"Maaf membuatmu takut. Nah, namaku Junior si Manusia Burung Hantu, aku diperintahkan oleh sang raja untuk menjemputmu di sini, Tuan Putri," aku Junior ramah---mata kuning besarnya berkedip, paruhnya mengatup, sesekali ia menggerakan kepalanya untuk mengusir kutu yang hinggap.
Tuan Putri? Sang Raja? Junior si manusia burung hantu? Sesungguhnya apa yang sedang terjadi di sini?
Naleeka menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian duduk bersila di depan Junior dengan tatapan bingung.
"Katakan wahai Junior si Manusia Burung Hantu, siapakah Rajamu? Dan mengapa aku bisa ada di sini?"
"Untuk menjawab itu, ikutlah, naik ke punggungku. Kita akan terbang melewati hutan bakau peri dan bertemu sang Raja di mercusuar yang telah menantimu sejak tadi."
Junior segara berdiri membelakangi Naleeka. Manusia burung hantu itu membentangkan sayapnya yang lebar dipenuhi bulu lebat, kemudian membungkuk agar sang Tuan Putri tidak kesulitan menaikinya.
"Apakah aman, Junior?" tanya Naleeka terdengar nada khawatir pada suaranya.
Tetapi burung hantu itu hanya mengangguk. Ia sabar menunggu Naleeka menyesuaikan diri, tidak memaksa, dan memberikannya waktu.
Akhirnya setelah menghela napas panjang hingga matanya terpejam. Naleeka mendekati Junior, menaiki punggungnya secara hati-hati dan berpegangan pada bulu-bulu halus berwarna cokelat kemerahan.
"Sudah siap, Tuan Putri?"
"Ya, aku siap."