Mohon tunggu...
Resta
Resta Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Perempuan yang suka membaca dan menulis. Mewujudkan mimpi lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

The Secret Diary

14 Desember 2024   08:44 Diperbarui: 14 Desember 2024   08:44 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bab 8.

Suara binatang malam, terdengar merdu di telinga. Bagai nyanyian pengantar tidur. 

"Bagus banget ya Sayang, bintangnya" Ucap Mas Agha seraya menatap langit malam ini yang dihiasi taburan bintang. Bulan juga sedang ada di fase sempurnanya. 

"Aku kurang suka bintang" Mas Agha langsung mengalihkan pandangannya padaku. Mungkin heran, ada orang yang tak suka bintang. 

"Kenapa?"

"Karena bintang adalah alat pelempar setan"

"Alat pelempar setan?" Ulang Mas Agha. Aku mengagguk. 

Mengambil ponsel dalam saku, membuka aplikasi Al-Qur'an digital. 

"Ini" Kukasihkan ponselku yang sedang menampilkan surah Al-Mulk ayat 5. 

Yang artinya : 

, , - (- ) , -. 

Mas Agha memang sudah mulai kuajari membaca Al-Qur'an, tentu setelah ia mengerti bacaan solat. Bahkan, kini Mas Agha sudah bisa menjadi imam solatku, setelah satu bulan belajar. 

"Tapi kan disini juga disebutkan bintang sebagai hiasan langit dunia"

"Iya Mas, aku tau. Hanya saja, aku jadi sedikit nggak suka ketika tau tentang fakta ini"

"Hemm. Ayo masuk" Puas memandangi bintang, Mas Agha mengajak masuk. 

"Ayo" Kami pun melangkah masuk kedalam rumah. 

****

"Emm, Mas" Panggilku ragu. 

"Iya kenapa, Sayang?" Mas Agha menghentikan belaian di kepalaku. Ia menatapku dalam. 

"Sebenarnya aku hamil" Lirihku. Selama ini, aku memang belum menyampaikan pada Mas Agha jika aku sedang hamil. 

"Beneran Yang?" 

"Iya Mas"

"Alhamdulillah ya Allah. Terima kasih" Syukurnya dengan air mata yang menetes. 

"Sudah berapa bulan, Sayang?" 

"Dua bulan, Mas"

"Berarti pas mas sadar, itu baru tau kalo hamil?" Aku mengangguk. 

Grep. 

Mas Agha memelukku erat. Berakali-kali dia membisikan kata terima kasih, di telingaku. 

"Mulai besok pagi, kamu nggak usah masak, kita beli saja. Jangan nyuci baju juga, kita bawa ke laundry. Kamu harus jaga kesehatan, jangan kecapean"

"Aku masih kuat ko, Mas"

"Enggak! Sekali enggak tetep nggak" Tegasnya.

Aku hanya bisa menghela napas. Jika sudah tegas begini, maka keputusannya tidak bisa diganggu gugat. 

"Iya, aku nurut apa kata Mas, sekarang tidur ya" Kutarik selimut. Lalu membaca do'a. 

"Ayo tidur"

"Nggak mau, mau mandangi wajah manis istri mas ini, sampai puas" 

"Hemm, gombal" Aku tersipu malu. 

"Beneran, ngapain mas bohong?"

"Iya deh iya, Hana percaya. Udah ah, aku ngantuk mau tidur" Setelah berkata, aku langsung memejamkan mataku. Sudah tak dapat menahan rasa kantuk ini. 

"Sehat-sehat di perut Ibu ya Sayang" Ucap Mas Agha sembari mengusap perutku, membuatku geli. 

"Geli Mas" Kusingkirkan tangan itu. Mas Agha malah sengaja makin betingkah. 

Kusingkap selimut. 

"Kalo Mas, nggak mau berhenti, aku tidur di ruang tamu" Ancamku. Mas Agha langsung berhenti. 

"Maaf, maaf. Ini mas berhenti, kamu tidur disini ya"

"Hem" Sewotku, seraya menarik selimut kembali. Kupunggungi Mas Agha. 

"Sayang, jangan gitu dong, masa mas di punggungi" Bujuknya. Aku tak peduli, pura-pura tidur. 

****

"Jam berapa ini?" Gumanku. 

"Pagi Sayang, bagaimana tidurmu, nyenyak?" Sapa Mas Agha. Sejak malam aku tidur bersama dengannya, dia jadi orang yang hangat, dan penyayang. Sangat berbeda dengan Mas Agha sebelum amnesia. 

Aku jadi merasa melihat Mas Agha, mempunyai kepribadian ganda. 

"Alhamdulillah Mas, jam berapa?"

"Masih jam setengah 4"

"Mau solat tahajud?" Ucapnya bertanya. 

Aku mengiyakan. Mas Agha, juga meminta untuk solat berjama'ah. 

Kita berdua bangkit. Bergantian mengambil wudu. 

****

"Ya Allah, ridhoilah pernikahan kita. Jadikan lah rumah tangga kita sakinah, mawaddah, warohmah, dan barokah" Do'a Mas Agha, setelah memohon ampunan, untuk dirinya sendiri, aku, keluarganya, keluargaku, dan seluruh umat muslim di dunia. 

"Aamiin" 

Mas Agha mengulurkan tangan kanannya padaku. Aku pun langsung menyaliminya. 

"Tolong semak bacaan Al-Qur'an mas" Aku memang membuat agenda wajib, jika selesai solat harus membaca Al-Qur'an, walaupun hanya 5 ayat. Dan hal itu dikuti oleh Mas Agha. 

"Siap" Kuacungkan ibu jariku. 

Mas Agha mengambil dua Al-Qur'an yang terletak di atas meja samping kiri tempat tidur. Lalu memberika salah satunya padaku. 

"Ayo mulai" Titahku padanya. Dia mulai membaca ta'awudz, basmallah, barulah ia membaca Al-Qur'an. 

**

"Kurang panjang Mas, harus 6 harokat" Kutegur Mas Agha yang bacaannya kurang panjang. 

"Ulang ya?"

"He'em" Walaupun bacaan Al-Qur'an Mas Agha masih terbata-bata, tapi, aku suka semangat belajarnya. Dia tak pernah menyerah. 

"Jelas" Mas Agha masih sulit membedakan mana yang harus dibaca dengung atau jelas. Sepertinya aku harus mengubah cara mengajarkan Al-Qur'an pada Mas Agha. 

Mas Agha mengulangi ayatnya hingga benar.

30 Menit telah berlalu, alhamdulillah Mas Agha, sudah selesai membaca satu halaman. 

"Alhamdulillah, selesai satu halaman"

"Iya, Alhamdulillah. Terima kasih ya Sayang, kamu mau ngajari Mas"

"Sama-sama" Kuletakkan Al-Qur'an di tempatnya kembali. Lalu merebahkan diri diatas sajadah dengan paha Mas Agha sebagai bantalnya. 

"Mas, kita jalan-jalan ke pantai yuk" Sudah lama aku tak pernah pergi ke pantai. 

"Ayo, mas ikut aja"

****

Semilir angin, menerpa wajahku. Membuat pasmina yangku kenakan berkibar. Air laut yang terkena angin juga turut menerpa wajah. Sedikit menimbulkan risih. 

Suara-suara pedang yang menawarkan dagangan mereka menambah ramainya suasana pagi di pantai ini. 

"Mas, ayo kita naik itu" Aku menunjuk tempat penyewaan ATV. 

"Ayo" Mas Agha menarik tanganku. 

***

Selain menyewa ATV, Mas Agha juga menyewa fotografer untuk mengabadikan momen ini. 

"Yuhu" Seruku ketika Mas Agha menaikan kecepatan ATV nya. 

20 Menit sudah, kita menaiki ATV memutari pantai. Kini waktu sewa sudah habis. Untungnya Mas Agha, tepat waktu, jadi tak ada tambahan uang pembayaran. 

"Ini Mas" Fotografer menyerahkan hasil fotonya. Aku langsung menerimanya. 

"Wah bagus banget. Liat deh Mas, baguskan?" Aku memamerkan foto itu pada Mas Agha. 

"Iya. Berapa Mas?" Mas Agha menanyakan berapa harga jasa fotografer. Sang fotografer menyebutkan harga, dan Mas Agha langsung memberikan uangnya. 

"Pulang?"

"Iya" Semakin siang, samakin banyak orang yang datang. Aku yakin, pasti macet. 

***

Benar saja, dari pintu keluar, terlihat jelas kendaraan yang sedang mengantri untuk masuk. 

"Untung kita pulang ya, Yang. Kalo kita baru dateng pasti terjebak macet"

"Iya Mas, ini kan weekend. Banyak orang yang mau menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya"

"Iya. Mau mampir?" Mas Agha menawariku mampir di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Mas Agha. 

Memang jika ingin ke pantai, jalannya melewati pusat perbelanjaan terbesar di kota Mas Agha. 

"Boleh"

"Ok" Mas Agha menurunkan kecepatan mobilnya ketika ingin menyebrang jalan. 

Setelah berhasil menyebrang, Mas Agha langsung memilih tempat parkir yang tersedia di depan pusat perbelanjaan itu. 

Jeglek. Suara pintu mobil. 

"Ayo, Sayang" Mas Agha menggandeng tanganku. Kita berdua pun berjalan bergandengan tangan kedalam pusat perbelanjaan itu. 

Suasana disini tak kalah sesak dengan suasana pantai. Orang-orang berbondong-bondong datang ke pusat perbelanjaan ini karena harganya yang lebih murah dari tempat lain, dan juga tempatnya yang nyaman. 

***

Cerita ini sudah tamat di aplikasi KBM. Yang mau membaca sampai tamat, yu cus ke aplikasi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun