"Sekarang sudah tidak ada lagi kerajaan Ternate, kerajaan Loloda, kerajaan Moro, kerajaan Bacan, kerajaan Jailolo, maupun Kerajaan Tidore. Semua sudah bergabung menjadi satu Kesultanan besar yang kita namakan bersama dengan Mamluk," tepukan dan teriakan takbir terdengar dari penjuru ruangan.
      "Alhamdulillah, berkat rahmat Allah kepulauan ini akhirnya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan,"
"dahulu kita selalu ribut dan bertengkar soal batas wilayah dan pembagian daerah perairan,"
      "Sekarang camkanlah baik-baik..."
"Jika Bacan dan Jailolo kesulitan maka itu menjadi kesulitan kita bersama!"
"Jika Ternate dan Tidore kekurangan maka itu menjadi kekurangan kita bersama!"
"Jika Loloda dan Moro diserang maka haruslah kita bela bersama!"
      Hening seketika, beberapa menghubungkan kalimat terakhir dengan kejadian kemarin malam.
      "Jika ada yang bertamu maka ia akan menjadi tamu Kesultanan Mamluk, bukan hanya tamu Moro atau Ternate semata."
      "Kita sudah menjadi kokoh karena Islam, kita menjadi bersatu karena agama yang disampaikan Rasulullah SAW, janganlah setelah ini kita terpecah belah."
      Sejenak Sultan Mamluk terdiam, ia melihat pria muda yang rusak sebelah wajahnya di deretan terdepan bersama dua orang yang berpakaian seperti pelayan kraton biasa, mungkin terlihat agak aneh ada dua orang pelayan yang ikut rapat penting seperti ini.