Mohon tunggu...
Humaniora

Neraka Sisi Lain Fenomena Kehidupan yang Menanti Manusia Setelah Kematiannya

14 Desember 2016   02:14 Diperbarui: 21 Juni 2017   20:12 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitupun ketika jiwa manusia itu berubah wujud menjadi hewan atau tumbuhan, walaupun tidak berada di lingkungan orang-orang yang dikenalnya, tetap menjadi sebuah penderitaan tersendiri yang harus dilalui tanpa dirinya mengetahui kapan semua itu akan berakhir. Karena jiwa manusia itu masih dapat merasakan, maka apapun yang terjadi pada tubuh fisiknya saat itu benar-benar dapat dirasakannya secara nyata.

Bila jiwa manusia itu berada di dalam tubuh fisik hewan dan kemudian merasakan suatu pukulan ataupun rasa sakit lainnya, maka jiwa manusia itupun akan merasakannya.

Begitupun dengan manusia yang berada di dalam tumbuhan, dirinya akan merasakan ketika tumbuhan itu ditebang atau disakiti. Jadi, dalam kondisi apapun, jiwa manusia itu tetap merasakan kepedihan, kesendirian, dan rasa sakit yang kerap kali dirasakannya.

Belum lagi ketika jiwa manusia itu memasuki tubuh hewan yang ternyata adalah hewan yang biasa menjadi konsumsi manusia, berarti dirinya harus merasakan rasa sakit ketika disembelih. Dan ketika hewan maupun tumbuhan itu mati, maka lepas pulalah jiwa manusia yang berada didalamnya, maka selanjutnya akan kemanakah jiwa manusia itu, apakah akan memasuki tubuh hewan atau tumbuhan berikutnya, ataukah ketempat lainnya, akan tetap menjadi sesuatu yang berupa penderitaan yang terus-menerus menjadi suatu siklus hingga pada suatu masa nanti, bila dirinya mendapat suatu sentuhan tangan ataupun mukjizat yang dapat mengangkat dirinya dari siklus penderitaan yang terus menerus dialaminya.

Sebagian jiwa manusia yang terpisah dari raganya, ada pula yang mengikuti titik sinar, yang ternyata menuju ke dalam tubuh manusia lainnya, sehingga dirinya pun akan terlahir menjadi bentuk manusia pula. Tetapi keberadaanya sebagai manusia itu, sama sekali tidak membawa kebahagiaan atau kebaikan bagi dirinya. Bahkan ada sebagian lainnya yang baru menghirup udara dunia, harus kembali terpisah dari jasadnya, dikarenakan telah mengalami kematian ditangan orang tuanya sendiri.

Sebagian jiwa manusia yang terlahir dalam bentuk manusia pula, ketika dilahirkan ternyata secara fisik mengalami berbagai ketidaksempurnaan, bahkan tidak sedikit pula yang perwujudannya seorang manusia, tetapi tidak layak dianggap sebagai manusia, karena terdapatnya keanehan ataupun kekurangan yang menunjukan akan hal itu. Keanehan atau kekurangan akan terlihat jelas secara fisik dan membuatnya berbeda dari manusia lainnya pada umumnya.

Fenomena keberadaan anak manusia yang terlahir dengan segala kekurangan atau ketidaksempurnaan yang mengerikan, banyak terlihat dan ditunjukan dari dulu hingga saat ini. Seharusnya hal itu menjadi sebuah bahan untuk merenung bagi manusia lainnya, agar dapat mengambil hikmah dan pelajaran tersendiri akan Kuasa dan Kebesaran Yang Maha Kuasa untuk dapat meraih kebenaran dan kemuliaan di dalam kehidupannya nanti.

 

Dapat dibayangkan bagaimana rasa sakit yang harus dirasakan dengan segala kekurangan dan keanehan jiwa manusia di dalam tubuh fisiknya. Rasa sakit itu bukan hanya dirasakan secara fisik, tetapi secara batin pula, karena adanya pandangan dari manusia-manusia lain disekitarnya dan ketidakpastian bagaimana melangkah dan menjalani hari-hari dalam kehidupan seterusnya.

Begitulah keadaan jiwa manusia yang walaupun telah mengalami perpindahan waktu dan perwujudannya, tetapi tetap tidak terlepas dari penderitaan yang mewakili kesengsaraan di dalam neraka.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun