“Ryu, tolong balikin, itu obat buat mama aku…” Luna mulai memohon.
Ryu tertawa. Dia tau Luna berbohong. Tapi dia nggak akan tertipu.
“Ryu… aku….”
“Udahlah. Kalo kamu ngomong lagi, aku nggak bakal balikin plastik ini sampai kapanpun!” Ancam Ryu. Berhasil. Luna nggak bicara lagi.
Ryu membawa Luna ke taman kota. Dia duduk di bangku kayu yang terletak di salah satu pohon besar taman. Sementara dia menyuruh Luna berdiri di hadapannya sambil memainkan lagu serenade dengan biola.
Taman kota ramai oleh anak-anak, remaja dan yang lainnya. Tapi entah kenapa Ryu merasa cuma ada mereka berdua di sana. Mungkin karena lagu Serenada yang di mainkan Luna, atau karena Luna terlihat sangat menghayati lagu yang di mainkannya. Atau karena Ryu cuma melihat kearah Luna saja.
Dan akhirnya Ryu sadar. Luna memainkan biola nya sambil menangis.
Ryu merasa kesal. Sebenci itukah Luna padanya sampai-sampai dia menangis hanya karena Ryu ingin dia menemaninya? Padahal selama hampir setahun Ryu selalu mengganggunya dan sekalipun dia belum pernah melihat Luna sampai menangis. Ryu merasa kesal, karena akhirnya airmata Luna membuatnya merasa menjadi orang paling jahat sedunia.
Ryu melemparkan plastik hitam itu pada Luna.
“pergi sana! Kamu ngebosenin!” usir Ryu jengkel.
Tanpa berkata apapun Luna segera mengambil plastik itu dan berlari pergi. Bahkan dia nggak peduli pada biola jeleknya lagi. Padahal tadinya Ryu sempat berpikir untuk mengembalikan biola jelek itu pada Luna. Dan memberi gadis itu Biola yang baru dibelinya pulang sekolah tadi. Khusus untuk Luna.