Mbah yang berpenampilan seperti seorang tokoh agama itu mengangguk penuh wibawa.
"Sehari setelah berpura-pura menjadi tim sukses, anak saya akan berobat ke Pak dokter dan berpura-pura tertular oleh si Udin... Saya juga akan menjelaskan kepada orang-orang yang menjenguk anak saya, kalo anak saya ini tertular oleh si Udin. Dan ini bukan alergi biasa, melainkan penyakit gatal yang disebabkan oleh virus yang hanya ada di air sumur, namanya virus lorina, sesuai nama desa kita... Nanti ke pasien-pasien berikutnya, Pak dokter juga beri penjelasan yang sama... Bilang juga kalo masa inkubasinya selama 30 hari. Semakin lama masa inkubasinya, semakin lama juga warga di desa ini merasa cemas dan berusaha terhindar dari penyakit ini", Ki Gapes menjelaskan.
Pak dokter mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum puas.
"Setelah anak saya pura-pura tertular oleh si Udin, Mbah sebarkan cerita kalo ratusan tahun yang lalu di desa ini juga pernah terjadi wabah penyakit gatal seperti ini. Bahkan hingga menewaskan seluruh warga desa ini, karena saat itu belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini", Ki Gapes berkata pada Mbah.
Mbah mengangguk penuh wibawa. Namun Pak sekdes terlihat memiliki keraguan di raut wajahnya dan mengungkapkan keraguannya pada Ki Gapes.
"Tapi Ki, orang jaman sekarang kan udah pada pintar. Kalo nanti mereka cari informasi di internet tentang virus lorina ini gimana?" tanya Pak sekdes.
Ki Gapes menjawab dengan penuh keyakinan, "kalo itu tugas anak saya. Biar anak saya yang ngarang tulisan tentang virus lorina di internet. Sebanyak mungkin di alamat blog yang berbeda-beda... Jaman sekarang orang-orang bisa pintar mencari informasi yang cepat, tapi mereka tidak terlalu pintar untuk bisa menentukan mana informasi yang benar dan mana informasi yang penuh kebohongan".
Semua yang ada disana mengiyakan ucapan Ki Gapes dengan ekspresi wajah penuh keyakinan.
"Setelah penyakit ini menjadi perbincangan yang hangat di tengah warga. Tugas Pak sekdes untuk menghimbau warga desa ini agar beralih dari penggunaan air sumur ke air PAM yang bersumber dari mata air di lereng gunung lorina. Itu biar memudahkan saya, dengan sekali kucuran cairan ini saja, bisa langsung menjangkau seluruh warga desa... Selain itu, bayangkan juga jika semua warga desa ini menggunakan air PAM! Pastinya Pak sekdes sebagai pengelola PAM desa akan mendapat pemasukan yang besar. Cukuplah buat membangun desa ini, atau setidaknya buat membangun rumah Pak sekdes yang ada di desa ini", celoteh Ki Gapes.
Semuanya tertawa mendengar celotehan Ki Gapes barusan.
"Tapi tugas Pak sekdes bukan hanya itu. Pak sekdes juga harus mengarahkan seluruh jajaran di bawah Pak sekdes untuk menjaga setiap perbatasan yang menjadi akses masuk ke desa kita. Menyeleksi setiap bantuan yang diberikan kepada desa kita agar setiap bantuan yang masuk itu sesuai dengan kebutuhan dari rencana kita", Ki Gapes menjelaskan.