Pengaruh Mata Kuliah Retorika Terhadap Kemampuan Berpidato pada Mahasiswa PBSI Semester 5 STKIP PGRI Trenggalek
Oleh :
Rahma Hanifa (2088201002)
Mustika Rahayu .P. (2088201004)
Pramudya Rizki .S. (2088201015)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) TRENGGALEK 2021
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan zaman, berpidato atau public speaking menjadi salah satu keterampilan atau kemampuan yang dibutuhkan di era milenial sekarang. Munculnya beragam acara seminar ataupun webinar dari berbagai institusi dan memasuki era revolusi digital dan ekonomi membuat kemampuan berpidato dan public speaking menjadi salah satu keterampilan yang banyak dijadikan kualifikasi utama. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu adakah pengaruh mata kuliah retorika dalam kemampuan berpidato mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia semester 5 dimana mereka sudah pernah mendapatkan mata kuliah tersebut saat semester 3.
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu sebuah penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu mata kuliah retorika dan kemampuan berpidato mahasiswa. Dari penelitian yang kami lakukan terhadap mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Trenggalek, terdapat pengaruh dari mata kuliah retorika dalam kemampuan berpidato.
Kata kunci : Retorika, Berpidato, Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hakikat manusia yaitu sebagai makhuk yang dianugerahi kesempurnaan dari semua makhluk yang telah diciptakan Tuhan, manusia diberi alat indera untuk dapat bertahan hidup dengan kemampuan akal. Sebuah pepatah mengatakan bahwa manusia adalah hewan yang dapat berkomunikasi satu sama lain, sebagai sebuah perumpamaan yang membedakan mereka dengan mahluk lainnya. (Effendy, O U, 2003 : 56). Bila kita mampu berkomunikasi dengan orang-orang dari seluruh lapisan masyarakat dengan penuh keyakinan diri, maka kesuksesan kita sudah di depan mata.
Manusia mempunyai kebutuhan untuk berbicara dengan manusia lain. Dengan berbicara kita mempunyai keterampilan untuk memecahkan suatu permasalahan, membuat ide-ide baru, mendapatkan petunjuk baru, melepaskan diri dari rasa terpojok, rasa takut atau rasa kesepian, membuat kita merasa lebih dihargai orang lain, lebih berguna dan berarti.
Dalam sejarah, berpidato merupakan aspek utama untuk mempengaruhi massa atau waktu. Bahasa yang dipergunakan untuk mempengaruhi orang lain. Ketidakmampuan manusia dalam menggunakan bahasa, membuat ketidakjelasan dalam pengungkapan suatu permasalahan atau pikiran yang mumpuni sehingga akan membawa dampak negatif dalam hidup dan karya seseorang.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi akan membawa keberuntungan bagi individu yang memiliki kemampuan pribadi, keberhasilan pribadi, dan kehidupan yang independen (Azwar, S. 2009 : 35). Keahlian berbicara dalam masyarakat sering disebut juga dengan kemampuan berpidato atau public speaking, sertamenjadi sebuah penilaian yang sering dijadikan indikasi ketokohan dalam suatu masyarakat. (Glann R Capp dan G Richard Capp, Jr 2004: 58).
Bahasa adalah media dalam retorika dimana seorang individu dapat mengungkapkan gagasan-gagasan dan mengekspresikan perasaannya. Ilmu retorika sangat dibutuhkan bagi komunikator untuk menunjang kualitas topik dan pembicaraannya dan mempersuasi audiens akan kebenaran ide-ide dan informasi yang disampaikan.
Retorika sebagai seni berpidato adalah ilmu berbicara dan kepandaian dalam berbicara yang baik perlu pengetahuan dan latihan (Jalaluddin Rakhmat 2015 : 2). Retorika sebagai salah satu mata kuliah yang ada di dunia mahasiswa khususnya jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia tentunya memiliki pengaruh penting terhadap pembawaan pidato mahasiswa dimana pidato atau public speaking sangat diperlukan dalam dunia perkuliahan.
Namun realita yang terjadi saat ini banyak sekali mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang kurang mampu menguasai public speaking dengan baik. Padahal dijurusan tersebut dituntut untuk melakukan banyak kegiatan yang membutuhkan kemampuan pidato atau public speaking diantaranya presentasi, simulasi mengajar dan banyak yang lainnya.
Di dalam dunia perkuliahan mahasiswa dituntut mempunyai kemampuan tersebut karena banyak sekali kegiatan akademik maupun non akademik yang memerlukan public speaking. Dengan public speaking mahasiswa bisa dengan mudah bersosialisasi dan menambah relasi. Khusunya di jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia yang terdapat mata kuliah retorika yang mana mata kuliah tersebut mengajarkan keterampilan public speaking terutama berpidato.
