرُوْنَ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ.
الشورى: ٢٥)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
"Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang mereka kerjakan."
"Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka azab yang sangat keras."
(QS. Asy-Syura: 25-26)
Diriwayatkan dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda:
لا يَرَى وَجْهِي ثَلَاثَةٌ: عَاقُ الْوَالِدَيْنِ وَتَارِكُ سُنَّتِي وَمَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ.
"Ada tiga orang yang takkan melihat wajahku: orang yang durhaka kepada ibu bapak, orang yang meninggalkan sunahku, dan orang yang aku disebut di hadapannya, tapi dia tidak membaca shalawat untukku." Benarlah Nabi dengan sabdanya.
Tatkala turun ayat:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ.
"Dan rahmat-Ku telah meliputi segala sesuatu."
Maka Iblis -terkutuklah dia- menjadi sombong, katanya: "Saya ini salah satu dari segala sesuatu itu. Aku pun akan memperoleh bagian dari rahmat Allah." Dan begitu pula sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Namun, setelah turunnya ayat:
فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ.
"Dan akan Aku tetapkan rahmat bagi mereka yang bertakwa dan menafkah- kan zakat."
Maksudnya, akan Aku berikan rahmat itu kepada orang yang menjaga diri dari syirik dan menunaikan zakat.
وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُوْنَ.
"Dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami."
Yakni, membenarkan ayat-ayat Kami, maka putuslah harapan iblis kepada rahmat Allah Ta'ala. Sedang orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata: "Kita pun menjaga diri dari syirik, menunaikan zakat dan beriman kepada ayat-ayat Allah Ta'ala." Maka akhirnya turunlah firman Allah Ta'ala:
الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
والإِنْجِيلِ.
"Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang di sisi mereka."
Maksudnya, yang membenarkan Nabi Muhammad Saw., maka orang-orang Yahudi dan Nasrani itu pun putus asa, dan tinggallah rahmat itu untuk kaum mukminin semata. Ayat ini terdapat dalam surat Al-A'raf. (Tanbihul Ghafilin)
Dikatakan, bahwa sifat tergesa-gesa adalah dari setan, akan tetapi tergesa-gesa itu menjadi sunah dalam lima hal: Dalam mengubur mayit, dalam mengawinkan anak-anak perempuan, dalam melunasi hutang-hutang, dalam bertaubat sesudah melakukan maksiat, dan dalam menyuguhkan makanan kepada musafir. (Tafsir Kabir)
Dari Abu Dzar ra., bahwa dia mengatakan: Pernah saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ دَاءِ دَوَاءٌ وَدَوَاءُ الذُّنُوبِ الْإِسْتِغْفَارُ.
"Sesungguhnya setiap penyakit ada obatnya, dan obat dosa-dosa ialah memohon ampun."
Dan sabda Nabi Saw.:
أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ؟
"Hai manusia, bertaubatlah kamu kepada Allah, sesungguhnya aku sendiri bertaubat dalam sehari seratus kali."
Dan sabdanya Saw. pula:
مَنْ لَمْ يَسْتَغْفِرِ اللَّهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مَرَّتَيْنِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ.
"Barangsiapa tidak memohon ampun kepada Allah dua kali sehari, maka benar-benar dia telah menganiaya dirinya sendiri."
Dan dari Syaddad bin Aus ra. bahwa dia mengatakan: Rasulullah Saw. bersabda:
سيِّدُ الإِسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُوْلَ الْعَبْدُ : اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ الا انت.
"Permohonan ampun yang terutama ialah, bila seseorang mengatakan: "Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan melainkan Engkau, Engkau telah menciptakan daku, dan aku adalah hamba-Mu, dan aku akan tetap pada janji dan perjanjian Engkau sedapat-dapat aku. Aku berlindung kepada Engkau dari keburukan apa yang telah aku perbuat, dan aku akan kembali kepada Engkau dengan nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku, dan aku akan kembali dengan membawa dosaku, maka ampunilah daku. Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau jua." (Al-Hadits)
Sebuah Cerita:
Di kalangan Bani Israel, pernah ada seorang pemuda yang telah beribadah kepada Allah Ta'ala dua puluh tahun, kemudian bermaksiat kepada-Nya selama dua puluh tahun pula. Kemudian pada suatu hari ia memandangi dirinya pada sebuah cermin, maka tampaklah olehnya di antara janggutnya terdapat rambut yang telah putih. Oleh karenanya, ia pun bersedih hati, seraya katanya: "Tuhanku, Aku telah taat kepada- Mu selama dua puluh tahun, kemudian aku bermaksiat kepada-Mu selama dua puluh tahun pula. Maka jika aku hendak kembali kepada- Mu, masih dapatkah aku Engkau terima?" Maka dia mendengar ada yang berkata: "Dulu kamu cinta kepada Kami, maka Kami pun cinta kepadamu, lalu kamu tinggalkan Kami, maka Kami pun meninggalkan kamu, lalu kamu bermaksiat kepada Kami, maka Kami lalaikan kamu. Maka, jika kamu kembali kepada Kami, Kami pun akan menerimamu. (Hayatul Qulub)
Diceritakan dari Syaikh Imam Abu Nashar As-Samarqandi, bahwa dia pernah mengatakan: "Pada mulanya Hasan Al-Bashri adalah seorang pemuda yang ganteng. Dia pakai pakaian yang paling bagus lalu ber- keliling ke rumah-rumah di kota Bashrah, dan di sanalah dia berfoya- foya. Tengah dia berjalan pada suatu hari, dilihatnya seorang wanita cantik, tinggi semampai. Hasan pun menguntit di belakangnya. Wanita itu menoleh kepadanya dan tegurnya: "Tidakkah Anda malu?"
"Malu kepada siapa?" jawab Hasan.
Kata wanita itu: "Kepada Allah Yang mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati?"
Lanjut Syaikh Abu Nashar: Hati Hasan tersinggung juga sedikit, tetapi dia tidak tahan dan tidak mampu menguasai nafsunya. Dia tetap saja menguntit di belakang wanita itu. Maka kata wanita itu: "Kenapa Anda datang lagi?"
"Aku terpesona melihat kedua matamu," kata Hasan kepadanya.
"Duduklah," wanita itu mempersilakan, "Sampai nanti aku kirimkan untuk Anda apa yang anda inginkan."
Hasan mengira bahwa dia benar-benar telah dapat menggoda wanita itu, sebagaimana dia telah tergoda olehnya. Dia pun duduk. Dan tiba-tiba datanglah seorang pelayan wanita membawa piring ditutup sapu tangan. Hasan membuka piring tersebut, dan ternyata yang terletak di atas piring itu ialah kedua mata wanita yang dia kejar- kejar itu. Kata pelayan itu kepada Hasan: "Sesungguhnya majikanku berpesan, 'Saya tak ingin mata yang menyebabkan seseorang terkena fitnah'."
Menyaksikan dan mendengar ucapan dari si pelayan, pucatlah Hasan, lalu dia pegang janggutnya dengan tangannya, seraya berkata kepada dirinya sendiri: "Persetan dengan janggut yang tidak lebih berarti daripada seorang wanita." Pada saat itu juga Hasan menyesal dan kapok. Diapun pulang ke rumahnya, dan semalam suntuk dia menangis. Pagi harinya, Hasan datang lagi ke rumah si wanita untuk meminta maaf kepadanya. Ternyata, dia lihat pintu rumahnya tertutup, dan terdengar beberapa orang wanita tengah meratap. Hasan menanya- kan itu, yang lalu mendapat jawaban: "Tuan rumah ini telah meninggal dunia."
Hasan meninggalkan tempat itu dan selama tiga hari dia terus menangis. Pada malam ketiga, Hasan bermimpi melihat wanita itu duduk dalam surga. Maka, pinta Hasan kepadanya: "Maafkanlah aku."
Jawab wanita itu: "Aku telah memaafkan kamu, karena aku benar- benar telah memperoleh dari Allah sesuatu yang jauh lebih baik, lan- taran kamu."
Lalu Hasan berkata: "Berilah aku nasehat."
Maka nasehatnya: "Apabila Anda sendirian, ingatlah kepada Allah Ta'ala. Dan apabila waktu pagi dan sore, mohonlah ampun kepada Allah dan bertaubatlah kepada Allah."
Hasan menerima nasehatnya, dan selanjutnya Hasan menjadi orang yang terkenal zuhud dan taat di kalangan orang banyak, dan mencapai derajat di sisi Allah setinggi yang dia capai, dan adalah termasuk di antara wali-wali Allah Ta'ala." (Jawahirul Bukhari)
Dan konon, bahwa Nabi Adam as. pernah mengatakan: "Sesungguh- nya Allah Ta'ala memberi umat Muhammad Saw. empat macam kemu- liaan yang tidak Dia berikan kepadaku: Pertama, bahwa diterimanya taubatku harus di Makkah, sedang umat Muhammad Saw. bisa ber- taubat di mana saja, Allah Swt. tetap akan menerima taubat mereka; Kedua, sesungguhnya aku telah berpakaian, namun karena aku ber- maksiat, maka Allah telah menjadikan aku telanjang, sedang umat Muhammad melakukan maksiat dalam keadaan telanjang, lalu Allah Ta'ala memberi mereka pakaian; Ketiga, sesungguhnya setelah aku bermaksiat, maka Allah memisahkan aku dari istriku, sedang umat Muhammad Saw. melakukan maksiat kepada Allah, tetapi Dia tidak memisahkan mereka dari istri-istri mereka; Dan yang keempat, sesung- guhnya aku bermaksiat di dalam surga, lalu Allah telah mengeluarkan aku daripadanya, sedang umat Muhammad Saw. bermaksiat kepada Allah di luar surga, lalu memasukkan mereka ke sana, apabila mau bertaubat." (Tanbihul Ghafilin)
Dan ada pula orang bercerita, bahwa di kalangan Bani Israil konon ada seorang wanita tuna susila. Dengan kecantikannya, dia menggoda siapa saja. Pintu rumahnya senantiasa terbuka, sedang ia duduk di dalam rumahnya di atas ranjang dekat pintu, sehingga setiap orang yang melihat dia pasti terpesona. Seorang laki-laki memesan akan datang kepadanya dengan sepuluh dinar atau lebih. Oleh karenanya dia diperbolehkan datang kepadanya. Pada suatu hari lewatlah seorang ahli ibadah di depan pintunya. Maka terlihatlah olehnya wanita itu dalam rumahnya. Ahli ibadah itupun terpesona olehnya. Dia berusaha menahan nafsunya dan berdoa kepada Allah agar menghilangkan perasaan itu dari hatinya. Tapi ternyata perasaan itu masih tetap ada, dan dia tidak mampu menguasai nafsunya. Akhirnya, dia jual baju- bajunya dan semua miliknya, dan dia kumpulkan dinar-dinar yang dia perlukan. Ahli ibadah itu datang ke rumah si wanita itu, dia disuruh menyerahkan uangnya kepada seorang tetangganya, yaitu wakilnya. Wanita itu menjanjikan kapan dia harus datang. Tepat pada waktunya, ahli ibadah itu datang kepada si wanita, sedang wanita itu telah meng- hias dirinya dan duduk di atas ranjang di rumahnya. Ahli ibadah itu masuk kepadanya, lalu duduk bersamanya di atas ranjang. Tatkala dia mengulurkan tangannya kepada si wanita, Allah mendahului dia dengan rahmat-Nya, dan dengan berkah dari ibadah dan taubat ahli ibadah itu sebelumnya. Terlintas dalam hatinya, seolah-olah Allah mengetahui dia dalam keadaan demikian, sedang amalnya seluruhnya dibatalkan. Maka terjadilah suatu kengerian dalam hatinya, dan gemetar- lah seluruh persendiannya. Dia pun menjadi pucat pasi.
Wanita itu memandang kepadanya, nampak olehnya laki-laki itu berubah menjadi pucat, maka dia berkata kepadanya: "Kenapa kamu?"
"Sesungguhnya aku takut kepada Allah," jawab ahli ibadah itu, "biarlah aku keluar saja."
"Sialan kamu!" bentak wanita itu, "banyak orang yang sungguh- sungguh mengangan-angankan apa yang telah kamu peroleh ini, maka kenapa kamu ini?"
Jawabnya (sekali lagi): "Sesungguhnya aku takut kepada Allah; adapun uang yang telah aku bayarkan itu halal untukmu, biarlah aku keluar saja."
Wanita itu bertanya kepadanya: "Apakah kamu sama sekali belum pernah melakukan ini?"
"Belum," katanya.
"Anda dari mana, dan siapa nama Anda?" tanya wanita itu kemudian, yang oleh ahli ibadah itu lalu diberitahukan dari kampung Anu dan namanya si Anu. Kemudian, wanita itu mengizinkan dia keluar, sedang ahli ibadah itu meyumpah-nyumpah dan mengutuk serta menangisi dirinya sendiri. Sementara itu, dalam hati si wanita itu sendiri, terjadi sesuatu gejolak yang hebat berkat si ahli ibadah tersebut, katanya dalam hati: "Sesungguhnya ini adalah untuk pertama kalinya laki-laki itu akan melakukan dosa, tapi ternyata telah masuk ke dalam hatinya rasa takut sedemikian rupa. Sedang aku sendiri, benar-benar telah melakukan dosa sekian lama sekian tahun lamanya. Padahal Tuhan yang dia takuti adalah Tuhanku juga, dan takutku terhadap- Nya, semestinya harus lebih-lebih lagi."
Syahdan, wanita itu terus bertaubat, dan dia tutup pintunya terhadap semua orang. Dan dipakainya pakaian-pakaian yang sederhana lalu menghadap kepada Allah. Dia melakukan ibadah sampai sekian lama yang dikehendaki Allah. Dan akhirnya, dia berkata: "Sungguh, seandainya aku datang kepada laki-laki itu, barangkali saja dia mau memperistri daku, sehingga dapatlah aku berada di sisinya dan belajar kepadanya urusan agamaku, dan menjadi pendorongku untuk beribadah kepada Allah." Wanita itu lalu bersiap-siap, dan dibawanya harta dan beberapa orang pembantu yang dia kehendaki, maka sampailah dia ke kampung laki-laki itu, dan di sana dia tanyakan. Laki-laki ahli ibadah itu diberitahu, bahwa ada seorang wanita datang menanyakan dia. Ahli ibadah itu pun keluarlah menemui wanita itu. Mengetahui dia, wanita itu lalu membuka wajahnya agar laki-laki itu dapat menge- nalinya. Dan setelah tahu, ahli ibadah itupun mengenalinya, dan teringat- lah olehnya peristiwa yang pernah terjadi antara mereka berdua. Maka dia menjerit hebat hingga keluar nyawanya.
Maka tinggallah wanita itu bersedih hati, dan katanya: "Sesungguh- nya aku telah berangkat demi menemui dia, tetapi dia telah mati. Punyakah dia seorang keluarga di antara famili-familinya yang mem- butuhkan seorang istri?"
"Sebenarnya dia mempunyai seorang saudara yang saleh juga," kata orang-orang di situ, "tetapi orangnya melarat tiada berharta."
"Tak apalah," kata wanita itu, "saya masih punya harta yang cukup." Saudara ahli ibadah itu pun datang dan mengawininya. Maka lahirlah dari keduanya tujuh orang anak laki-laki, yang semuanya menjadi nabi di kalangan Bani Israil, berkat dari taubat, dan segala puji bagi Allah. (Demikian dinukil dari Al-Bukhari, 'Alaihi rahmatul Bari).
