Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencuri Kupu-Kupu

7 Juli 2012   09:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senyum itu kini terbagi rata di bibir Fahmi juga Azizah. Keriangan ini seolah mengingatkan Azizah pada tahun-tahun saat bersama, sebuah masa yang sudah harus dilupakannya. Semua segera berubah. Lelaki ini akan memasuki masa yang membuat batas kenangan bersama mereka menjadi benar-benar tegas.

Senja jatuh. Matahari kian kuasa merebahkan sinarnya pada pungung bumi. Membuat bayang-bayang kian tercipta panjang. Di hadapan mereka tugu dusun Atas Air sudah sedemikian jelas terlihat. Orang-orang pun makin sering ditemukan berpapasan.

“Kau harus pergi sekarang.”

“Ya, aku tahu ….”

“Berbahagialah, Mi! Allah pasti sudah menyiapkan rencana untukmu.”

“Terima kasih,” tarikan napas Fahmi terdengar sangat panjang. “Seperti yang kau tahu tak ada yang bisa berlari dari ketentuan Allah bukan? Mungkin aku memang harus menjadi kupu-kupu untuk menemani seseorang.”

Senyum Fahmi kali ini tak bisa dimaknai Azizah dengan benar. Seperti ada yang mengganggu benaknya. Filosofi kupu-kupu itu seolah memakan persasaannya sendiri. Ini mengingatkannya lagi pada kupu-kupu yang terbang bebas setelah terperangkap pada jebakan plastiknya. Kupu-kupu yang mencari bunga kebahagiaan, bersama siapapun dia akan menemaninya.

“Assalamualaikum, Zie!”

Salam itu terlontar lemah, tapi tak selemah seperti yang mampu Azizah balas sebelum punggung lelaki itu berbalik. “Wa’alaikum salam ....”

Fahmi kemudian berlalu. Pandangan Azizah masih setia menguntitnya sampai saat namanya disebut, “Zie …!”

“Ya ….”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun