Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Nisan, Hujan dan Kebenaran

27 November 2015   17:39 Diperbarui: 27 November 2015   17:40 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan menderas, membuat aku sedikit kesulitan mencari nisan mas Leo. Seorang pria berpayung hitam, berjalan ke arah luar, ah aku ingat sekarang makam mas Leo searah pria itu.

Aku berlari lagi tanpa memperdulikan tatapan mata pria itu, sepertinya tidak asing. Tapi aku tidak peduli. Aku harus melepaskan semua beban ini pada makam mas Leo.  

Pada akhirnya aku menemukannya. Aku pun bersimpuh, menggapai nisannya dan menangis sejadi-jadinya.

“Apa yang terjadi padaku, mas??”

****

Anna. Saat ini dia adalah Anna, wanita di tengah rinai hujan yang memanjatkan tangisan pada langit pekuburan. Aku ikut menitikkan air mata, membayangkan begitu berat kehidupan yang harus dia jalani. Sebagai Anna dia sedang kehilangan suaminya. Kalaupun dia hidup sebagai Rhein, dia adalah kekasih paling malang yang ditinggal pergi begitu saja oleh kekasihnya.

Aku berniat menembus hujan untuk memeluk tubuh yang sangat aku rindukan itu. Tapi aku mengurungkannya. Sebagai Anna dia mungkin tidak akan mengenaliku, dia juga seperti tidak butuh siapapun saat ini kecuali kebersamaan dengan makam suaminya.

Ah, Leo bisa menjadi alasan yang tepat untuk membuat aku bertemu sejenak dengan Anna.

Tapi sebelum aku melangkah, sekali lagi dari balik tirai hujan aku melihat sosok lain berlari di antara nisan. Seorang pria. Tatapannya jelas mengarah ke sosok Anna. Tapi itu bukan tatapan bersahabat. Aku pun tak bergeming ketika pria itu akan melewatiku.

“Nugie?”

Aku terkejut bukan kepalang. Permainan apalagi yang disodorkan semesta padaku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun