“Caca” panggil seseorang yang berada di belakangku.
Aku langsung menoleh ke sumber suara, “Renisha” ucapku pelan.
“Kevin, aku menemukan Renisha. Ia sedang bersamaku” ucapku cepat.
Kurasakan suhu yang tak biasa pada tubuh perempuan cantic yang menggenggam tanganku dengan sangat erat. Tangannya dingin. Wajahnya pucat pasi.
“Bawa dia ke ruangan di atap sekarang” jawab Kevin.
Tanganku segera menarik tangan Renisha untuk keluar dari ruangan itu. Aku berusaha sebisa mungkin untuk menutupinya. Kekhawatiran terbesarku saat ini adalah aku takut ada orang yang menyadari aku membawa Renisha keluar dari ruangan gelap ini. Sesekali aku menabrak beberapa orang yang lalu lalang di depanku demi membawa majikanku keluar dari bahaya yang mengintainya.
Sesampainya di tempat yang diperintahkan Kevin, aku segera masuk dan mengunci lagi pintunya dengan rapat. Terdengar suara tembakan di lantai atas tempat acara tadi berlangsung. Aku berbalik menemukan ibuku duduk di kursi dan diikat. Mulutnya dibekap dengan kain. Sementara, Renisha masih berdiri di belakangku.
“Serahkan perempuan itu, atau ibumu berakhir di sini” ancamnya.
Aku bergeming.
Kevin berada di sana. Di belakang pria yang baru saja mengancamku.
Aku membuang nafas melalui mulut sambil melemparkan pandanganku ke samping kiri.