Mohon tunggu...
Humaniora

Neraka Sisi Lain Fenomena Kehidupan yang Menanti Manusia Setelah Kematiannya

14 Desember 2016   02:14 Diperbarui: 21 Juni 2017   20:12 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengetahuan Pembuka

Di dalam menjalani siklus kehidupannya, maka seorang manusia akan sampai kepada suatu masa diakhir perjalanan hidupnya. Ketika seorang manusia telah sampai kepada akhir perjalanan hidupnya, maka akan datang kematian menghampirinya.

Seorang manusia yang sebelumnya berada di dunia sewaktu hidup, maka setelah kematian datang menghampiri hanya akan memiliki dua pilihan saja yang menjadi sebuah tempat yang kekal yang harus dijalaninya setelah kematian itu. Sebuah pilihan yang dipilihkan oleh Yang Maha Kuasa sesuai dengan apa yang telah dilakukannya sewaktu di dunia. Salah satu dari pilihan bentuk kehidupan yang harus dijalaninya adalah memasuki alam kegelapan atau yang umum disebut oleh seluruh manusia sebagai neraka.

Di dalam alam kegelapan ini, seorang manusia harus menjalani suatu kondisi atau bentuk kehidupan tanpa batas waktu yang jelas dan terus menerus harus menjalani segala kondisi yang ada di tempat itu hingga tangan-tangan yang berupa mukjizat dari Yang Maha Kuasa, akan mampu mengangkatnya dari alam kegelapan atau neraka itu kepada suatu tempat yang lebih baik.

Apakah alam kegelapan atau neraka itu benar nyata adanya? Bagaimanakah kondisi dan bentuk kehidupan manusia selama berada di dalam neraka itu? Apakah pengetahuan manusia tentang neraka selama ini adalah benar atau merupakan sesuatu yang berbeda jauh dengan kenyataan sesungguhnya dari keberadaan neraka itu?

 

BAB I

PENGETAHUAN TENTANG MANUSIA DAN PERBUATANNYA DI DUNIA

Dunia adalah merupakan salah satu tempat, dimana bentuk kehidupan berlangsung, dari sekian keberadaan bentuk kehidupan yang lainnya.

Bentuk-bentuk kehidupan yang ada, meliputi keberadaan makhluk-makhluk hidup didalamnya. Dan manusia merupakan salah satu makhluk hidup dari sekian banyak makhluk hidup yang telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa.

Pengetahuan yang didapat saat ini, membagi dua bentuk kehidupan secara garis besar, yaitu kehidupan yang nyata secara fisik serta kehidupan yang tidak dapat terlihat secara fisik atau yang umum disebut sebagai kehidupan dunia lain (gaib).

Di dalam kehidupan secara fisik, maka terdapat makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang didalamnya, yang meliputi manusia, hewan dan tumbuhan, dan masing-masing memiliki karakter dan kekhasan tersendiri.

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang ada, memiliki perbedaan dan kelebihan dari hewan dan tumbuhan, dikarenakan memiliki komponen-komponen penyusun di dalam dirinya yang berbeda dengan kedua makhluk hidup lainnya. Komponen-komponen yang menyusun tubuh manusia secara lahir dan batin adalah lebih lengkap dibandingkan dengan komponen-komponen yang menyusun di dalam tubuh hewan dan tumbuhan.

Pengetahuan secara lengkap dan mendalam mengenai manusia beserta komponen yang dimilikinya, akan didapatkan pada pengetahuan yang khusus untuk itu, yang berkaitan dengan fungsi dari keberadaan komponen-komponen itu.

Perbedaan paling umum yang diketahui antara manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah dengan adanya sebuah akal pikir, yang membuat seorang manusia lebih mampu mengarahkan dan menggunakan segala daya dan kemampuannya untuk tujuan tertentu.

Walaupun bukan hanya akal pikir saja yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya, tetapi dengan adanya satu perbedaan itu saja, seharusnya sudah menjadi sebuah barometer bagi manusia untuk dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi diri, keluarga, kerabat, maupun orang terdekat sekitarnya.

Dengan adanya akal pikir itu pulalah seorang manusia seharusnya dapat melakukan sesuatu yang jauh lebih baik dari apa yang bisa dilakukan oleh makhluk hidup lainnya dan bukan saja merupakan kehidupan yang lebih baik secara lahir, tetapi jauh lebih bermakna adalah berusaha untuk meraih kehidupan yang lebih baik dalam kehidupan batinnya.

Kehidupan fisik memang penting, karena sebagai sebuah realitas kehidupan selama berada di dunia, maka seorang manusia, apapun posisi atau peran yang dijalaninya baik sebagai seorang bapak, ibu, anak atau yang lainnya, mempunyai suatu kewajiban terhadap yang lainnya dalam hal keduniawian.

Kewajiban maupun kebutuhan untuk memenuhi kehidupan secara lahir adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan yang harus pula dilakukan oleh manusia secara maksimal.

Semua kebutuhan yang bersifat lahir, yang diperlukan oleh manusia, pada akhirnya akan dipengaruhi oleh satu hal, yaitu materi. Dengan adanya materi ini, maka manusia bisa memperoleh segala sesuatu yang menjadi kebutuhan hidupnya. Dengan materi pula, seorang manusia bukan saja dapat memenuhi kehidupan pribadinya, tetapi dapat pula membantu keluarga ataupun orang disekitarnya. Dengan adanya materi pula, maka umumnya seorang manusia akan dihargai oleh manusia lainnya.

 

Semua hal itu merupakan suatu kondisi riil yang terdapat di dalam setiap kehidupan manusia. Semua pernyataan itu adalah benar adanya, tetapi bukan merupakan suatu kebenaran untuk tujuan yang tertinggi. Karena dengan upaya untuk memperoleh materi itu, sering kali manusia dikendalikan oleh segala hal dan aktivitas untuk memburu materi itu, sehingga melupakan sisi lain kehidupannya yang juga memerlukan sentuhan dan perhatian khusus.

Kenyataan yang berlaku saat ini adalah manusia dikendalikan dan bahkan diperbudak oleh materi. Dengan berbagai dalih dan alasan tanpa disadari mereka telah menomersatukan apa yang disebut materi itu, walaupun untuk memperolehnya mereka lakukan dengan berbagai cara bahkan dengan menutupinya dan dikemas dalam suatu bentuk yang seolah-olah tidak mengharapkan materi, tetapi pada kenyataannya merupakan sasaran tembak untuk memperoleh materi dalam jumlah besar.

Manusia-manusia yang berdalih dan memainkan peran semu sebagai sosok sempurna, padahal sesungguhnya hanya mengharapkan materi semata. Kenyataannya adalah peran kepalsuan itu justru sering kali dilakoni oleh seorang manusia dengan pengetahuan dan intelektual yang cukup, bahkan lebih, sehingga mampu menutupi dan membodohi orang lainnya.

Materi dan materi, itulah yang selalu berputar dan mengisi setiap ruang dan sendi di dalam kehidupan manusia.

Hampir sebagian manusia sibuk menyirami dan memberi pupuk kepada kehidupan duniawinya. Sebagian besar manusia telah melupakan adanya sisi lain dalam kehidupannya, yang memerlukan perhatian khusus dan juga kesadaran dari dalam dirinya untuk memperoleh pengetahuan mengenai kehidupan batin.

