Yakni, membenarkan ayat-ayat Kami, maka putuslah harapan iblis kepada rahmat Allah Ta'ala. Sedang orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata: "Kita pun menjaga diri dari syirik, menunaikan zakat dan beriman kepada ayat-ayat Allah Ta'ala." Maka akhirnya turunlah firman Allah Ta'ala:
الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
والإِنْجِيلِ.
"Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang di sisi mereka."
Maksudnya, yang membenarkan Nabi Muhammad Saw., maka orang-orang Yahudi dan Nasrani itu pun putus asa, dan tinggallah rahmat itu untuk kaum mukminin semata. Ayat ini terdapat dalam surat Al-A'raf. (Tanbihul Ghafilin)
Dikatakan, bahwa sifat tergesa-gesa adalah dari setan, akan tetapi tergesa-gesa itu menjadi sunah dalam lima hal: Dalam mengubur mayit, dalam mengawinkan anak-anak perempuan, dalam melunasi hutang-hutang, dalam bertaubat sesudah melakukan maksiat, dan dalam menyuguhkan makanan kepada musafir. (Tafsir Kabir)
Dari Abu Dzar ra., bahwa dia mengatakan: Pernah saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ دَاءِ دَوَاءٌ وَدَوَاءُ الذُّنُوبِ الْإِسْتِغْفَارُ.
"Sesungguhnya setiap penyakit ada obatnya, dan obat dosa-dosa ialah memohon ampun."
Dan sabda Nabi Saw.:
أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ؟