Untuk itu disini kami meneliti pengaruh mata kuliah retorika terhadap kemampuan pidato atau public speaking mahasiswa Prodi PBSI STKIP PGRI Trenggalek. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat mempelajari retorika dengan baik dan menambah skill pidato atau public speaking agar memudahkan dalam jalannya perkuliahan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh mata kuliah retorika terhadap kemampuan berpidato mahasiswa?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian secara umum
1. Mengetahui ada dan tidaknya pengaruh mata kuliah retorika terhadap kemampuan pidato mahasiswa.
1.3.2 Tujuan penelitian secara khusus
Tujuan khusus penulis menyusun karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Menulis Ilmiah di STKIP PGRI Trenggalek.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat penelitian secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan membawa pengetahuan tentang kemampuan berpidato yang baik dan benar, sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari. Dan menjadi penunjang untuk bekal kemampuan public speaking, dimana hal ini akan dibutuhkan sampai kapan pun itu.
1.4.2 Manfaat penelitian secara praktis
Bagi dunia pendidikan bahasa, dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang cara berpidato yang baik dan benar.
Karya ilmiah ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa yang ingin melatih kemampuan berpidato dan menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari. Sehingga mahasiswa tidak akan merasa canggung ketika sudah terjun langsung di tengah - tengah masyarakat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Berpidato
Ristina Yani Puspita dalam bukunya “Cara Praktis Belajar Pidato, MC, dan Penyiar Radio” mengemukakan bahwa pidato adalah salah satu media penyampaian pesan yang memegang peranan penting, baik itu oleh para mahasiswa sampai pada pejabat negara. Pidato merupakan penyampaian gagasan, pikiran, atau informasi kepada orang lain secara lisan dengan metode-metode tertentu (2017:7) . (Syam, 2006: 7) juga berpendapat bahwa pidato adalah teknik pemakaian kata-kata atau bahasa secara efektif yang berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih kata yang dapat mempengaruhi komunikan terseb
Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa berpidato adalah penyampaian pikiran atau informasi menggunakan teknik pemakaian kata - kata kepada khalayak ramai memakai metode-metode tertentu dengan maksud menginformasikan dan meyakinkan pendengarnya. Dalam menyampaikan pidato harus disertai dengan lafal dan intonasi yang baik serta memperhatikan mimik wajah dan gesture tubuh agar tujuan berpidato dapat tersampaikan kepada audiens.
2.2 Jenis - Jenis Berpidato
Pidato sebagai salah satu bentuk penyampaikan ide dan gagasan kepada khalayak ramai memiliki banyak jenis. Devito (dalam Gely Gy 2019:1) menjelaskan bahwa ada empat jenis pidato yaitu:
Pidato Informatif.
Pidato informatif adalah pidato yang tujuannya untuk memberikan informasi atau halhal baru kepada pendengar. Pidato informative harus memuat informasi yang teraktual sehingga audiens bisa merasakan manfaat dan menambah informasi setelah mendengarkan pidato tersebut. Seorang pembicara harus jeli dan tanggap dalam menangkap informasi karena merupakan aspek utama dan modal awal yang harus dimiliki oleh ahli pidato jenis ini. Pada dasarnya, pidato informatif hanya memberikan penjelasanpenjelasan awal dan selanjutnya tergantung kepada audiens untuk menyikapi dan menanggapi informasi tersebut.
Pidato Deskriptif.
Pidato deskriptif adalah pidato yang menjelaskan atau memaparkan suatu hal seperti orang, suatu peristiwa/kejadian, suatu proses dan sebagainya. Pidato ini mendeskripsikan ciri-ciri tentang suatu objek. Orator yang menyampaikan pidato deskriptif harus memiliki data yang akurat serta faktual agar informasi yang disampaikan bisa diterima sebagai sebuah kebenaran oleh audiens.
Pidato Demonstratif.
Pidato demonstrative adalah kelanjutan dari pidato informatif. Dalam pidato jenis ini, orator diharuskan lebih fokus dalam penyampaian cara-cara untuk melakukan sesuatu. Pidato ini harus didukung media dan sumber. Contoh ketika seorang guru menjelaskan tentang gerhana matahari maka guru tersebut harus menggunakan media globe, senter dan lainnya sebagai media ajar.
Pidato Persuasif
Pidato persuasif sedikit berhubungan dengan pidato informatif. Namun pidato persuasif lebih mengutamakan ide dan gagasan pembicara tentang suatu informasi atau pembicaraan dan mengarahkan untuk mempersuasi atau membujuk audiens untuk menerima ide atau informasi tersebut. Pidato persuasif termasuk pidato yang sulit dilakukan karena tujuannya untuk menyakinkan orang lain harus tercapai. Pidato persuasif mempengaruhi audiens dalam aspek-aspek tertentu seperti psikologis, nilai-nilai dan kepercayaan.
Pidato Acara Khusus
Pidato acara khusus atau biasa disebut juga dengan “special occasion speech” adalah pidato yang biasanya dilakukan pada kesempatan-kesempatan khusus dalam sebuah acara seperti pidato memperkenalkan seorang tokoh yang berpengaruh, pidato pada acara pernikahan, pidato acara perpisahan atau farewell, pidato penerimaan sebuah penghargaan dan sejenisnya.
Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pidato memiliki 5 jenis yang berbeda tergantung isi dan tujuan pidatonya. Pidato informatif menginformasikan hal-hal baru kepada pendengar seperti contoh yang terjadi di sekitar kita adalah pidato yang disampaikan guru kepada peserta didik dan pidato kepala sekolah saat upacara bendera, pidato deskriptif adalah pidato yang menjelaskan atau mendeskripsikan suatu objek, pidato demontratif lebih fokus dalam menyampaikan cara-cara untuk melakukan sesuatu, pidato persuasif bertujuan untuk mempersuasi atau membujuk audiens, dan pidato acara khusus yang digunakan dalam acaraacara khusus seperti acara pernikahan, penghargaan dan sebagainya.
2.3 Metode-Metode Penyampaian Pidato
Terdapat empat metode dalam berpidato. Metode-metode ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan atau tujuan berpidato. Menurut Jalaluddin Rahmat (dalam Amy Sabila 2015:30-31) menjelaskan bahwa ada empat jenis pidato yaitu impromtu, manuskrips, memoriter, dan ekstemporan yaitu sebagai berikut:
1. Impromtu
Pidato ini seringkali disampaikan pada saat acara-acara resmi (pesta dan lain-lain). Pidato impromtu adalah pidato yang disampaikan tanpa persiapan sebelumnya dan tidak menggunakan naskah.
2. Manuskrip
Pidato ini biasanya menggunakan naskah. Juru pidato membacakan naskah dari awal sampai akhir.
3. Memoriter
Pidato memoriter biasanya ditulis kemudian dalam penyampaian diingat kata demi kata. Persiapan yang diperlukan lebih dimaksimalkan dalam mengingat isi pesan pidato, di samping mempersiapkan naskah dengan baik.
4. Ekstemporan
Pidato ini bisa dikatakan pidato paling baik dari sudut pandang teori komunikasi. Pidato ekstemporan seringkali digunakan juru pidato atau pembicara yang mahir. Dalam menyampaikannya tidak menggunakan naskah (teks). Karenanya persiapan pidato jenis ini harus dilakukan dengan dan matang dan sebaik-baiknya.
Itulah empat metode penyampaian pidato yang digunakan oleh orator. Setiap metode pastinya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Metode-metode itu dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan pembicara, situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat menyampaikan pesan dan isi pidato. Selain itu, metode-metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai.
3.1 Pengertian Retorika
Secara etimologi istilah retorika ditemukan dalam perbendaharaan bahasa Inggris yakni rhectoric yang artinya kepandaian berbicara atau berpidato (Echols, 1975:485). Kemudian dikenal pula istilah retorika, yaitu seni berbicara atau berpidato kepada khalayak ramai dengan prinsip menggunakan teknik dan strategi komunikasi supaya berhasil mempengaruhi orang banyak (Carnigie,2013: 11).
Retorika adalah cara berbicara yang efektif, dan perlu dipelajari sesuai kebutuhannya. Menurut Kustadi Suhandang (2009) dalam bukunya yang berjudul “Retorika Strategi Teknik Dan Taktik Pidato” berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang tidak terbatas pada penyampian pesan secara lisan dan tulisan, menurut Kustadi kegiatan retorika lebih luas ketimbang public speaking yang memiliki pengertian sangat terbatas yaitu berbicara di depan publik saja. Karena itu metode komunikasi yang digunakan dalam kegiatan retorika, tentu saja tidak terbatas pada auditif saja melainkan menggunakan metode visual maupun audio visual.
Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa retorika adalah ilmu yang mempelajari tentang keterampilan dan kemampuan berbicara, berpidato dan berkomunikasi antar manusia termasuk di dalamnya public speaking yang membahas tentang cara berkomunikasi di depan publik. Retorika menjadi salah satu bagian dari mata kuliah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra STKIP PGRI Trenggalek supaya mahasiswa dapat berpidato dan menyampaikan gagasan serta pemikirannya di depan khalayak luas.
3.2 Prinsip-Prinsip Retorika Aristoteles
Aristoteles meyakini bahwa suatu pidato persuasif dapat menjadi efektif, apabila pembicara mengikuti prinsip-prinsip yang disebut kanon. Kanon merupakan sebuah usaha atau rekomendasi supaya membuat suatu pidato lebih menggugah kepada audiens. Unsur utama dalam mempersiapkan sebuah pidato adalah penemuan, penyusunan atau pengaturan, gaya, penyampaian, dan daya ingat serta merupakan pusat dari tradisi retorika menurut Aristoteles (Little John, 2009: 73).
Penemuan, (invention) diartikan sebagai pilar atau penyangga utama dalam penyusunan dari suatu sudut pandang yang relevan dengan tujuan dari sebuah pidato, serta dapat mencakup penggunaan cara berpikir kritis dalam suatu pidato. Selain itu, penemuan diinterpretasikan sebagai sekumpulan informasi dan pengetahuan yang dibawakan oleh seorang pembicara ke dalam situasi berbicara.
Pengaturan, saling berkaitan dengan kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan penyampaian pidatonya.
Didalam pengaturan ataupun penyusunan teks pidato, terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:
- Pengantar, adalah strategi dalam pidato yang didalamnya termasuk menarik perhatian audiens, memberikan bahasan singkat mengenai tujuan pembicara dan menunjukkan hubungan topik dengan pendengar.
- Batang Tubuh (body), adalah strategi yang digunakan dalam sebuah pidato yang didalamnya termuat argument, contoh, serta detail-detail penting untuk menyampaikan pemikiran dari pembicara kepada audiens.
- Kesimpulan, adalah bagian yang bertujuan untuk merangkum poin-poin dan nilainilai penting yang telah disampaikan pembicara supaya menggugah emosi untuk khalayak ramai.
Menurut Aristoteles, gaya juga membahas mengenai pemilihan suatu kata, kesopanan kata dan penggunaan perumpamaan. Ia memaparkan bahwa kata-kata aneh atau ambigu harus dihindari. Ia menggunakan metafora (metaphor), atau disebut juga majas yang membuat sesuatu yang kurang jelas menjadi lebih mudah dipahami oleh audiens. Metafora memiliki kemampuan untuk mengubah isi serta perspektif didalam pikiran seseorang. Menurut Aristoteles, penyampaian tidak diajarkan begitu saja, tetapi hal ini sangat penting dipahami bagi para pembicara.
Penyampaian berkaitan erat dengan penyampaian nonverbal dari ide-ide seorang pembicara. Penyampaian dapat mencakup beberapa perilaku, seperti: kontak mata, ejaan, kejelasan pengucapan, dialek, gerak tubuh, penampilan fisik dan tanda vokal. Daya ingat juga merupakan aspek penting karena berguna untuk menyimpan penemuan, pengaturan dan gaya didalam benak pembicara. Daya ingat lebih menekankan kepada usaha-usaha seorang pembicara untuk menyimpan sebuah informasi dalam sebuah pidato.
Dari prinsip-prinsip retorika Aristoteles dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah pidato, pembicara harus mengikuti tuntunan tertentu atau prinsip-prinsip yang merupakan usaha untuk membuat suatu pidato lebih menggugah dan menarik minat audiens agar tujuan beretorika dapat tercapai dan isi dari bahan yang akan disampaikan dapat dipahami dengan baik dan benar.
3.3 Unsur-Unsur Retorika
Menurut Maarif Zainul dalam buku “Retorika Metode Komunikasi Publik” (2015:80-81) , unsur-unsur retorika adalah sebagai berikut:
Komunikator
Komunikator atau disebut juga sebagai pembicara merupakan unsur utama sebuah komunikasi. Seorang pembicara yang mumpuni harus memiliki kemampuan untuk mengetahui situasi atau keadaan yang sedang ia hadapi. Seorang pembicara dapat menyesuaikan dengan siapa ia berbicara, bagaimana ia memperlakukanya sehingga tercapai proses komunikasi yang baik.
Pendengar (Audiens/Mad’u)
Pendengar atau audiens mempunyai peranan penting dalam proses komunikasi. Dengan latar belakang mentalitas dan pandangan yang beragam, tujuan yang beragam, harapan dan nilai yang beragam. Untuk itu, seorang pembicara harus pandai menempatkan dirinya di setiap kondisi dan melihat secara umum tipe-tipe pendengarnya.
Suara (bunyi-bunyian)
Bunyi yang kita dengar ketika sedang dalam menyampaikan pemaparan adalah sesuatu yang dapat menggangu dalam penyampaian dan penerimaan isi pidato. Bunyi itu dapat terjadi diluar kehendak misal suara klakson motor, teriakan anak-anak dan suara hewan disekitar. Maupun suara yang berasal dari yang bersangkutan seperti audiens yang mengobrol, dan mikrofon yang kurang baik dan lain sebagainya.
Pesan dan Saluranya
Pesan yang disampaikan pembicara mengandung makna yang diciptakan oleh adanya isi (content) dan lambang (symbol). Isi komunikasi yang dimaksud adalah apa yang kita pikirkan dan buah hasil pemikiran yang akan kita sampaikan. Sedangkan saluran adalah media yang berfungsi meneruskan pesan bermakna dari pengirim kepada penerimanya.
Akibat
Berhasil atau tidaknya sebuah pidato tergantung pada interaksi antara pembicara dan informasi lain yang diketahui audiens. Karenanya seorang pembicara yang efektif harus mengetahui informasi, sikap dan kepercayaan yang dimiliki pendengar terhadap tema pidato. Kredibilitas akan mempengaruhi cara audiens dalam memahami isi yang disampaikan pembicara.
Konteks
Konteks menjadi aspek penting dalam kegiatan retorika. Antara pembicara dan pendengar terdapat konteks yang meliputi kehidupan sosial.
Selain unsur-unsur diatas, ada unsur lainnya yang harus diperhatikan, yaitu sikap gerak gerik dan mimik, bahasa dalam berpidato, ketepatan dalam memilih kata, gaya lisan dan juga pembentukan kalimat.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur retorika meliputi komunikator, pendengar, suara, pesan dan salurannya, akibat dan konteks. Komunikator adalah bagian penting dari komunikasi, pendengar yang berasal dari perbedaan daya tangkap dan analisis pemikiran harus diperhatikan benar, konteks yang akan disampaikan harus sesuai dengan audiens, kondisi dan situasi. Dengan unsur-unsur tersebut diharapakan pemahaman tentang retorika menjadi lebih mendalam, terstrukur dan sistematis
3.4 Jenis-Jenis Retorika
Jenis-jenis retorika menurut Aristoteles (dalam Rifqi Nadhmy Dhia,dkk 2021:85) diantaranya adalah:
1. Retorika deliberatif
Merupakan retorika yang menghubungkan dengan masa depan. Retorika deliberatif membuat pendengar menjadi merasa lebih baik karena memiliki unsur motivasi. Retorika deliberatif bertujuan membujuk pendengar untuk mengambil, atau berpaling dari tindakan tertentu. Biasanya strategi persuasif yang dilakukan tidak mengandung banyak basa-basi dan langsung pada tujuan.
2. Retorika forensik
Retorika forensik memiliki upaya untuk mengubah apa yang dilihat oleh panca indera sebagai kebenaran tentang masa lalu (upaya yang mungkin juga mempengaruhi masa depan). Ketika hal tersebut dianalisis dari posisi retorika forensik, dalam membujuk atau mempersuasi audiens dengan mengasumsikan tujuan retorika adalah pembenaran dari perilaku manusia yang terjadi di masa lalu maupun yang akan terjadi.
3. Retorika epideiktik
Retorika epideiktik mencoba untuk membentuk kembali pandangan masa kini. Jenis retorika epideiktik merupakan retorika yang paling tidak didefinisikan dari jenis retorika lainnya. Jenis ini berkaitan erat dengan pujian dan kesalahan, dan menampilkan banyak hal dalam kesempatan seperti upacara dedikasi maupun pidato penerimaan.
Dari jenis-jenis retorika diatas dapat disimpulkan bahwa retorika mencoba menghubungkan dengan masa depan serta memiliki unsur motivasi yang membawa pendengar menjadi lebih baik serta membujuk pendengar untuk mengambil, atau berpaling dari tindakan tertentu dan tidak mengandung banyak basa-basi. Retorika senantiasa mampu berjalan seiring perkembangan zaman dan berinovasi agar proses komunikasi tidak dianggap sebagai kegiatan membosankan.
4.1 Istilah Kemampuan
Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu. Sesorang dikatakan mampu apabila ia melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Sedangkan ability menghubungkan keterkaitan antara kemampuan dengan kata kecakapan.
Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda dalam melakukan sebuah tindakan (Akhmat Sudrajat : 2008). Kecakapan mempengaruhi potensi yang ada dalam diri seseorang. Proses pembelajaran mengharuskan peserta didik mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Kemampuan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.
Kemampuan bisa juga merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan maupun praktek serta pengalaman yang telah dilakukan. Menurut Yusdi “kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan”, Yusdi Milmal (dalam Febriati Simin & Yusuf Fajar : 2018).
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau tugas. Seseorang bisa dikatakan memiliki kemampuan apabila ia cakap dan tanggap serta mampu memenuhi suatu tugas atau aspek dari sebuah pembelajaran ataupun tuntutan sosial.
4.2 Jenis-Jenis Kemampuan
Menurut Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge (2008 : 57) menyatakan bahwa kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu :
- Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam melakukan berbagai aktivitas mental (berpikir, menalar dan memecahkan suatu permasalahan).
- Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan untuk melakukan tugastugas yang menuntut adanya stamina, ketrampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kemampuan meliputi kemampuan intelektual yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas yang berhubungan dengan mentalitas seorang individu dan kemampuan fisik yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan, dan daya tahan.
5.1 Mahasiswa
Mahasiswa adalah seorang individu yang sedang dalam proses menuntut ilmu ataupun belajar dan terdaftar sebagai seorang yang sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5). Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia ).
Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan memiliki perencanaan dalam bertindak.
Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat, tanggap dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip saling melengkapi. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada 19 masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012: 2).
Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah individu berusia 18-25 tahun yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi serta memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan bertindak.
Mahasiswa diharapkan memiliki moral yang baik, karena mahasiswa dapat dijadikan sebagai kekuatan dari bangsanya. Karena satu-satunya harapan sebuah bangsa adalah pemuda. Mahasiswa adalah maha dari siswa sehingga merupakan tatanan tertinggi dari peserta didik sehingga diharapkan terdapat pemikiran menuju perubahan yang lebih baik untuk dirinya sendiri, keluarga dan negara pada dirinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Dalam kegiatan penelitian, kerangka atau rancangan penelitian merupakan unsur pokok yang harus diadakan sebelum proses penelitian dilaksanakan. Karena dengan sebuah rancangan yang baik maka pelaksanaan penelitian menjadi lebih terarah, jelas dan maksimal.
Terkait dengan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian korelasional kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006:270). Rancangan penelitian adalah aspek penting sebelum penelitian dilaksanakan karena dengan membuat rancangan penelitian metode yang dilaksanakan menjadi lebih jelas, runtut dan sistematis
3.2 Teknik Penentuan Subjek Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian populasi, dimana seluruh populasi merupakan sample. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang mencakup semua elemen dan unsurunsur (Dhofir, 2000:36). Sedangkan sampel adalah sebagian subjek penelitian yang memiliki kemampuan mewakili seluruh data (populasi). Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah Mahasiswa semester 5 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Trenggalek.
No
Semester
Populasi
Sampel
01
5
30
30
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data dengan menggunakan metode-metode tertentu. Metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1.) Metode Angket
Angket adalah suatu teknik atau pengumpulan data yang berupa pertanyaanpertanyaan yang disampaikan dan dijawab oleh objek penelitian tersebut (Sukmadinata, 2004:271). Metode ini digunakan untuk mencari dan menyaring data yang bersumber dari responden.
Pertanyaan yang terdapat dalam angket adalah sebagai berikut:
- Pernahkah berbicara di depan publik
- Berapa kali praktek berbicara dalam mata kuliah retorika
- Apa yang anda pahami tentang retorika
- Apakah dalam berpidato kalian mempelajari retorika terlebih dahulu
- Apakah mempelajari mata kuliah retorika sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan berpidato anda
2.) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya” (Arikunto, 1998:236).
Metode dokumenter ini digunakan untuk memperoleh data dari nilai akhir mata kuliah retorika mahasiswa semester 5 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Trenggalek
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan pengolahan dari data-data yang sudah terkumpul. Diharapkan dari pengelolaan data tersebut dapat diperoleh gambaran yang akurat dan konkrit dari subjek penelitian. Penulis juga menggunakan tabel guna membantu analisa data sebagai hasil dari penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi Variabel X adalah Mata Kuliah Retorika, sedangkan Variabel Y adalah kemampuan berpidato mahasiswa semester 5 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Trenggalek tahun 2020 .
BAB IV
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan untuk mengetahui pengaruh mata kuliah retorika terhadap kemampuan berpidato pada mahasiswa STKIP PGRI Trenggalek. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 5 yang berjumlah 30 responden.
4.1 Penyebaran Angket
Rekapitulasi Pertanyaan No. 1 Frekuensi Berbicara didepan Publik
Pertanyaan
Alternatif Jawaban
F
%
1. Pernahkah berbicara di depan publik
Ya
Tidak
20
10
66,7%
33,3%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada mahasiswa yang berjumlah 30 orang ditemukan kategori Ya sebanyak 20 mahasiswa atau 66,7 %, kategori tidak 10 mahasiswa atau 33,3%. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 5 STKIP PGRI Trenggalek dikategorikan sering berbicara di depan publik.
Rekapitulasi Pertanyaan No. 2 Praktek Berbicara
Pertanyaan
Alternatif Jawaban
F
%
2. Berapa kali praktek berbicara dalam mata kuliah retorika
2
3
4
5-7
8>
2
10
18
0%
0%
6,7%
33,3%
60%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 2 mahasiswa atau 6,7% yang praktek berbicara dalam mata kuliah retorika sebanyak 4 kali. Adapun sebanyak 10 mahasiswa atau 33,3% yang praktek berbicara dalam mata kuliah retorika sebanyak 5 sampai 7 kali. Sedangkan sebanyak 18 mahasiswa atau 60% yang praktek berbicara dalam mata kuliah retorika sebanyak lebih dari 8 kali. Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat mengetahui bahwa mayoritas mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 5 melakukan praktek berbicara dalam mata kuliah retorika sebanyak lebih dari 8 kali.
Rekapitulasi Pertanyaan No. 3 Pemahaman Tentang Mata Kuliah Retorika
3. Apa yang anda pahami tentang retorika
Ilmu yang mempelajari tentang teknik berkomunikasi dan public speaking
Mata kuliah yang mempelajari tentang teknik berbicara dan berpidato
Ilmu yang mempelajari tentang teknik berbicara
Seni berbicara di depan umum
Retorika adalah ilmu yang mempelajari tentang keterampilan berbahasa secara efektif terutama dalam berbicara atau public speaking.
Retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang keterampilan menemukan secara persuasif dan objektif.
Retorika merupakan seni dalam berbicara
Retorika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara berbicara yang mempunyai daya tarik
Retorika adalah keterampilan dalam berbicara/berpidato
Kegiatan menarik perhatian dengan seni berbicara
Retorika ilmu berbicara
retorika yaitu tentang ilmu berbicara
Retorika lahir sebagai seni yang dimulai dari abad 5 SM ketika kaum sophis mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan pengetahuan tentang politik dengan penekanan pada kemampuan berpidato. Pada waktu itu, retorika memiliki beberapa fungsi (Sunarjo, 1983:55), yaitu untuk mencapai kebenaran atau kemenangan bagi suatu pihak, untuk meraih kekuasaan, sebagai alat persuasi yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain
Mata kuliah tentang berpidato
Merupakan kegiatan untuk menarik perhatian orang lewat kepandaian berbicara, khususnya berbicara didepan umum, dengan demikian peran retorika sangat besar dalam menyampaikan informasi dan komunikasi.
Retorika adalah sebuah matkul yang membahasa tentang gaya berbicara dsb
Ilmu yang mempelajari tentang cara berkomunikasi yang baik dan benar di depan publik utamanya pidato
Ilmu tentang berbicara dan berpidato
Mata kuliah yang membahas tentang berpidato dan public speaking
Retorika adalah ilmu yang mempelajari tentang keterampilan berbahasa secara efektif terutama dalam berbicara atau public speaking. Retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang keterampilan menemukan secara persuasif dan objektif.
Berdasarkan hasil angket yang disebar kepada mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Trenggalek tentang pemahaman mereka terhadap mata kuliah retorika sebanyak 30 mahasiswa atau 100% menjawab dengan beragam dan ada beberapa yang sama menurut perspektif dan apa yang mereka pahami masing-masing. Hampir keseluruhan jawaban dapat disimpulkan bahwa mereka memahami retorika sebagai ilmu atau mata kuliah yang mempelajari dan mengajarkan teknik berkomunikasi, public speaking, berpidato serta berbicara di depan publik.
Rekapitulasi Pertanyaan No. 4 Mempelajari Retorika Sebelum Berpidato
4. Apakah dalam berpidato kalian mempelajari retorika terlebih dahulu?
Jawaban Ya
Jawaban Tidak
Ya, karena dengan belajar beretorika kita dapat mengatasasi berbagai masalah dalam menghadapi audiens.Serta dengan belajar beretorika kita akan mampu menjadi narasumber yang lebih baik dan berkualitas.
-
Ya, karena dapat mengajarkan publik speaking dengan baik.
Ya, karena dalam pembelajaran retorika memberi pemahaman berbicara yang baik dan benar di depan publik.
Ya, karena retorika mempelajari bagaimana berbicara di depan umum.
Ya, lebih mengetahui cara publik speaking yang baik.
Ya, karena dari situ kami belajar bagaimana menarik perhatian melalui seni berbicara; berkhutbah.
Ya, karena dapat membantu meningkatkan kemampuan berpidato.
Ya, karena retorika mengajarkan ilmu berbicara yang baik dan benar.
Ya, lebih bisa menggunakan teknik berpidato.
Ya, karena dapat membantu mempermudah dan mendalami tata cara berpidato dengan benar.
Ya, Karena dengan beretorika kita bisa lebih percaya diri dalam berbicara
Ya, karena dengan mempelajari retorika saya bisa mengetahui dan memahami bagaimana cara berpidato yang baik dan benar yang akan saya terapkan nanti.
Ya, Pengaruhnya yaitu saya menjadi bisa berpidato secara lancar didepan khalayak umum.
Ya, karena dalam mata kuliah retorika diajarkan cara berkomunikasi dengan khalayak umum.
Ya, karena retorika mengajarkan cara dan attitude public speaking khusunya pidato.
Ya, karena mata kuliah retorika mengajarkan cara berkomunikasi dan memberi informasi lewat berpidato, public speaking dan lain sebagainya.
Ya, karena dalam mata kuliah retorika diajarkan keterampilan berbicara dan berpidato.
Ya, karena mata kuliah retorika proses komunikasi antar manusia dibahas secara rinci dan jelas.
Ya, karena retorika kita mengetahui bagaimana berbicara di depan umum.
Ya, agar lebih mengetahui cara publik speaking yang baik.
Ya, karena dari matkul retorika kami belajar bagaimana menarik perhatian melalui seni berbicara.
Ya, karena dapat membantu meningkatkan kemampuan berpidato.
Ya, karena mata kuliah retorika sangat mempengaruhi kemampuan berpidato.
Jumlah 30 Mahasiswa
Jumlah 0 Mahasiswa
Berdasarkan hasil angket yang disebar kepada mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Trenggalek, sebanyak 30 mahasiswa atau 100% menjawab dengan pernyataan yang beberapa ada kesamaan, bahwa mereka mempelajari mata kuliah retorika terlebih dahulu sebelum melakukan berpidato.
Rekapitulasi Pertanyaan No. 5 Seberapa Besar Pengaruh Mata Kuliah Retorika
Pertanyaan
Alternatif Jawaban
F
%
5. Apakah mempelajari mata kuliah Retorika sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan berpidato anda?
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
20
6
4
66,7%
20%
13,3%
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 20 mahasiswa atau 66,7% yang menjawab bahwa mempelajari mata kuliah retorika berperan sangat tinggi dalam meningkatkan kemampuan berpidato. Adapun sebanyak 6 mahasiswa atau 20% merasa bahwa mempelajari mata kuliah retorika berperan tinggi dalam meningkatkan kemampuan berpidato.
Sedangkan sebanyak 4 mahasiswa atau 13,3% merasa bahwa mempelajari mata kuliah retorika berperan cukup dalam meningkatkan kemampuan berpidato. Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat mengetahui bahwa mayoritas mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 5 menganggap bahwa mempelajari mata kuliah retorika sebelum berpidato memiliki peran yang cukup tinggi.
4.2 Dokumentasi Rekapitulasi Nilai Akhir Mata Kuliah Retorika
Berdasarkan rekapitulasi nilai akhir mata kuliah retorika mahasiswa semester 5 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia dapat diketahui bahwa semua mahasiswa mendapat nilai diatas 3.00 dimana mereka semua lulus mata kuliah retorika . Sebanyak 4 mahasiwa atau 13,3% mendapat nilai 3.00, 9 mahasiwa atau 30% mendapat 3.50, 11 mahasiwa atau 36,7% mendapat 3.75 dan sebanyak 6 mahasiswa atau 20% mendapat nilai sempurna yaitu 4.00.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Mata Kuliah Retorika Terhadap Kemampuan Berpidato pada Mahasiswa” diatas dapat penulis simpulkan hal berikut:
1. Berdasarkan hasil observasi dengan pengisian angket pada mahasiswa semester 5 jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebanyak 30 mahasiswa menyatakan bahwa 66,7% dari mereka pernah berbicara di depan publik. Mayoritas mahasiswa semester 5 melakukan praktek berbicara dalam mata kuliah tersebut sebanyak lebih dari 8 kali.
Sebagian besar dari mereka memahami bahwa retorika adalah ilmu yang mempelajari tentang keterampilan berbicara berpidato dan berkomunikasi antar manusia termasuk di dalamnya public speaking yang membahas tentang cara berkomunikasi di depan publik. Sebanyak 30 mahasiswa atau 100% menjawab bahwa mereka mempelajari mata kuliah retorika terlebih dahulu sebelum melakukan berpidato.
Mayoritas mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 5 menganggap bahwa mempelajari mata kuliah retorika sebelum berpidato memiliki peran yang cukup tinggi dalam menunjang kemampuan mereka. Berdasarkan rekapitulasi nilai akhir mata kuliah retorika mahasiswa semester 5 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia dapat diketahui bahwa semua mahasiswa mendapat nilai diatas 3.00 dimana mereka semua lulus mata kuliah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
dhia, R. N. (2021). Analisis Retorika Aristoteles Pada Kajian Ilmiah Media . Linimasa : Jurnal Ilmu Komunikasi.
Fikry, A. (2020). Representasi Konsep Retorika Persuasif Aristoteles Dalam . Jurnal AlAzhar Indonesia Seri Humaniora, Vol. 5, No. 3, Maret 2020.
Martha, I. N. (2010). Retorika Dan Penggunaannya . Prasi | Vol. 6 | No. 12 | Juli - Desember 2010.
Persepsi, U. R. (2017, Desember). Urgensi Retorika Dalam Persfektif Islam Dan Persepsi.
Edisi Desember 2017 Vol. 41 No. 2, 41.
Yanita, H. (2016, Desember). Analisis Struktur Retorika Dan Penanda Kebahasaan Bagian Hasil Dan Pembahasan Artikeljurnal Penelitian Bisa Fkip Unib Untuk Bidang Pengajaran Bahasa. | 169diksa, Vol 2, No.2, Juni 2016, 2, 165-170.
Yani Puspita, Ristina. 2017. Cara Praktis Belajar Pidato, MC, dan Penyiar Radio. Komunika. Yogyakarta
Sabila, Amy. (2015, Januari). Kemampuan Berpidato Dengan Metode Ekstemporan. Jurnal
Pesona. Volume 1 No. 1
Suhandang Kustadi. 2009. Retorika Strategi Teknik Dan Taktik Pidato. Nuansa. Bandung
Zainul, Maarif. 2015. Retorika Metode Komunikasi Publik. Rajawali Pers. Jakarta
Dhia, Rifqi Nadhmy dkk. (2021, Januari). Analisis Retorika Aristoteles Pada Kajian Ilmiah Media Sosial Dalam Mempersuasi Publik. Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 4 (1)
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model
Pembelajaran. Sinar Baru Algensindo. Bandung
Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi Organizational Behavior. Salemba Empat. Jakarta
Simin, Febriati, Yusuf. 2018. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Isi Bacaan Melalui
Pendekatan Komunikatif Pada Siswa Kelas IV di SDN 1 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Jurnal Aksara (Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal). Vol 4 (3)
Yaqien, Sindy dkk. 2018. Kekuatan Mahasiswa Berwirausaha: Kasus Di Universitas Padjadjaran. Jurnal Unpad. Vol 8 (1)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H