Mohon tunggu...
Rangga Dipa
Rangga Dipa Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

write a story to inherit my grandchildren.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Resilience

21 September 2024   05:15 Diperbarui: 21 September 2024   08:13 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bunyi kapal kayu yang memecah ombak semakin nyaring membuat geladak tempatnya terlelap dengan pulas bergetar. Naleeka bertanya-tanya, padahal kapal ini sudah bolong tetapi mengapa masih bisa berlayar?


Lantas siapa yang mendorongnya ke arah samudra yang jauh itu?


Kini Naleeka mendongak. Bulan pucat bersama serdadu bintang masih setia di atas sana, namun yang membuatnya semakin heran adalah air laut di bawahnya berubah menyala sekan mereka juga memiliki himpunan bintang yang belum banyak diketahui orang-orang.


Kumpulan bintang di dalam air laut yang menyala membuat Naleeka berdecak kagum dan semakin mendekat lalu menampakkan wujud aslinya yang ternyata adalah ubur-ubur berukuran besar---saling berhimpitan dan berenang menuju permukaan.


Naleeka menyelupkan lengannya ke dalam air laut dingin yang kini menjadi benderang. Matanya berbinar-binar menatap kawanan ubur-ubur nan indah, ia berhasil mengelus lembut salah satu berukuran besar yang memiliki mahkota di bagian atasnya. Mahkota itu mirip bunga adenium yang berkemaran di musim panas.


Empat tahun lalu Naleeka pernah mendatangi permadani hijau dengan bunga adenium yang mewarnainya. Saat Ayah mengajaknya piknik di sebuah desa dekat perbatasan kaki gunung. Perjalanan mereka cukup jauh, tetapi Naleeka menikmati tiap langkah bersama Ayah.


Adenium dan kenangan Naleeka, saat ia berpiknik bersama Ayah, menggelar karpet polkadot merah dan putih, sebuah payung besar di pasak untuk menangguhkan terik matahari musim panas.


Sebuah rantang berisi aneka lauk pauk dan nasi buatan Ibu, buah jeruk dan pisang, nyanyian serangga musim panas, semua masih terekam jelas di benak Naleeka bahkan percakapan tentang binatang kesukaan sampai impian di masa depan.


Naleeka bercerita bahwa dia sangat tertarik dengan burung hantu. Seekor burung yang melambangkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, di alam liar ia dikenal cerdik dan mematikan.

Mereka mengobrol seraya memakan nasi beserta lauk telur asin dan seekor ikan kembung untuk berdua. Selanjutnya, Naleeka juga bercerita jika ia ingin menjadi seorang peneliti laut agar Ayahnya tidak perlu bepergian ke mercusuar dan tidak perlu pulang dalam waktu 6 bulan sekali.


"Biar Naleeka yang berjuang agar Ayah dan Ibu memiliki waktu bersama lebih lama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun