"Sssh, sudah mau dimulai Di!" Dalem mengingatkan Abdi sambil melihat ke depan. Seluruh kursi telah terisi dan tampaknya tak perlu menunggu lama untuk memulai, Diponegoro dan kedua orang yang bersamanya tadi masih berdiri dan melihat sekeliling ruangan. Ketiganya bertatapan selama beberapa saat sebelum akhirnya Diponegoro dan orang yang terlihat paling tua duduk.
      "Terima kasih atas pengertiannya pangeran..." ucap orang itu yang dibalas anggukan singkat Diponegoro,
"dan tuanku Mandarsyah..." kali ini dengan mengangguk.
      "Sekarang tanggung jawabmu nak..."
      "Baiklah.. Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahiwabara-katuh. Yang dimuliakan para Kolano, Pangeran Diponegoro, Komandan Hassan, Kapten Malamo, dan menteri-menteri serta pejabat kesultanan Mamluk yang kemarin baru saja menerima amanahnya di Moti."
      Terdengar jawaban salam dari seluruh ruangan.
      "Pertemuan yang memang mendadak, lihat saja ketiganya bertatapan sebelum Sultan Mamluk yang akhirnya memulai..." bisik Sudirman ke Abdi dan Dalem.
      "Hoo..."
      "Eh..berarti yang tua itu..."
      "Raja Ternate, dulunya.. yah kalian tahu, tidak lagi semenjak dari Moti," lanjut Sudirman sambil membenarkan posisi duduknya, ia tampak tertarik mendengarkan apa yang akan disampaikan Sultan Mamluk.
      "Saudara-saudaraku dari Ternate, Bacan, Jailolo, dan tentunya juga dari tanah kelahiranku Tidore," Sultan Mamluk memulai rapat.