Apa yang diperoleh dalam kehidupan lahir adalah penting tetapi apa yang seharusnya dicapai dalam kehidupan batin adalah jauh lebih penting, karena akan menyangkut satu kehidupan bagi manusia yang harus dijalaninya dalam waktu yang jauh lebih lama dari keberadaanya di dunia, bahkan bisa jadi untuk selamanya.

Bagaimana seorang manusia memaknai kehidupan batinnya, akan sangat menentukan bagi diri manusia itu sendiri apakah kelak dirinya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik setelah kematiannya, ataukah justru harus menjalani hari-harinya dengan kehidupan yang jauh berisi penderitaan dan kesengsaraan yang tiada akhir.

Sebenarnya, banyak pula manusia yang mulai menyadari dan merasakan kebutuhan dari dalam dirinya tentang suatu kebenaran atau pengetahuan yang mengisi kedahagaan dalam batinnya. Tetapi sebagian dari mereka tidak tahu harus kemana dan bagaimana, sementara sebagian lainnya terperangkap masuk ke dalam suatu bentuk penawaran yang menjanjikan kehidupan batin yang terbaik, tetapi sebenarnya berisi kepalsuan dan kekosongan semata, bahkan mungkin menjadi perangkap yang menyeret mereka kepada kehidupan yang jauh lebih buruk setelah kematiannya.

Lagi-lagi disela kedahagaan manusia akan kehidupan batin, muncullah sosok-sosok manusia bak pahlawan ditengah hari, yang mengulurkan tangan dan menjanjikan berjuta kebaikan bagi kehidupan batin mereka. Tidak sedikit yang terpesona dan bahkan mengagumi sosok-sosok yang bermunculan itu dan mengikuti segala saran dan menu yang mereka sajikan.

Karena begitu lapar dan dahaganya para manusia itu akan kebutuhan batinnya, menyebabkan mereka menjadi tidak bisa memilah, manakah yang merupakan pengetahuan yang benar dan mana pula yang merupakan sebuah hidangan yang hanya dapat mengisi rasa lapar dan dahaga mereka sesaat dan kemudian hilang kembali tanpa meninggalkan suatu manfaat apapun.

Banyak manusia yang mengikuti saran dan janji yang diberikan sosok-sosok itu, tetapi sebenarnya hanya menawarkan sebuah keindahan semu seperti memberikan gula-gula kepada seorang anak, manis untuk sesaat, tetapi tidak berguna dan bahkan bisa membuat sakit perut.

Sosok-sosok bagai pahlawan itu memberikan kata-kata manis dan kesempurnaan semu, yang memang menyenangkan telinga dan mata untuk saat itu, tetapi ketika selesai, tidak ada satu hal pun yang dapat diambil atau dijadikan satu pegangan saja oleh semua manusia itu.

Mereka merasa senang dengan apa yang dilihat, didengar, tetapi apabila ditanyakan kepada mereka, apakah yang telah kamu dapatkan dari segala bentuk penyajian yang katanya berisi pengetahuan batin dari sosok-sosok yang berlaga sempurna itu?

Apakah manusia itu dapat menjawab dengan satu kepastian tentang suatu manfaat yang benar-benar diperolehnya pada saat mengikuti pertemuan dengan sosok-sosok pahlawan itu. Sudah dapat dipastikan, mereka akan hanya terdiam, karena memang mereka tidak tahu harus menjawab apa. Dan bahkan, sebagian dari mereka sama sekali tidak mengetahui tujuan kehadiran mereka dalam menghadiri pertemuan itu.

Mereka mengikuti pertemuan itu karena sepertinya sesuatu yang menyenangkan, menjadi rutinitas, atau kebahagiaan semu dimata orang lain, ataupun untuk memperoleh suatu status tertentu yang tidak jelas keberadaannya.

Kalaupun ada sebagian dari mereka yang masih berdalih dan menutupi bahwa telah mendapatkan siraman batin, tetapi bila kembali ditanyakan kepada mereka bagaimanakah cara yang dapat diterapkan dalam menghadapi kondisi di dalam kehidupannya, maka mereka akan menjawab dengan sebuah jawaban klise, dengan menjalankan ajaran semestinya dari masing-masing kepercayaan dengan sebaik-baiknya.

Bila kembali ditanyakan kepada mereka, ajaran apa yang disampaikan, bagaimana penerapannya secara pasti, dan hasil apakah yang akan didapat bila melakukan semua itu dengan sebaik-baiknya dan adakah satu barometer sebagai pengukur, apakah segala yang telah dilakukannya itu telah baik atau masih terdapat kekurangan.

Pada saat itu, jelaslah bahwa apa yang telah didapatkan oleh manusia-manusia itu, melalui sosok bagai pahlawan, ternyata tidak berisi sesuatu yang bermakna atau mengandung suatu kepastian tentang kehidupan batin mereka.

Jangankan terhadap manusia-manusia yang mengikuti pertemuan itu, terhadap sosok-sosok bagai pahlawan itu, bila ditanyakan hal yang sama, belum tentu pula mereka dapat menjawabnya.

Apalagi bila diberikan sebuah pertanyaan yang merupakan inti dari segala tujuan hidup manusia di dunia, yaitu apakah semua aktivitas, ajaran, kebaikan, apapun namanya yang didapatnya itu, akan memberikan sebuah kepastian bahwa kelak ketika dirinya menghadapi kematian, maka akan memperoleh sebuah tempat terbaik, yaitu surga ataupun alam cahaya yang tertinggi?

Apakah ada satu kepastian bahwa dirinya akan masuk ke dalam surga, atau minimal saja, apakah mereka mengetahui apa yang harus dilakukan ketika kematian itu akan datang menghampiri?

Itu adalah pertanyaan utama yang harus dilontarkan, karena pada hakikatnya apapun kebaikan yang ditebarkan atau dilakukan oleh manusia, sesungguhnya merupakan sebuah bentuk aktivitas yang diupayakan untuk mengarah kepada suatu keberhasilan, mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Tetapi, bentuk kebahagiaan di akhirat itu tetaplah menjadi sesuatu yang semu, karena mereka sama sekali tidak mengetahui bagaimana bentuk kehidupan yang akan kelak mereka jalani setelah kematian datang menyapanya.

Itulah kenyataan yang terhampar pasti dan melanda hampir seluruh manusia di dunia. Siapakah yang dipersalahkan bila saat ini para manusia tidak mengetahui dan menyadari akan pentingnya pencapaian dalam kehidupan batin untuk meraih kebahagiaan di akhirat.

Apakah kesalahan dari manusia yang tidak ingin mencari pengetahuan itu dengan kesungguhan hati? Apakah salah manusia yang merasa puas dengan apa yang didapatnya dan tidak berusaha untuk selalu mencari pengetahuan yang benar? Apakah salah manusia itu pula yang tidak memilah orang yang tepat untuk dapat membimbingnya dan memberikan pengetahuan yang benar tentang kebahagiaan batin bagi kehidupan di akhirat? Ataukah salah dari manusia yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran semu tanpa suatu kebenaran yang pasti bagi manusia lainnya?

Tidak akan ada habisnya dan tidak akan memberi manfaat apabila menghabiskan waktu untuk mencari pembenaran atau mencari kesalahan dari siapa yang bertanggung jawab dalam hal itu.

Masalah kebahagiaan batin dan kehidupan di akhirat adalah mutlak merupakan sebuah hubungan pribadi antara seorang manusia dengan Tuhannya. Artinya usaha untuk mencapai kehidupan akhirat itu adalah merupakan tanggung jawab pribadi yang harus terus diemban, dicari dan dilakukannya dengan semaksimal mungkin untuk meraihnya.

Kalaupun seorang manusia mendapat bimbingan dari seorang manusia lainnya itupun tidak terlepas dari akal pikir yang digunakannya untuk selalu mencari pengetahuan tanpa batas waktu, tanpa mengenal lelah untuk selalu mencari dan mencari kehidupan akhirat itu.

Sebenarnya, selain menggunakan akal pikir yang mungkin pula terbatas adanya, manusia memiliki pembimbing sejati yang tidak akan pernah membohongi dirinya dan akan selalu menuntunnya kepada kebenaran, tetapi sayangnya, jangankan berkomunikasi dengan pembimbing itu, mengetahui keberadaanya saja, hampir sebagian manusia tidak mengetahui.

Seorang pembimbing yang akan membantu dirinya untuk dapat memilih sebuah petunjuk yang sebenar-benarnya, yaitu nurani atau percikan dari keberadaan Tuhan di dalam diri. Dengan nurani itulah seorang manusia akan dituntun dan dibimbing untuk dapat menemukan seorang manusia yang benar-benar dapat mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan hidup lahir dan batin, dunia dan akhirat dengan sejati. Yang akan membimbingnya mencapai kebahagiaan hidup yang sempurna, tanpa sedikitpun memikirkan sebuah nilai atau materi dari pengetahuan kebenaran yang di sampaikannya.

Ingatlah bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa itu adalah pasti, sehingga sebuah pengetahuan yang menghantarkanmu kepada kebahagiaan dunia akhirat itu harus pula memberikan suatu kepastian yang menghantarkanmu kepada tempat yang penuh cahaya dan kebahagiaan abadi setelah kematian.

Manusia-manusia hendaknya selalu meluangkan waktu untuk merenung dan jujur terhadap diri sendiri. Jujur dengan kejujuran yang sebenarnya, tentang apa yang telah dilakukannya selama ini dan apakah yang telah diraihnya dalam rangka mencapai kehidupan dunia khususnya akhirat.

Dengan jujur terhadap diri sendiri, maka seorang manusia akan dapat menyadari tentang kekeliruan yang telah dibuatnya dan akan memunculkan tekad dan semangat untuk memperoleh bimbingan dan pengetahuan yang sebenar-benarnya tentang kehidupan batin atau akhirat.

Dalam keheningan, bermohonlah kasih sayang dan petunjuk dari Yang Maha Kuasa, tanggalkanlah segala keegoanmu dan juga pengetahuan semu yang meracuni dirimu. Dengan kepasrahan yang sepasrah-pasrahnya, dirimu akan menemukan satu titik petunjuk tentang kebenaran yang sejati dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Dengan petunjuk itu, maka seorang manusia akan menyadari bahwa kehidupan dunia dan akhirat merupakan dua hal yang berbeda, walaupun tetap saling berhubungan. Artinya, segala sesuatu yang berupa kebaikan yang telah dilakukan oleh manusia di dunia, selama itu berupa sesuatu yang berupa secara fisik, hanya akan dirasakan oleh manusia itu balasannya berupa kebaikan pula selama didunia.

Berbuat baik dan kasih kepada sesama adalah hal penting, karena sebagai balasannya manusia itupun akan dicintai oleh orang lain. Namun mengenai kehidupan akhirat, merupakan satu hal yang memberikan satu syarat mutlak untuk dapat meraih kebahagiaan yang sejati.

Sebuah usaha dan tekad yang harus berasal dari dalam diri dengan kesadaran dan keyakinan penuh, yang dapat menghantarkan seorang manusia untuk dapat menemukan jalan menuju kebenaran dan meraih kebahagiaan di akhirat.

Itu adalah merupakan syarat mutlak dan tidak dapat digantikan dengan apapun. Karena tidak dapat diukur dengan nilai atau materi sejumlah berapapun.

Pengetahuan yang benar tentang kehidupan di akhirat, hanya akan diperoleh dari manusia yang memiliki pengetahuan itu dan mendapatkan izin dan petunjuk langsung dari Yang Maha Kuasa. Seorang manusia yang menyampaikan kebenaran dan menghantarkan kepada suatu kepastian, dengan segala ketulusan tanpa mengharapkan sebuah imbalan atau penghargaan dalam bentuk apapun yang berasal dari manusia. Karena dirinya tidak memerlukan semua itu, apapun yang di inginkannya telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa, karena dirinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Yang Maha Kuasa.

Seorang manusia haruslah selalu mencari dan mencari. Apabila menemukan suatu kebenaran yang masih mensyaratkan sejumlah nilai atau materi tertentu, maka dapat dipastikan dengan segera, itu bukanlah suatu kepastian atau kebenaran sejati.

Seorang manusia hendaknya tidak menghabiskan waktu dan hidupnya hanya untuk berpindah dari suatu perangkap ke perangkap lainnya. Karena bila hal itu dilakukan terus menerus tanpa kesadaran untuk mencari kebenaran yang sejati, apalah jadinya dengan kehidupannya setelah kematian.

Akan kemanakah dirinya berada setelah kematian itu, bagaimana jika kehidupan berikutnya itu berada di dalam alam kegelapan atau neraka.

Oleh karena itu hendaknya seorang manusia jangan menilai secara fisik atau membanggakan keegoisan demi status tertentu, karena sekali lagi, kebahagiaan atau penderitaan yang abadi, akan didapatkan setelah kematian dan hal itu tergantung sepenuhnya kepada diri manusia itu sendiri.

Ketika kematian itu datang dan ternyata adalah alam kegelapan yang penuh penderitaan yang harus dijalaninya, maka segala penyesalan sudahlah terlambat. Tidak ada satu manusia pun yang mampu membantunya keluar dari tempat yang penuh dengan penderitaan dan kesengsaraan tanpa batas akhir.

Kalaupun suatu anugerah dan mukjizat itu bisa datang kepada manusia itu, itu hanyalah merupakan sebuah izin dan kehendak dari Yang Maha Kuasa, baik secara langsung maupun melalui utusan-Nya yang mampu melakukan hal tersebut.

Betapapun banyak materi yang dimiliki, betapapun agung orang memandangnya, tetapi ingatlah, pada akhirnya nanti seorang manusia itu akan sendirian, bertanggung jawab atas kehidupan berikutnya dan merasakan sendiri bentuk kehidupan yang harus dijalaninya, kebahagiaan sejati atau penderitaan abadi.

 

BAB II

NERAKA SEBUAH ALAM KEGELAPAN DENGAN PENDERITAAN TIADA AKHIR

Setelah seorang manusia telah sampai pada suatu masa, dimana waktu kehidupan didunianya akan berakhir, pada saat itulah kematian datang menyapanya.

Ketika kematian mulai menghampiri, maka kematian itu pun akan datang dalam berbagai rupa. Ada manusia ketika kematian datang itu menghampiri, maka dirinya menghabiskan sisa waktunya dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Tiada merasakan sedikitpun kesukaran atau kesakitan. Kondisi itu umum disebut manusia sebagai sakaratul maut.

Begitu banyak manusia yang menghabiskan titik akhir kehidupannya dengan penuh kesakitan, kesulitan yang tiada tergambarkan. Bahkan banyak pula manusia yang bukan hanya merasakan penderitaan pada detik-detik kematiannya, tetapi jauh sebelum kematian itu datang, dirinya telah merasakan azab dan penderitaan, selama waktu yang cukup lama. Seolah-olah, telah merasakan suatu penderitaan lebih awal terhadap perbuatan yang dilakukannya di dunia.

Berbagai kondisi dan rupa yang dialami seorang manusia pada saat detik-detik berakhir kehidupannya, dapat pula dianggap sebagai sebuah penggambaran dari kehidupan yang akan dijalani selanjutnya, walaupun tidak seluruhnya mutlak seperti itu, tetapi bila seorang manusia yang menghabiskan nafasnya dengan penuh penderitaan dan kesakitan, tidak dapat diragukan lagi bahwa dirinya akan memperoleh sesuatu yang lebih menderita dari apa yang dialaminya. Kondisi seperti itu menggambarkan, seolah-olah jalan menuju alam kegelapan atau neraka telah diperlihatkan.

Seperti kehidupan di alam cahaya atau surga yang penuh kebahagiaan dan keindahan tiada tara, maka begitupun dengan kehidupan di alam kegelapan akan memberikan sesuatu sebaliknya, berupa penderitaan dan kesengsaraan yang tiadatara dan tiada batas akhir.

Bila diberikan sebuah pertanyaan kepada setiap manusia siapapun dirinya, apa yang menjadi harapan atau hendak berada dimanakah dirinya setelah kematian?

Tentunya, dapat dipastikan bahwa dirinya ingin masuk kedalam surga dan sama sekali merasa takut dan tidak ingin menjalani kehidupannya di neraka. Tetapi keinginan hanyalah sebatas keinginan, tanpa tekad dan keyakinan serta usaha untuk menggapainya secara benar. Sehingga ketika kematian datang, maka yang didapatnya adalah sebuah kondisi yang sama sekali tidak diharapkannya, namun tidak ada suatu suara pun yang dapat membantah dan tidak ada suatu tangan pun yang tergerak untuk meraihnya agar bisa keluar dari tempat itu.

Tinggalah manusia itu sendiri meratapi nasib yang harus diterimanya, dikarenakan keegoisan dan kelalaian dari dirinya sendiri. Mau tidak mau, ingin atau tidak ingin, maka diri manusia itu harus mulai menapaki dan menjalani kehidupannya dengan berbagai penderitaan yang sudah menanti.

Alam kegelapan atau neraka adalah sebuah kebenaran yang pasti adanya. Tempat itu selalu menanti dengan setia kehadiran manusia-manusia yang tidak menghidupkan nurani didalam dirinya untuk membimbingnya dalam mencapai kebahagiaan di akhirat. Selalu menanti manusia-manusia yang diliputi keegoisannya, kebanggaan semu, dan keangkuhan dengan apa yang dimilikinya, padahal sebenarnya pengetahuan yang tidak bermakna apapun.

Bahkan, neraka pun terkadang menanti kehadiran manusia-manusia yang terlihat baik dalam kehidupannya di dunia, tetapi sayangnya belum memperoleh pengetahuan dan bimbingan bagaimana mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.

Manusia dalam kategori terakhir ini, bisa jadi akan berada di salah satu tingkat neraka yang tetap memiliki penderitaan tersendiri, tetapi tidak seberat pada tingkat-tingkat neraka lainnya. Dan neraka pun selalu setia menanti kehadiran manusia-manusia yang membutakan mata dan hati mereka ketika melihat kebenaran itu hadir didepan mereka.

Apakah diri manusia ingin termasuk dalam kategori-kategori tersebut atau tidak, semua akan berpulang kepada diri manusia itu sendiri. Hendak menyelamatkan diri ataukah menenggelamkan diri, khususnya kepada para manusia yang sebenarnya telah mengetahui setitik kebenaran menghampiri, tetapi malah berpaling dan menutup mata, telinga, dan diri mereka dari kebenaran itu. Dan, sekali lagi neraka tidak akan pernah bosan untuk selalu menanti kehadiran manusia-manusia lainnya.

Pengetahuan awal tentang neraka cukup sampai disini, pada hari berikutnya, sambil menunggu dari Yang Maha Kuasa, aku akan menyampaikan, jenis-jenis tempat di dalam neraka, kondisi, dan bentuk kehidupan yang harus dijalani. Serta mungkin pula hal lainnya yang akan diberikan untukmu.

 

Untuk sementara waktu, pengetahuan lanjutan nanti hanya untuk dirimu sendiri. lain waktu dan kondisi bisa saja itu bisa menjadi pengetahuan untuk orang lain.

(Sabtu, 17 September 2005. Dari jam 18.00 hingga 20.00. Membaca lembaran-lembaran bercahaya dari alam ketuhanan).

 

 

BAB III

BENTUK KEHIDUPAN DAN KONDISI MANUSIA DI DALAM NERAKA

Setiap manusia, siapapun dirinya tidak akan pernah berharap atau memimpikan pada akhirnya nanti akan menghabiskan keabadian hidupnya di dalam neraka.

Walaupun manusia tidak mengetahui secara pasti bagaimana keberadaan di dalam neraka itu, tetapi secara garis besar, manusia menggambarkan bahwa neraka adalah tempat yang penuh dengan siksaan dan penderitaan.

Penggambaran itu dapat dikatakan benar, walaupun bagaimana kondisi nyata tentang bentuk penderitaan yang harus dijalani manusia itu, hingga saat ini menjadi pembahasan yang belum menemukan ujung dan menjadi perdebatan yang tiada akhir.

Apabila pengetahuan tentang kehidupan neraka ini dapat diketahui oleh seluruh manusia, maka akan menjadi sesuatu hal yang dapat mengemparkan secara batin setiap manusia.

Secara batin, dapat dipastikan bahwa siapapun manusia yang mengetahui tentang kehidupan yang harus dijalani di dalam neraka, maka mereka akan dilanda rasa ketakutan yang tiadatara dan kebingungan bagaimana untuk menghindari hal itu. Kemana harus mencari pengetahuan itu dan upaya apa untuk menyelamatkan diri mereka.

Secara batin merekapun akan menyadari, bahwa apa yang telah mereka lakukan dan raih selama ini, hanyalah masih merupakan bayang-bayang semu yang tanpa kepastian, bahkan mereka pun menyadari dan menjerit, betapa sangat merindukannya pengetahuan yang dapat menarik mereka menjauhi dari tempat yang sangat mereka takuti itu.

Perwujudan di dalam batin manusia dapat dipastikan sama, tetapi sayangnya, ketika rasa itu telah dipengaruhi oleh fisik manusia itu, maka akan timbulah beraneka ragam respon dan pendapat secara fisik oleh manusia itu.

Sebagian besar dari manusia, dimana batinnya telah tertutupi oleh monopoli fisik, justru akan berdebat dalam diri sendiri dan menyangkal tentang kebenaran yang didapatnya, merasa bahwa itu sesuatu hal yang dibesarkan dan merasa pula bahwa diri selama ini telah melakukan sesuatu yang benar.

Sebagaian dari manusia pula akan diam terpaku, mereka tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Mereka tidak membenarkan atau menyalahkan, karena keterbatasan daya tangkap mereka atau mereka benar-benar tidak memahami tentang kondisi yang mereka alami.

Manusia-manusia yang telah lama mencari pengetahuan ketuhanan yang benar, tentu akan merasakan getaran yang semakin mendorong mereka untuk berusaha menemukan jawaban dan bertemu dengan seseorang yang benar-benar mampu membimbing dan menyelamatkan mereka dari penderitaan tiada tara serta tiada akhir di dalam neraka.

Manusia yang membuka diri secara batin dan jujur terhadap diri sendirilah yang akan mampu menangkap sinyal-sinyal kebenaran, dan dengan merendah diri dapat menemukan kebenaran dan menjadi manusia-manusia yang terselamatkan dari neraka itu.

Akan dapat terlihat, manakah golongan manusia yang beruntung termasuk kedalam kaum yang menerima kebenaran, menghilangkan keegoisan duniawi, serta monopoli fisik yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan apapun.

Pada sisi sebaliknya, terdapat manusia-manusia yang celaka, yang hanya menuruti keegoisan fisik dan nafsu keangkuhan yang menampilkan dirinya sebagai sosok yang benar, yang akan menjadikannya membutakan mata, hati, dan telinga mereka dari kebenaran yang sesungguhnya.

Tuhan Yang Maha Kuasa selalu berkasih sayang dan adil kepada seluruh manusia, dimana kesempatan untuk dapat menyelamatkan diri maupun keluarga dan orang-orang disekitarnya selalu terbuka, hingga pada akhirnya nanti sampai kematian datang kepadanya. Selama itu pulalah sebenarnya pintu kesempatan masih terbuka.

Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan kebenaran dari berbagai arah dan berbagai sudut pandang manusia untuk dapat meraihnya, tetapi apabila pada akhirnya terdapat manusia-manusia yang termasuk ke dalam golongan kaum yang celaka, maka siapakah yang dipersalahkan?

Kesempatan untuk dapat meraih kebenaran dan menyelamatkan diri masih selalu terbuka luas dan jalan menuju ke arah sanapun selalu terbentang. Karena vonis tidak akan dijatuhkan selama Percikan Kehidupan Yang Maha Sempurna masih berada di dalam diri manusia.

Ketika kematian datang dan menghampiri, dan percikan kebenaran Yang Maha Sempurna di dalam diri manusia itu telah kembali dan menjauh dari raga manusia itu, maka pada saat itulah segala sesuatunya menjadi tiada guna dan sudah telambat. Pada saat itulah pertanggungjawaban akan apa yang didapatnya sebagai balasan bagi dirinya akan langsung dijalaninya, karena telah menantinya didepan mata.

Pada saat jiwa manusia berpisah dari raganya, maka pada saat itulah terbentang suatu jalan yang akan mengarahkannya kepada suatu tempat. Tempat kebaikan atau tempat yang penuh dengan kenistaan.

Neraka dikatakan sebagai tempat yang penuh kenistaan, karena memang tidak ada satu kebaikan atau kebahagiaan pun yang ada didalamnya. Kenistaan sebagai balasan setimpal bagi setiap manusia didalamnya.

Selama ini manusia menggambarkan neraka sebagai sebuah tempat dimana manusia berkumpul didalamnya menjalani hari-hari dengan penuh siksaan berbagai rupa seperti yang diketahui oleh manusia selama ini.

Penggambaran menurut pendapat manusia tentang adanya siksaan itu dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mendekati kenyataannya, walaupun mengetahui tempat keberadaan neraka itu tidaklah benar adanya hanya berada disatu tempat dimana manusia berkumpul bersama-sama.

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa seperti halnya surga yang memiliki tingkatan-tingkatan tertentu, maka keberadaan neraka pun memiliki keanekaragaman bentuk dan kondisi kehidupan yang akan dijalani oleh manusia.

Antara satu tempat, maka akan menampilkan satu kondisi dan bentuk kehidupan berbeda dari setiap manusia didalamnya. Apapun bentuk kehidupan dan kondisi manusia di dalam menjalani kehidupan di dalam neraka, maka neraka tetaplah neraka. Tidak ada satu kebaikanpun didalamnya. Dan, jangan hanya berharap untuk bisa selamat darinya, yang terpenting adalah haruslah menyadari dengan nurani terdalam dan sebuah tindakan nyata untuk benar-benar dapat menyelamatkan diri dari penderitaan yang kekal di dalam neraka.

Berikut ini akan dijelaskan pengetahuan dan penggambaran tentang keberadaan dari bentuk kehidupan dan kondisi yang dijalani oleh manusia yang berada didalam neraka masing-masing.

Secara garis besar, maka bentuk kehidupan dan kondisi manusia di dalam menjalani kehidupan di neraka terbagi menjadi dua, yaitu:

1.Neraka yang dilalui dengan perpindahan dimensi waktu dan perwujudan .

2.Neraka yang dilalui secara langsung tanpa melalui perpindahan dimensi waktu dan perwujudan.

 

Pembagian bentuk kehidupan neraka secara garis besar akan dijelaskan beserta kondisi kehidupan masing-masing yang ada didalamnya.

 

1. Neraka Yang Dilalui Dengan Perpindahan Dimensi Waktu dan Perwujudan

Setelah seorang manusia merasakan kematian, maka pada saat itu pulalah komponen yang merupakan bagian-bagian dari manusia itu akan terpisah. Ada komponen yang melebur dan kembali kepada asalnya, ada yang tertinggal di tanah, dan ada pula komponen dari diri manusia itu yang tetap berada di dalam kehidupan atau yang disebut dengan jiwa manusia itu.

Setelah sang jiwa berpisah dari tubuh dan komponen-komponen lainnya, maka dia akan berdiri dengan sendirinya. Sebagian dari sang jiwa dari para manusia, bahkan terkadang tidak menyadari bahwa dirinya telah terpisah dari jasad tempat bersemayam dirinya selama ini.

Sebagian dari jiwa yang tidak mendapatkan tuntunan menuju cahaya kebahagiaan di akhirat, maka tetap akan berada di dunia dan dalam kebimbangan dan kegelapan yang dihadapinya, berusaha untuk meraih genggaman ataupun menemukan sesuatu untuk tempatnya melangkah ataupun melakukan sesuatu.

Dalam ketakutan dan kebingungannya, maka ketika sang jiwa melihat setitik sinar disekitarnya, maka dengan serta-merta dirinya akan berusaha untuk mendekati titik sinar tersebut dan terus mengikutinya, tanpa pernah mengetahui dari manakah titik sinar itu berasal dan akan mengarah kemanakah nantinya.

Titik sinar yang akan ditemui manusia pada saat kematian dan menjadi berupa jiwa saja, tidak selamanya menunjukan kepada titik sinar yang akan membawanya kepada alam cahaya, melainkan bisa jadi merupakan titik sinar yang berasal dari tempat lainnya, karena sesungguhnya dapat dibedakan antara sinar yang akan mengantarkan kepada alam cahaya, dengan sinar-sinar lainnya yang bersifat semu dan membawanya ke tempat lain, yang tidak berisi sesuatu yang lebih baik dari apa yang dijalaninya.

