Istrinya yang sedang duduk di samping seorang pemuda yang merupakan anak semata wayang mereka menimpali keluhan suaminya, "udah beberapa hari ini jualan bakso kita gak habis, Yah".
"Ini tuh pasti gara-gara tukang seblak, batagor, siomay, sama tukang jajanan lainnya", ucap Ki Gapes kesal sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Iya bener, Yah. Kemarin aja Asep liat ada anak-anak yang tadinya mau beli bakso malah gak jadi pas liat ada tukang batagor yang lagi dorong gerobak", ucap Asep anak semata wayang mereka memanas-manasi Ayahnya.
Ki Gapes terlihat semakin marah dan berkata, "tukang batagor sama tukang siomay tuh emang pedagang curang, pembeli disamper-samperin".
"Ayah ikutin mereka aja atuh, dagang bakso pake gerobak!" ucap istrinya memberi solusi.
Ki Gapes dengan ekspresinya yang sombong menimpali, " idih, males. Masa juragan bakso jualannya ngedorong gerobak".
"Asep aja atuh, Yah", saran istrinya lagi.
Ki Gapes semakin bersikap sombong, "aduh Bunda. Anak kita yang baru jadi sarjana di Fakultas Farmasi universitas negeri masa mau disuruh ngedorong gerobak bakso".
"Ya terus mau gimana lagi atuh, Yah? Masa dagangan kita gak habis terus", timpal istrinya dengan ekspresi gelisah.
Ki Gapes tidak langsung menjawab, dan hanya duduk di bangku lain yang berhadapan dengan istrinya. Beberapa saat Ki Gapes memikirkan sesuatu sambil menjentikkan jari-jari tangannya ke meja. Ketika pandangannya tertuju pada anak semata wayangnya, Ki Gapes menemukan ide atas permasalahan yang dihadapinya.
"Kamu lulusan fakultas farmasi, harusnya kamu tau gimana caranya orang yang punya alergi gatal bisa kambuh?" tanya Ki Gapes dengan sorot mata yang tajam.