Malamo dan Imam Hassan otomatis saling berpandangan, Sultan Mamluk segera membetulkan posisi duduknya.
      "Mereka mendapat serangan kejutan secara tiba-tiba dengan usaha penculikan terhadap Laksamana Hang Tuah."
      Abdi dan Dalem bergerak tak nyaman di kursinya.
      "Pasukan Malaka tidak hanya disegani di lautan cina selatan, pengaruh kesultanannya juga memiliki arti penting dalam membendung ideologi NTR di Sarawak," jeda sejenak, orang-orang di kursi belakang terlihat menajamkan telinga.
      "Mereka diintimidasi untuk tidak hadir di tempat ini,"
"tapi saya yakinkan kembali, mereka sudah hadir, bahkan yang pertama kali membela dan mempertahankan berdirinya Kesultanan Mamluk."
      Seluruh ruangan tampak berkonsentrasi dengan ucapan Diponegoro begitu pun di meja bundar.
      "Mereka tetap datang, kami yang manjadi saksi. Kapal-kapal yang tadi pagi terus menuju ke timur adalah kapal-kapal Malaka."
      Sedikit kehebohan terdengar, tapi kecil, di meja bundar Malamo berbisik ke Imam Hassan dan Sultan Mandarsyah menaruh telapak tangannya di atas tangan kanan Sultan Mamluk sambil berucap lirih.
      "Malu kita kalau mereka duluan..."
      Diponegoro terlihat membiarkan hal ini terjadi beberapa saat, sebelum keheningan kembali dan semua mata menatapnya.