Mohon tunggu...
PHANJI MAULANA ZAELULMUTAQIN
PHANJI MAULANA ZAELULMUTAQIN Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Akutansi - NIM 55523110039 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional - Dosen : Prof. Dr, Apollo, M.si,Ak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kuis 15 - Pajak Internarional - CPMK 14 Penyelesaian Sengketa Transfer Princing

23 Desember 2024   10:08 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:08 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskursus Proff Apollo Daito

Pemasungan Kebebasan Berpikir: Dalam pandangannya, birokrasi yang dikuasai oleh kekuasaan dapat membatasi kebebasan berpikir. Arendt menekankan bahwa kebebasan berpikir adalah hak asasi yang fundamental, dan ketika individu tidak dapat berpikir secara independen atau mempertanyakan otoritas, mereka kehilangan kapasitas untuk mengevaluasi tindakan mereka secara moral24. Ini menciptakan kondisi di mana kejahatan dapat terjadi tanpa refleksi kritis.

Kekuasaan Totalitarian dan Kontrol: Arendt menggambarkan totalitarianisme sebagai sistem di mana kekuasaan menembus setiap aspek kehidupan individu, baik di ruang publik maupun privat. Dalam konteks ini, kebebasan setiap warga negara direduksi, dan semua aspek kehidupan diatur oleh pemerintah tanpa ruang untuk perdebatan atau oposisi34. Ini menunjukkan bagaimana birokrasi dapat menjadi alat penindasan yang efektif.

Kekurangan Ruang untuk Partisipasi: Arendt berargumen bahwa tanpa partisipasi aktif dalam politik, individu akan kehilangan kebebasan mereka. Ruang publik harus dipelihara agar individu dapat berinteraksi dan berdebat tentang isu-isu penting. Ketika birokrasi mengontrol ruang ini, suara individu menjadi tidak terdengar.

Secara keseluruhan, Arendt memperingatkan bahwa birokrasi yang tidak terkendali dalam konteks kekuasaan dapat mengancam kebebasan individu dengan menciptakan struktur yang menekan pemikiran kritis dan partisipasi aktif dalam masyarakat.

Apa Saja Hannah Arendt Memberikan Analisis Totitarianisme 

Hannah Arendt memberikan analisis mendalam tentang hubungan antara totalitarianisme dan kehilangan kebebasan individu. Dalam karyanya, terutama "The Origins of Totalitarianism," Arendt menggambarkan totalitarianisme sebagai sistem pemerintahan yang tidak hanya menindas secara fisik tetapi juga menghilangkan esensi manusia itu sendiri, termasuk kebebasan berpikir dan bertindak.

Totalitarianisme dan Kehilangan Kebebasan

Pengendalian Total: Arendt menegaskan bahwa totalitarianisme berusaha mengendalikan semua aspek kehidupan individu, baik di ruang publik maupun privat. Dalam sistem ini, individu kehilangan otonomi dan kebebasan mereka, karena semua tindakan dan pemikiran mereka diatur oleh negara.

Penindasan Kebebasan Berpikir: Salah satu karakteristik utama dari rezim totaliter adalah penindasan terhadap kebebasan berpikir. Arendt mencatat bahwa individu dalam sistem ini tidak hanya ditekan secara fisik, tetapi juga kehilangan kemampuan untuk berpikir secara independen dan mempertanyakan otoritas12. Hal ini menciptakan kondisi di mana kejahatan dapat dilakukan tanpa refleksi moral, yang ia sebut sebagai banalitas kejahatan.

Alienasi dan Isolasi: Dalam konteks totalitarianisme, individu sering kali merasa terasing dan terisolasi. Arendt menunjukkan bahwa kesepian ini digunakan oleh rezim totaliter untuk mengontrol populasi, mengurangi kemungkinan perlawanan atau kritik terhadap kekuasaan4. Ketika individu merasa sendirian dan tidak memiliki jaringan sosial yang mendukung, mereka lebih mudah untuk dipengaruhi oleh ideologi yang mendominasi.

Kehilangan Ruang Publik: Arendt menekankan pentingnya ruang publik sebagai arena untuk partisipasi politik. Dalam sistem totaliter, ruang publik sering kali dimanipulasi atau dihilangkan, sehingga individu tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi secara bebas atau menyuarakan pendapat mereka35. Ini mengarah pada pengurangan pluralitas dan keberagaman dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun