“Wah wah wah. Anakmu sangat pemberani sepertimu” ucap Pria tadi sambil menarik ibuku beberapa langkah dariku.
“Mari kita lihat. Apakah ia melakukan pengorbanan yang sama dengan apa yang engkau lakukan” ucapnya lagi.
Kepalaku terasa sangat pusing. Ada apa ini? Pemberani? Seperti ibu? Pengorbanan?
Aku mengaduh pelan. Kevin menyadarinya. Kepalaku seperti ditusuk ribuan jarum. Sakit sekali.
“Ini adalah akibat yang harus engkau tanggung karena telah menyelamatkan anak itu” ucapnya.
Aku mengangkat kepalaku dan melihat Kevin yang berada di depanku mengacungkan pistol ke arah kepala ibuku. Perasaan berkecamuk di dalam dada. Marah, kecewa, panik, takut, sedih, semuanya bercampur tanpa bisa kukontrol lagi.
Aku segera berlari ke depan ibuku saat pelatuk pistol tersebut di tarik oleh Kevin. Peluru tepat mengenai bahu kananku. Tak hanya sekali, bunyi pistol kembali terdengar. Aku melihat pria tersebut menembak ibuku. Aku gagal menyelamatkannya. Aku hanya bisa tergeletak lemah di sebelah ibuku. Seketika itu juga, polisi masuk dan menyergap dua orang itu.
“Ca” rintih Ibu dengan sulit
“Ibu” panggilku. Air mata berlinang di pipiku
“Jaga diri baik-baik ya nak,” pesannya.
“Ibu!!” panggilku lagi.