Jiwa manusia itu akan terus mengikuti titik sinar itu dan bersama dengan titik sinar itu hingga pada akhirnya dirinya menyadari ketika titik sinar itu mulai memudar, barulah tampak dimanakah dirinya berada pada saat itu.

Titik sinar itu bisa jadi berasal dari hewan, sehingga dirinya akan menjadi serupa dengan hewan tersebut, ada yang berasal dari tumbuhan, sehingga dirinyapun akan sama dengan tumbuhan itu.

Neraka yang dilalui dengan perpindahan dimensi waktu dan perwujudan adalah merupakan neraka yang harus dilalui oleh jiwa tersebut setelah dirinya memasuki sebuah dimensi waktu dan mengalami perubahan bentuk dari semula seorang manusia menjadi bentuk lainnya. Dimana jiwa dari manusia itu akan mengisi tubuh atau jasad dari hewan atau tumbuhan itu.

Jiwa manusia yang telah mengalami perpindahan waktu dan perwujudan itu, akan berada kembali di dunia atau dengan kata lain terlahir kembali dari seorang manusia menjadi makhluk hidup lainnya, yang tentu saja memiliki martabat yang lebih rendah dari keberadaan seorang manusia sebelumnya.

Di dalam menjalani kehidupan berikutnya di dalam tubuh hewan atau tumbuhan itu, karena sesungguhnya sang jiwa itu merupakan manusia sebelumnya, maka tetap dapat merasakan apa yang terjadi pada tubuh fisiknya saat ini, walapun bukan lagi berwujud sebagai manusia.

Ada sebagian jiwa manusia itu yang masih menyimpan ingatan atau sedikit informasi dari keberadaan orang–orang yang dahulu dekat pada masa kehidupannya sebagai manusia. Jadi, ketika dirinya setelah mengalami perubahan wujud kemudian berada disekitar orang-orang yang dikenalnya, pertama kali yang dirasakan adalah suatu kesedihan, rasa penyesalan yang dalam, dan tidak bisa menerima kenyataan yang harus dijalaninya pada saat itu.

Begitupun ketika jiwa manusia itu berubah wujud menjadi hewan atau tumbuhan, walaupun tidak berada di lingkungan orang-orang yang dikenalnya, tetap menjadi sebuah penderitaan tersendiri yang harus dilalui tanpa dirinya mengetahui kapan semua itu akan berakhir. Karena jiwa manusia itu masih dapat merasakan, maka apapun yang terjadi pada tubuh fisiknya saat itu benar-benar dapat dirasakannya secara nyata.

Bila jiwa manusia itu berada di dalam tubuh fisik hewan dan kemudian merasakan suatu pukulan ataupun rasa sakit lainnya, maka jiwa manusia itupun akan merasakannya.

Begitupun dengan manusia yang berada di dalam tumbuhan, dirinya akan merasakan ketika tumbuhan itu ditebang atau disakiti. Jadi, dalam kondisi apapun, jiwa manusia itu tetap merasakan kepedihan, kesendirian, dan rasa sakit yang kerap kali dirasakannya.

Belum lagi ketika jiwa manusia itu memasuki tubuh hewan yang ternyata adalah hewan yang biasa menjadi konsumsi manusia, berarti dirinya harus merasakan rasa sakit ketika disembelih. Dan ketika hewan maupun tumbuhan itu mati, maka lepas pulalah jiwa manusia yang berada didalamnya, maka selanjutnya akan kemanakah jiwa manusia itu, apakah akan memasuki tubuh hewan atau tumbuhan berikutnya, ataukah ketempat lainnya, akan tetap menjadi sesuatu yang berupa penderitaan yang terus-menerus menjadi suatu siklus hingga pada suatu masa nanti, bila dirinya mendapat suatu sentuhan tangan ataupun mukjizat yang dapat mengangkat dirinya dari siklus penderitaan yang terus menerus dialaminya.

Sebagian jiwa manusia yang terpisah dari raganya, ada pula yang mengikuti titik sinar, yang ternyata menuju ke dalam tubuh manusia lainnya, sehingga dirinya pun akan terlahir menjadi bentuk manusia pula. Tetapi keberadaanya sebagai manusia itu, sama sekali tidak membawa kebahagiaan atau kebaikan bagi dirinya. Bahkan ada sebagian lainnya yang baru menghirup udara dunia, harus kembali terpisah dari jasadnya, dikarenakan telah mengalami kematian ditangan orang tuanya sendiri.

Sebagian jiwa manusia yang terlahir dalam bentuk manusia pula, ketika dilahirkan ternyata secara fisik mengalami berbagai ketidaksempurnaan, bahkan tidak sedikit pula yang perwujudannya seorang manusia, tetapi tidak layak dianggap sebagai manusia, karena terdapatnya keanehan ataupun kekurangan yang menunjukan akan hal itu. Keanehan atau kekurangan akan terlihat jelas secara fisik dan membuatnya berbeda dari manusia lainnya pada umumnya.

Fenomena keberadaan anak manusia yang terlahir dengan segala kekurangan atau ketidaksempurnaan yang mengerikan, banyak terlihat dan ditunjukan dari dulu hingga saat ini. Seharusnya hal itu menjadi sebuah bahan untuk merenung bagi manusia lainnya, agar dapat mengambil hikmah dan pelajaran tersendiri akan Kuasa dan Kebesaran Yang Maha Kuasa untuk dapat meraih kebenaran dan kemuliaan di dalam kehidupannya nanti.

 

Dapat dibayangkan bagaimana rasa sakit yang harus dirasakan dengan segala kekurangan dan keanehan jiwa manusia di dalam tubuh fisiknya. Rasa sakit itu bukan hanya dirasakan secara fisik, tetapi secara batin pula, karena adanya pandangan dari manusia-manusia lain disekitarnya dan ketidakpastian bagaimana melangkah dan menjalani hari-hari dalam kehidupan seterusnya.

Begitulah keadaan jiwa manusia yang walaupun telah mengalami perpindahan waktu dan perwujudannya, tetapi tetap tidak terlepas dari penderitaan yang mewakili kesengsaraan di dalam neraka.

 

2. Neraka Yang Dilalui Secara Langsung Tanpa Perpindahan Dimensi Waktu dan Perwujudan

Jiwa manusia yang telah terlepas dari raga dan komponen lainnya, maka jiwa manusia itu akan langsung dihadapkan pada suatu kondisi yang berbeda-beda, yang merupakan pengejawantahan dari neraka itu sendiri.

 

Neraka yang harus dilalui jiwa manusia dalam kondisi ini terbagi menjadi beberapa hal, antara lain :

a.Neraka yang harus dirasakan disatu tempat tertentu yang dikenalnya.

Jiwa seorang manusia setelah terlepas dari jasad dan komponen lainnya, maka tetap akan melewati suatu fase ketakutan dan kebingungan akan arah dan tujuan yang harus dilalui berikutnya, termasuk apa yang harus dilakukan dalam kondisi kehidupannya saat itu.