Berkata Imam Az-Zandusti Rahimahullahu Ta'ala: "Saya pernah mendengar Imam Abu Muhammad Abdullah bin Al-Fadhal mengata- kan: "Para ahli hikmah berkata: Barangsiapa memperoleh empat perkara, dia takkan ditolak dari empat perkara:
Pertama, Barangsiapa diberi kesempatan berdoa dia takkan ditolak dari perkenan Allah, karena firman Allah Ta'ala:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
Ke dua, barangsiapa diberi kesempatan memohon ampun, maka dia takkan ditolak dari mendapat ampunan, karena firman Allah Ta'ala:
أَنَّهُ كَانَ غَفَّارًا.
"Sesungguhnya Dia (Allah) adalah Maha Pengampun."
Ke tiga, barangsiapa diberi kesempatan bersyukur, dia takkan ditolak untuk mendapat penambahan, karena firman Allah Swt.:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.
Dan barangsiapa diberi kesadaran bertaubat, maka dia takkan ditolak dari diterima taubatnya, karena firman Allah Ta'ala:
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلِ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ.
"Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaaf- kan kesalahan-kesalahan." (Demikian dalam Raudhatul Ulama)
Dari Abu Hasyim Ash-Shufi Rahimahullahu Ta'ala, berkata: Saya ingin ke Bashrah, maka saya datang kepada sebuah kapal yang akan saya tumpangi. Dalam kapal itu, telah ada seorang laki-laki bersama seorang sahaya wanita. Kata laki-laki itu kepadaku: "Di sini sudah tidak ada tempat lagi." Tapi sahaya wanita itu meminta agar sudi membawaku serta, dan itu dia kabulkan. Manakala kami telah berlayar, laki-laki itu menyuruh menyediakan makan siang, maka disediakanlah. Dan kata sahaya wanita: "Undanglah si miskin itu supaya makan siang bersama kita." Saya pun datang sebagai seorang miskin. Setelah kami makan, kata laki-laki itu: "Hai perempuan, bawa ke sini minumanmu." Dia minum, lalu menyuruh sahayanya untuk memberiku minum pula. Maka ujar wanita itu: "Semoga Allah merahmati Anda, sesungguhnya tamu mempunyai hak pula." Laki-laki itu pun membiarkan aku (tidak ikut minum).
Tatkala minuman itu telah merambat ke seluruh tubuhnya, laki-laki itu berkata lagi: "Hai perempuan, bawa sini gitarmu dan berikan apa yang kau miliki."
Sahaya wanita itu mulai memetik gitarnya dan menyanyi. Kemu- dian laki-laki itu menoleh kepadaku, dan katanya: "Dapatkah Anda menyanyi sebagus itu?"
"Saya punya sesuatu yang lebih indah dan lebih bagus dari pada itu," jawabku.
"Coba katakan," suruhnya.
Saya ucapkan:
أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيم
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."
Kemudian saya bacakan:
اذا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ وَإِذَا النُّجُوْمُ الْكَدَرَتْ وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ.
"Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan bila gunung-gunung dihancurkan."
Maka laki-laki itu menangis. Kemudian, tatkala saya sampai pada firman-Nya Ta'ala:
وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ.
"Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka."
Berkatalah laki-laki itu: "Hai perempuan, pergilah, dan kamu merdeka demi keridhaan Allah Ta'ala." Dan diapun membuang minuman yang ada padanya, sedang gitar itu dia pecahkan, lalu me- manggil saya, dan saya dipeluknya, seraya katanya: "Wahai saudara, apakah Anda berpendapat bahwa Allah akan menerima taubatku?"
Saya menjawab:
انَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ.
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat, dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."
Sesudah itu aku berjanji akan bersaudara dengannya. Dan selanjut- nya kami bersahabat selama empat puluh tahun, sampai dia meninggal dunia. Maka saya bermimpi melihat dia. Saya bertanya: "Ke mana anda pulang?"
"Ke surga," jawabnya.
"Dengan apa?" tanyaku pula, yang dia jawab, "Berkat bacaanmu kepadaku Wa idzash shuhufu nusyirat." (Sekian dari al-Mau'izhah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H