Mohon tunggu...
Septi Rusdiyana
Septi Rusdiyana Mohon Tunggu... -

.......tak ada rasa yang abadi......ketika mulai lelah dengan segala perubahan, bukalah album dan cerita lawasmu.......ia akan menghiburmu.......

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Tak Termiliki

22 Agustus 2017   15:39 Diperbarui: 22 Agustus 2017   16:44 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi agaknya matahari enggan berlama-lama menebarkan hangatnya. Aku mulai merasa sentuhan cahayanya tidak lagi membuat kulitku nyaman. Aku terbangun. Mataku terpicing saat berhadapan langsung dengan tatapan matahari. Aku mencoba mengangkat tubuhku. Duduk.

Aku tidak melihat Dans di ranjang. Aku mencari-cari ponselku. Ketemu. Tepat di bawah bantal yang aku tiduri. Ada satu pesan diterima. Dari Dans.

 Sayang, aq ada pertemuan dengan klien. Aq sengaja tdk membangunkanmu karena aq lihat tidurmu lelap sekali. Aq tdk ingin mengganggu. Hati2 di rmh ya? Aq plg sore. I love u, honey...

Aku tidak membalas pesannya. Sudah jam sepuluh pagi. Dans pasti sedang sibuk. Aku meletakkan kembali ponselku di atas tempat tidur. Lalu  beranjak menuju kamar mandi.

***

"Selamat siang?" sapa seorang wanita begitu aku membukakan pintu.

"Siang," balasku sedikit ragu.

Wanita itu tersenyum ramah. Terlihat lesung pipit tersembul dari pipi kanannya. "Boleh saya mengganggu waktu anda sebentar?" lanjutnya.

"Oh, tentu. Kebetulan saya tidak sedang sibuk. Silakan masuk," aku membuka pintu semakin lebar. Wanita itu melangkah masuk. Aku tafsir usianya sekitar tiga puluh sampai tiga puluh tiga tahun. Penampilannya memang sudah tidak seperti remaja lagi. Tapi, ia terlihat sangat anggun dalam balutan gaun hijau tua setinggi lutut bermotif bunga-bunga kecil. Sepatu putih berhak tinggi yang ia kenakan juga memperlihatkan kakinya yang jenjang. Sepertinya wanita itu pandai merawat diri.

"Silakan duduk," aku mempersilakan.

"Terima kasih," balasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun