Dan konon, bahwa Nabi Adam as. pernah mengatakan: "Sesungguh- nya Allah Ta'ala memberi umat Muhammad Saw. empat macam kemu- liaan yang tidak Dia berikan kepadaku: Pertama, bahwa diterimanya taubatku harus di Makkah, sedang umat Muhammad Saw. bisa ber- taubat di mana saja, Allah Swt. tetap akan menerima taubat mereka; Kedua, sesungguhnya aku telah berpakaian, namun karena aku ber- maksiat, maka Allah telah menjadikan aku telanjang, sedang umat Muhammad melakukan maksiat dalam keadaan telanjang, lalu Allah Ta'ala memberi mereka pakaian; Ketiga, sesungguhnya setelah aku bermaksiat, maka Allah memisahkan aku dari istriku, sedang umat Muhammad Saw. melakukan maksiat kepada Allah, tetapi Dia tidak memisahkan mereka dari istri-istri mereka; Dan yang keempat, sesung- guhnya aku bermaksiat di dalam surga, lalu Allah telah mengeluarkan aku daripadanya, sedang umat Muhammad Saw. bermaksiat kepada Allah di luar surga, lalu memasukkan mereka ke sana, apabila mau bertaubat." (Tanbihul Ghafilin)
Dan ada pula orang bercerita, bahwa di kalangan Bani Israil konon ada seorang wanita tuna susila. Dengan kecantikannya, dia menggoda siapa saja. Pintu rumahnya senantiasa terbuka, sedang ia duduk di dalam rumahnya di atas ranjang dekat pintu, sehingga setiap orang yang melihat dia pasti terpesona. Seorang laki-laki memesan akan datang kepadanya dengan sepuluh dinar atau lebih. Oleh karenanya dia diperbolehkan datang kepadanya. Pada suatu hari lewatlah seorang ahli ibadah di depan pintunya. Maka terlihatlah olehnya wanita itu dalam rumahnya. Ahli ibadah itupun terpesona olehnya. Dia berusaha menahan nafsunya dan berdoa kepada Allah agar menghilangkan perasaan itu dari hatinya. Tapi ternyata perasaan itu masih tetap ada, dan dia tidak mampu menguasai nafsunya. Akhirnya, dia jual baju- bajunya dan semua miliknya, dan dia kumpulkan dinar-dinar yang dia perlukan. Ahli ibadah itu datang ke rumah si wanita itu, dia disuruh menyerahkan uangnya kepada seorang tetangganya, yaitu wakilnya. Wanita itu menjanjikan kapan dia harus datang. Tepat pada waktunya, ahli ibadah itu datang kepada si wanita, sedang wanita itu telah meng- hias dirinya dan duduk di atas ranjang di rumahnya. Ahli ibadah itu masuk kepadanya, lalu duduk bersamanya di atas ranjang. Tatkala dia mengulurkan tangannya kepada si wanita, Allah mendahului dia dengan rahmat-Nya, dan dengan berkah dari ibadah dan taubat ahli ibadah itu sebelumnya. Terlintas dalam hatinya, seolah-olah Allah mengetahui dia dalam keadaan demikian, sedang amalnya seluruhnya dibatalkan. Maka terjadilah suatu kengerian dalam hatinya, dan gemetar- lah seluruh persendiannya. Dia pun menjadi pucat pasi.
Wanita itu memandang kepadanya, nampak olehnya laki-laki itu berubah menjadi pucat, maka dia berkata kepadanya: "Kenapa kamu?"
"Sesungguhnya aku takut kepada Allah," jawab ahli ibadah itu, "biarlah aku keluar saja."
"Sialan kamu!" bentak wanita itu, "banyak orang yang sungguh- sungguh mengangan-angankan apa yang telah kamu peroleh ini, maka kenapa kamu ini?"
Jawabnya (sekali lagi): "Sesungguhnya aku takut kepada Allah; adapun uang yang telah aku bayarkan itu halal untukmu, biarlah aku keluar saja."
Wanita itu bertanya kepadanya: "Apakah kamu sama sekali belum pernah melakukan ini?"
"Belum," katanya.
"Anda dari mana, dan siapa nama Anda?" tanya wanita itu kemudian, yang oleh ahli ibadah itu lalu diberitahukan dari kampung Anu dan namanya si Anu. Kemudian, wanita itu mengizinkan dia keluar, sedang ahli ibadah itu meyumpah-nyumpah dan mengutuk serta menangisi dirinya sendiri. Sementara itu, dalam hati si wanita itu sendiri, terjadi sesuatu gejolak yang hebat berkat si ahli ibadah tersebut, katanya dalam hati: "Sesungguhnya ini adalah untuk pertama kalinya laki-laki itu akan melakukan dosa, tapi ternyata telah masuk ke dalam hatinya rasa takut sedemikian rupa. Sedang aku sendiri, benar-benar telah melakukan dosa sekian lama sekian tahun lamanya. Padahal Tuhan yang dia takuti adalah Tuhanku juga, dan takutku terhadap- Nya, semestinya harus lebih-lebih lagi."
Syahdan, wanita itu terus bertaubat, dan dia tutup pintunya terhadap semua orang. Dan dipakainya pakaian-pakaian yang sederhana lalu menghadap kepada Allah. Dia melakukan ibadah sampai sekian lama yang dikehendaki Allah. Dan akhirnya, dia berkata: "Sungguh, seandainya aku datang kepada laki-laki itu, barangkali saja dia mau memperistri daku, sehingga dapatlah aku berada di sisinya dan belajar kepadanya urusan agamaku, dan menjadi pendorongku untuk beribadah kepada Allah." Wanita itu lalu bersiap-siap, dan dibawanya harta dan beberapa orang pembantu yang dia kehendaki, maka sampailah dia ke kampung laki-laki itu, dan di sana dia tanyakan. Laki-laki ahli ibadah itu diberitahu, bahwa ada seorang wanita datang menanyakan dia. Ahli ibadah itu pun keluarlah menemui wanita itu. Mengetahui dia, wanita itu lalu membuka wajahnya agar laki-laki itu dapat menge- nalinya. Dan setelah tahu, ahli ibadah itupun mengenalinya, dan teringat- lah olehnya peristiwa yang pernah terjadi antara mereka berdua. Maka dia menjerit hebat hingga keluar nyawanya.
Maka tinggallah wanita itu bersedih hati, dan katanya: "Sesungguh- nya aku telah berangkat demi menemui dia, tetapi dia telah mati. Punyakah dia seorang keluarga di antara famili-familinya yang mem- butuhkan seorang istri?"