Mohon tunggu...
Rangga Dipa
Rangga Dipa Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

write a story to inherit my grandchildren.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Homage

15 September 2024   16:34 Diperbarui: 16 September 2024   23:34 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Dia berjalan menyusuri lorong yang terang sambil melihat rak yang berada di kanan dan kirinya dipenuhi aneka kebutuhan rumah tangga hingga makanan kemasan. Sebuah keranjang berisi tiga buah kotak sereal rendah gula dan sebungkus buah apel ditenteng oleh lelaki itu.

            Kini ia berjalan menyusuri lorong yang menyediakan susu kotakan, menimbang-nimbang kandungan gizi yang tertera pada sisi kotak, lalu menaruh dua buah ke dalam keranjang saat menemukan yang sesuai dengan kriteria gizinya.

            Sulaiman Hud Safitri, lelaki berbadan atletis yang mengenakan kacamata hitam, masker wajah serta jaket hoodie yang tudungnya menutupi kepala, sesungguhnya tak ingin pergi ke pasar raya pada hari Jumat sore. Namun, persediaan bahan makanan yang disimpan di dalam kulkas apartemennya sudah menipis.

            Terpaksa ia pergi ke pasar raya pada waktu yang agak ramai, berharap tidak ada orang yang mengenalinya tetapi ia lupa akan kehebatan warga negara Indonesia. Mereka dapat mengenali Safitri, si atlet tenis berusia 29 tahun kebanggaan bangsanya---ranking 9 dunia dan pernah menyabet medali perak olimpiade pada cabor sama.

            Beberapa dari mereka langsung meminta swafoto. Terpaksa, karena tak ingin dianggap sombong dan keras kepala---apalagi jari-jari warganet negaranya sungguh nyelekit di hati jika tidak dituruti keinginannya, Safitri harus meladeni berondongan foto dan pertanyaan lainnya seputar kehidupan pribadi.

            Safitri hanya membalas dengan senyum ramah, tanpa sepatah kata apapun kecuali "Iya, sama-sama."

            Ia bergegas pergi menuju lorong yang agak sepi. Niatnya ingin berbelanja saja, justru berubah menjadi adegan kartun Tom & Jerry. Safitri sembunyi lalu lari, sembunyi lagi kemudian lari. Sudahlah biarkan begitu, namanya juga atlet kelas dunia.

            Saat berjalan menyusuri lorong aneka minuman yang ada di dalam pendingin, jantungnya hampir copot sewaktu melihat anak perempuan tengah berada di dalam salah satu kulkas---menaruh kedua tangan di samping kepala dan menjulurkan lidah ke arah Safitri.

            Anak siapa itu? Sungguh, Safitri langsung tertawa geli melihat kelakukan si bocah, ia melihat ke kanan lalu kiri memastikan orang tuanya ada di sana, dan segera mengeluarkannya dari dalam kulkas.

            "Ibu kamu di mana? Kok kamu di sini sendirian?" tanya Safitri seraya mencubit pelan pipi penuh anak kecil itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun