"Tentu."
Faiz tersenyum bangga.
"Mmm... sebenarnya, aku ingin bilang sesuatu sama kamu, Key" nadanya berubah serius.
"Apa itu?" tanyaku penasaran.
Faiz tidak langsung menjawab. Ia menyeruput cappucinonya. Sejenak mengambil jeda. Seolah menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya. "Aku ingin menjalin hubungan lagi dengan kamu," ucapnya beberapa detik kemudian.
"Apa aku tidak salah dengar, Iz?" aku sedikit kaget dengan apa yang baru saja diucapkannya.
"Tidak, Key. Aku serius," Faiz menegaskan.
Sunyi. Tidak ada suara. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri.
"Aku tahu, mungkin ini terlalu cepat. Kamu juga pasti sulit menerimanya. Aku sadar kalau keputusanku waktu itu sangat menyakiti hatimu. Tapi sungguh, Key. Selama tiga tahun ini aku tidak berusaha mencari wanita lain. Aku terus memikirkanmu. Terus merindukanmu. Dan sekarang, saat aku dipindahtugaskan di Jogja, aku ingin kita bisa kembali lagi seperti dulu," jelas Faiz.
"Kenapa harus begitu?"
"Karena aku mencintaimu, Key. Perasaanku saat ini masih sama dengan tiga tahun lalu. Sungguh."