Jiwa manusia pada awalnya akan berada disebuah tempat yang dikenalnya, atau bisa berupa tempat tinggalnya sewaktu masih berada di dunia. Sebagian jiwa manusia akan tertarik untuk meninggalkan tempat tinggal yang dikenalnya itu dan kemudian menuju ke suatu tempat lainnya yang akan dijelaskan kemudian dan ada pula yang tetap tertahan untuk berada ditempat tinggal yang dikenalnya itu.

Dalam tingkatan neraka ini, sebenarnya merupakan sebuah bentuk penderitaan yang bisa dikatakan lebih rendah dari pada tingkatan neraka berikutnya. Karena dalam hal ini, jiwa manusia tersebut terhindar dari penderitaan yang akan dialaminya pada neraka-neraka lainnya. Tetapi walaupun jiwa manusia itu berada ditempat tinggal yang dikenalnya dan menempati salah satu bagian dari tempat tinggal itu, serta berada ditengah orang-orang yang dikenalnya semasa hidup, tetapi tetap merupakan penderitaan tersendiri.

Untuk awal-awal keberadaanya di tempat yang dikenalnya itu, mungkin dirinya masih belum menyadari penderitaannya atau masih merasa senang berada di tempat itu, tetapi lambat laun dirinya akan merasakan kesendirian kesunyian, kehampaan, sekaligus ketakutan, karena tidak ada satupun makhluk lainnya yang dapat berkomunikasi dengannya.

Dirinya merasakan kesedihan, karena tidak dapat berbagi dan harus menjadi penonton saja dari segala aktivitas yang berada di tempat tinggal itu. Bahkan dirinya pun harus merasakan kesedihan yang panjang manakala perlahan tetapi pasti dirinya mulai dilupakan dan jarang disebut lagi tentang keberadaannya sewaktu masih berada di dunia.

Apalagi kesedihan dan penyesalan yang dirasakannya manakala melihat orang-orang dekatnya mengalami nasib buruk ataupun salah jalan dalam kehidupannya, sehingga menjadi manusia-manusia yang tidak baik, berperilaku buruk, dan hal-hal tidak baik lainnya, yang harus setiap saat disaksikannya dan terjadi di dalam kehidupan dari orang-orang yang dikenalnya, bahkan disayangnya.

Bila seorang manusia merasa sendirian ditengah orang asing, itu adalah hal yang biasa, tetapi bayangkan bagaimana perasaan yang ada dari seorang jiwa manusia berada ditengah-tengah orang yang dahulu begitu dekat dengan kehidupannya, tetapi merasa asing dan sendirian, serta hal itu harus dilaluinya bertahun-tahun bahkan tanpa batas waktu kapankah semua itu akan berakhir.

 

b.Neraka yang dirasakan manusia dengan berada didekat jasadnya.

Ketika jiwa manusia terpisah dari jasad dan komponen lainnya, maka ketakutan dan kebingunganlah yang menderanya sehingga tanpa disadarinya karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, jiwa manusia itu tidak berani menjauh dari jasadnya dan bahkan sering kali terjadi jiwa manusia itu berusaha masuk kembali kedalam jasadnya.

Bisa saja jiwa manusia itu dapat bersemayam di dalam jasadnya, tetapi karena tiada keberadaan sang hidup di dalam jasad manusia itu, maka sang jasad itupun tetaplah tergeletak kaku tanpa ada darah kehidupan mengalir.

Karena jiwa manusia itu tetap berusaha bertahan di dalam jasadnya, maka ketika jasad itu dibawa ke pemakaman untuk dikuburkan, jiwa manusia itupun ikut di dalamnya. Dapat dipastikan karena jiwa manusia itu terus berada di dalam jasadnya, maka lambat laun, karena waktu dan kondisi, maka jasadnya itu perlahan tetapi pasti akan mengalami kerusakan karena proses alamiah.

Jiwa manusia itupun dapat melihat dan seperti merasakan bagaimana sedikit demi sedikit jasadnya akan rusak dimakan atau dihancurkan oleh hewan-hewan yang hidup di dalam tanah. Sedikit demi sedikit menyaksikan dan merasakan sakitnya hingga pada akhirnya semua bagian dari jasad manusia itu habis terurai dan menyatu dengan tanah.

Proses itu tidak terjadi dalam waktu yang sebentar, tetapi memakan waktu cukup lama dan sekian lama itu pulalah jiwa itu merasakan kengerian, sakit, penderitaan, kesendirian, dan hal lainnya, menghadapi kondisi yang harus dirasakannya.

Setelah tubuh atau jasad manusia itu habis dan melebur dengan tanah, maka bukan berarti penderitaannya berakhir sampai disitu, karena selanjutnya jiwa manusia itu akan semakin bingung dan ketakutan, harus kemanakah dirinya menuju dan apa yang harus dilakukannya.

Jiwa manusia itupun akan menjadi jiwa yang tidak menentu langkahnya dan seperti ada sesuatu yang membatasi jiwa manusia itu tidak dapat kembali ketempat tinggalnya dahulu atau bersama dengan orang yang dikenalnya, maka jadilah jiwa-jiwa manusia itu menjadi jiwa-jiwa yang bergentayangan, akan berada di sekitar tempat pemakamannya bersama dengan jiwa-jiwa lainnya.

c.Neraka yang dirasakan oleh jiwa manusia di dalam suatu tempat yang telah ada sebelumnya.

Jiwa manusia yang telah terpisah dari jasad dan komponen lainnya, maka di dalam ketakutan dan kebingungannya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menemukan jalan kembali ke alam cahaya, maka bisa jadi akan bermunculan sosok-sosok yang menawarkan untuk mengikutinya. Atau bisa jadi sebagian dari jiwa manusia itu tiba-tiba saja sudah berada di suatu tempat, yang merupakan neraka, yang telah ada sebelumnya.

Bentuk kehidupan di dalam neraka ini adalah merupakan suatu kondisi yang telah dipersiapkan bagi jiwa-jiwa manusia yang termasuk dalam kategori tertentu, yang penilaiannya diberikan oleh Yang Maha Kuasa, apakah manusia tersebut termasuk ke dalam golongan yang menolak tentang kebenaran yang didepan mata, munafik terhadap kebenaran yang didapatnya, atau bahkan diam saja ketika kebenaran itu memberikan kesempatan untuk meraihnya kepada jalan keselamatan.

Bentuk-bentuk kehidupan di dalam neraka ini terdapat berbagai rupa dan kondisi yang berbeda-beda dengan jenis yang banyak ragamnya.

Penjelasan maupun contoh dari bentuk penderitaan atau siksaan di dalam neraka ini akan dijelaskan kemudian, bisa merupakan bagian tersendiri atau dimasukkan ke dalamnya.

 

d.Neraka yang dirasakan jiwa manusia berada di alam makhluk halus.

Jiwa manusia yang telah terpisah dari jasad dan komponennya, akan menuju ke sebuah tempat yang sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya di dalam kehidupannya di dunia.

Terdapat manusia-manusia tertentu yang semasa hidupnya telah melakukan sesuatu hal yang dilarang oleh Yang Maha Kuasa, sebab hal itu berarti menyekutukan akan Kebesaran dan Kekuasaan dari Sang Pencipta. Selain itu, bayaran yang harus diterimanya pun sangatlah mahal, karena dirinya akan menjadi budak dari para makhluk yang dipujanya semasa hidup.

Mereka menjual kebebasan hidup yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa dengan sebuah kebahagiaan semu, kemuliaan, kekayaan dan nama baik yang harus ditebus dengan mahal dan dilalui di dalam alam penderitaan yang kekal.

Seorang manusia yang silau oleh duniawi dan diperbudak oleh nafsu yang tidak terkendali, sehingga mengambil berbagai cara dan jalan pintas untuk meraihnya tanpa harus bekerja keras atau berikhtiar dengan sungguh-sungguh. Mereka itu termasuk ke dalam golongan jiwa yang akan merasakan penyesalan tiada tara, tetapi sudah terlambat dan tidak berarti apapun.

Tidak ada satu tangan pun yang dapat menolong atau menariknya keluar dari neraka tempatnya berada, karena memang sudah merupakan hasil perjanjian dirinya dengan para makhluk-makhluk yang menjanjikan kebahagiaan semu.

Yang Maha Kuasa telah memberikan akal pikir dan nurani bagi manusia untuk mempergunakannya dengan sebaik- baiknya dalam mencari kebahagiaan hidup sejati, tetapi apabila semua itu telah diberikan dengan berbagai petunjuk, anugerah, dan karunia yang tiada henti, tetapi ternyata manusia itu telah melenceng dan tetap menjauhi jalan kebenaran, maka sudah begitulah jatah ataupun porsi yang harus diterimanya sebagai konsekuensi dari apa yang dilakukannya. Di alam kehidupan makhluk halus ini, para jiwa manusia itu akan mengalami penderitaan luar biasa karena akan diperbudak untuk melakukan sesuatu yang penuh penderitaan dan kesengsaraan, dan dengan batas waktu yang tidak dapat ditentukan, bahkan bisa jadi untuk selamanya.

Para jiwa manusia yang berada dialam ini, terbagi menjadi dua, yaitu mereka yang masuk dan harus mengalami penderitaan ini dikarenakan perjanjiannya sendiri dengan para makhluk halus itu ataupun mereka yang sebenarnya merupakan jiwa manusia yang tidak tahu menahu, tetapi dijadikan pengganti ataupun tumbal bagi manusia lainnya yang telah mengadakan perjanjian dengan para makhluk halus.

Biasanya justru para manusia yang semasa hidupnya adalah orang-orang terdekatnya yang sering kali dikorbankan untuk perjanjian tertentu, untuk para makhluk halus itu.

Dan sebagian tetap ada yang berupa orang-orang yang dikenalnya walaupun bukan dari garis keluarga.

Demikianlah penggambaran dan jenis-jenis dari neraka yang akan dirasakan manusia kelak apabila melakukan sesuatu yang menyimpang jauh dari kebenaran atau melakukan persekutuan bukan dengan Yang Maha Kuasa.

Penyesalan selalu datang terlambat, begitupun dengan penyesalan mengenai kehidupan yang harus dilaluinya setelah kematian.

Termasuk ke dalam golongan manusia manakah manusia itu, akan tergantung kepada dirinya, yaitu sudahkah dirinya menggunakan akal pikir dan nuraninya untuk mencari kebenaran itu, seberapa keras usaha dan perjuangannya untuk mencapai kebenaran, guna meraih kemuliaan dan kebahagiaan hidup dunia akhirat, dan apakah dirinya telah menyia-nyiakan sebuah petunjuk kebenaran yang telah ada di depan mata. Karena kerugian-kerugian akan jauh lebih besar bagi mereka yang telah mengetahui kebenaran di depan mata, tetapi seperti membutakan mata, hati, dan telinga. Pikiran mereka bahkan menerimanya hanya dengan bibir saja, tetapi tanpa tindakan pengabdian yang nyata sebagai perwujudan rasa syukur yang tiada terhingga atas karunia dan petunjuk kebenaran yang menyentuhnya.

Wahai para manusia, apakah kamu mengetahui kapankah waktu kehidupanmu akan berakhir, sudah pastikah jalan menuju alam cahaya yang akan kamu dapatkan? Sudahkah kamu mensyukuri segala karunia, nikmat, anugerah, petunjuk, dan hal lainnya yang begitu banyak diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepadamu, apakah semua perwujudan rasa syukurmu itu telah kamu nyatakan dalam sebuah tindakan, apakah hanya berupa rasa syukur semu yang terucap dibibir tanpa makna, karena seseorang yang seperti itu tidak lain adalah seorang yang munafik dan itu tetap merupakan jiwa manusia yang akan mendapatkan neraka tersendiri dialam kehidupannya setelah kematiannya kelak.

Temukanlah kebenaran itu dengan tekad dan kesungguhan yang tiada tara dan begitu kebenaran itu kau raih, genggamlah dengan segala tekad yang bulat kepasrahan yang mendalam dan perjuangan yang gigih untuk terus merengkuhnya, sebab sekali kebenaran itu terlepas dari dirimu, belum tentu kamu dapat mendapatkannya kembali.

Ingatlah para manusia, dirimu tiada kekal di dunia. Berusahalah dengan setekun-tekunnya hingga mencapai suatu kebenaran sejati, yang akan disampaikan oleh seseorang yang telah ditunjuk dan diberi kemampuan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Jangan pernah berhenti hingga dirimu bertemu dengan seorang Manusia Mulia yang akan menyampaikannya dan menuntun dirimu secara langsung.

Berusahalah dan berjuanglah terus hingga sampai akhir dimana kau meraih cahaya di dalam dirimu.

Gunakanlah nurani untuk dapat sampai dan bertemu dengan Manusia Mulia itu. Bukan manusia yang menggunakan topeng dan mencari imbalan atas apa yang disampaikan. Bukan pula manusia yang bermanis rupa dan kata, tetapi sebenarnya mengharapkan sebuah materi dari manusia lainnya. Karena manusia mulia tidak pernah membutuhkan apapun dari manusia lainnya, karena segala sesuatu yang dibutuhkan, telah dicukupkan dan diberikan limpahan langsung oleh Yang Maha Kuasa.

 

Jangan menyia-nyiakan waktu dan hidupmu, yang kamu sendiri tidak ketahui kapankah akan berakhir. Teruslah berusaha dan berusaha, untuk meraih kebenaran dari seseorang yang benar-benar menyampaikan dengan ketulusan dan kasih sayang kepadamu untuk menyelamatkanmu, bukan melihat seberapa nilai yang diberikan olehmu.

Ingatlah manusia akan hal itu, jangan sampai ketika waktumu tiba, dirimu belum mempunyai persiapan dan pengetahuan agar dapat kembali dan menyatu di alam cahaya, jangan sampai dirimu merasakan kobaran penderitaan dari neraka yang tiada pernah mengenal batas waktu yang pasti, karena semua itu bisa jadi dirasakan olehmu untuk selamanya.

Itulah pengetahuan tentang neraka, contoh-contoh dari penderitaan dan siksaan bagi mereka didalamnya akan diberikan kemudian.

Selamat berjuang kembali dan semoga langkahmu selalu dituntun oleh Yang Maha Kuasa dan dirimu semakin dikuatkan oleh segala ujian dan cobaan yang menanti.

 

Salam kasih sayang dari para Orang Tuamu yang disampaikan kepadaku.

Salam.

( Senin, 19 September 2005. Dari jam 18.00- 20.30.

Membaca lembaran-lembaran bercahaya di alam ketuhanan.

Wasalam. )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun